Memori tentang skuad AC Milan yang berkompetisi di Serie A dan Liga Champions pada awal dekade lalu selalu memunculkan nostalgia yang kuat bagi para penggemar Rossoneri. Periode tersebut adalah masa transisi yang signifikan, di mana generasi emas mulai memudar seiring berjalannya waktu, namun semangat juara tetap membara di San Siro. Klub ini sedang menavigasi perairan yang menantang setelah memenangkan Scudetto terakhir mereka di musim sebelumnya.
Musim-musim pasca kesuksesan Scudetto menjadi ujian berat. Beberapa pilar utama yang telah membentuk identitas Milan selama bertahun-tahun mulai pergi atau memasuki senja karier mereka. Kepergian pemain legendaris menciptakan kekosongan besar, tidak hanya dalam taktik di lapangan tetapi juga dalam kepemimpinan ruang ganti. Klub harus berjuang mencari keseimbangan antara mempertahankan skuad berpengalaman dan menyuntikkan darah segar dari akademi atau pasar transfer.
Di liga domestik, persaingan semakin ketat. Juventus mulai membangun dominasi baru, sementara tim-tim seperti Napoli dan AS Roma juga menjadi ancaman serius. Bagi Milan, setiap pertandingan terasa seperti final. Meskipun menghadapi kesulitan finansial dan beberapa pergantian pelatih, semangat juang para pemain inti seperti kapten legendaris tetap menjadi mercusuar. Mereka mencoba menjaga standar tinggi yang telah ditetapkan oleh era sebelumnya.
Di kancah Eropa, Milan selalu berusaha keras untuk tetap relevan. Meskipun performa mereka tidak selalu konsisten seperti pada masa kejayaan awal 2000-an, kehadiran mereka di Liga Champions selalu menarik perhatian. Momen-momen kejayaan kecil, seperti berhasil lolos dari babak penyisihan grup atau mengalahkan rival besar dalam pertandingan satu leg, menjadi penyejuk di tengah tantangan liga.
Tahun-tahun tersebut juga ditandai dengan upaya klub untuk melakukan regenerasi. Bintang-bintang muda mulai diberi kesempatan lebih banyak untuk bersinar, meskipun tekanan untuk segera memberikan hasil instan sangatlah besar. Para talenta muda ini belajar dari para senior yang tersisa, mencoba menginternalisasi etos kerja dan mentalitas pemenang yang melekat pada lambang klub. Ini adalah masa di mana harapan diletakkan pada pundak generasi baru untuk meneruskan tradisi kemenangan.
Periode ini mengajarkan bahwa Milan bukan hanya tentang trofi, tetapi tentang ketahanan. Berada di puncak dan kemudian harus berjuang untuk kembali ke sana adalah bagian dari siklus klub besar. Para pemain yang tampil di bawah tekanan besar ini menunjukkan loyalitas yang luar biasa. Mereka berjuang mati-matian untuk lencana di dada mereka, bahkan ketika masa depan klub tampak sedikit tidak pasti.
Meskipun mungkin bukan periode paling gemilang jika diukur dari jumlah piala yang dimenangkan dibandingkan dekade sebelumnya, periode tersebut sangat penting dalam membentuk identitas Milan modern. Ini adalah masa pembuktian bahwa AC Milan adalah klub yang memiliki akar sejarah yang dalam. Semangat Rossoneri tidak pernah padam, ia hanya menunggu waktu yang tepat untuk meledak kembali. Para pemain dari era tersebut, dengan segala perjuangan dan pengorbanan mereka, memastikan bahwa bendera merah hitam terus berkibar tinggi, mempersiapkan fondasi bagi kebangkitan yang akan datang. Ini adalah babak yang penuh perjuangan, namun sarat akan kehormatan.
Kesetiaan para pendukung selama masa transisi ini juga patut diacungi jempol. Mereka terus memenuhi San Siro, memberikan energi vital yang dibutuhkan tim untuk terus bertarung di tengah badai persaingan Serie A yang semakin kompetitif. Kisah tentang AC Milan di sekitar pergantian dekade adalah kisah tentang warisan, adaptasi, dan keyakinan teguh pada kebesaran klub.