Batuan sedimen merupakan salah satu dari tiga kelompok utama batuan di bumi, dibentuk dari akumulasi material yang tererosi (seperti pecahan batuan, mineral, atau sisa-sisa organisme) yang kemudian mengalami pemadatan dan sementasi di lingkungan permukaan bumi. Mempelajari batuan sedimen sangat penting karena batuan ini menyimpan catatan sejarah geologi, lingkungan purba, hingga fosil kehidupan.
Batuan sedimen diklasifikasikan berdasarkan komposisinya, yaitu klastik (berasal dari pecahan batuan), kimiawi (terbentuk dari presipitasi mineral), dan organik (berasal dari sisa-sisa makhluk hidup). Berikut adalah 10 contoh batuan sedimen yang paling umum ditemukan dan dikenal:
- 1. Batupasir (Sandstone)
Batuan klastik yang tersusun dari butiran pasir (diameter 1/16 hingga 2 mm) yang terikat oleh semen mineral. Sangat umum ditemukan dan bervariasi berdasarkan komposisi mineralnya (misalnya, kuarsa atau feldspar).
- 2. Serpih (Shale)
Batuan klastik halus yang terbentuk dari pemadatan lumpur (mud) dan lempung. Ciri khasnya adalah mudah pecah menjadi lapisan-lapisan tipis (laminasi), sering kali mengandung bahan organik halus.
- 3. Konglomerat (Conglomerate)
Batuan klastik kasar yang terdiri dari kerikil atau bongkahan (clast) berdiameter lebih besar dari 2 mm, yang bentuknya bulat (well-rounded). Menunjukkan lingkungan pengendapan dengan energi air yang tinggi.
- 4. Batugamping (Limestone)
Batuan sedimen kimia atau biogenik yang mayoritas komponennya adalah kalsium karbonat ($\text{CaCO}_3$), sering kali terbentuk dari sisa kerangka organisme laut seperti karang dan moluska.
- 5. Batu Lempung (Mudstone)
Mirip dengan serpih tetapi tidak menunjukkan perlapisan yang jelas. Terbentuk dari partikel yang sangat halus yang terdeposisi di lingkungan air tenang seperti dasar laut dalam atau danau.
- 6. Batu Gamping Oolitik (Oolitic Limestone)
Jenis batugamping yang tersusun dari oolit—butiran kecil berbentuk bola yang terbentuk melalui pengendapan konsentris mineral di sekitar inti di lingkungan laut dangkal yang aktif.
- 7. Batu Garam (Rock Salt / Halite)
Batuan sedimen kimia yang terbentuk akibat evaporasi (penguapan) air laut atau air danau garam. Komposisinya hampir murni natrium klorida ($\text{NaCl}$).
- 8. Batu Kalsedon / Chert
Batuan silika mikro-kristalin yang sangat keras. Dapat terbentuk secara kimia dari pengendapan silika terlarut atau secara biogenik dari sisa-sisa diatom dan radiolaria.
- 9. Batu Bara (Coal)
Batuan sedimen organik yang terbentuk dari akumulasi dan kompaksi material tumbuhan (debris vegetasi) yang terawetkan di lingkungan rawa atau lahan basah dalam kondisi anoksik.
- 10. Breksi (Breccia)
Mirip dengan konglomerat, namun memiliki fragmen penyusun yang bersudut tajam (angular), menandakan jarak angkut yang pendek sebelum tersimentasi.
Pembentukan dan Klasifikasi
Proses pembentukan batuan sedimen melibatkan beberapa tahapan kunci: pelapukan dan erosi batuan induk, transportasi sedimen oleh agen seperti air, angin, atau es, deposisi (pengendapan) di cekungan sedimen, dan akhirnya diagnesis. Di tahap diagnesis, sedimen tersebut mengalami kompaksi (pemadatan akibat beban di atasnya) dan sementasi (pengisian ruang antar butir oleh mineral baru seperti kalsit atau silika).
Klasifikasi batuan sedimen membantu ahli geologi memahami kondisi lingkungan masa lalu. Batuan sedimen klastik sangat sensitif terhadap ukuran butir dan komposisi mineralnya; semakin bulat butirnya, semakin jauh ia telah ditransportasi. Sementara itu, batuan kimiawi dan organik memberikan petunjuk tentang komposisi kimia air pengendapan dan keberadaan kehidupan di masa lampau. Misalnya, penemuan batugamping yang masif mengindikasikan pernah ada laut dangkal yang hangat.
Batuan sedimen menutupi sekitar 75% dari permukaan daratan Bumi, meskipun secara volume keseluruhan di kerak bumi, batuan beku dan metamorf jauh lebih dominan. Meskipun demikian, informasi yang tersimpan di lapisan sedimen—termasuk jejak aktivitas vulkanik, perubahan iklim global, dan evolusi kehidupan—menjadikannya subjek studi yang tak ternilai harganya dalam ilmu bumi.