Dalam khazanah spiritual Islam, khususnya di kalangan para pengikut tarekat dan pecinta ahlul bait, nama Syekh Abdul Qodir Jaelani adalah permata yang tak pernah pudar cahayanya. Beliau adalah seorang wali qutub, imam para aulia, dan pendiri tarekat Qadiriyyah yang ajarannya tersebar luas di berbagai penjuru dunia. Penghormatan dan kecintaan umat kepada beliau diwujudkan dalam berbagai bentuk, salah satunya yang paling umum dan mendalam adalah melalui pembacaan surah Al-Fatihah. Tradisi mengirimkan Al-Fatihah kepada beliau bukanlah sekadar ritual tanpa makna, melainkan sebuah jembatan spiritual yang menghubungkan hati hamba dengan para kekasih Allah, demi meraih keberkahan, ilmu, dan kedekatan Ilahi.
Mengenal Syekh Abdul Qodir Jaelani: Sang Sulthanul Aulia
Untuk memahami mengapa Al-Fatihah begitu sering ditujukan kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani, kita harus terlebih dahulu menyelami siapa beliau dan mengapa kedudukan beliau begitu agung dalam pandangan umat Islam. Syekh Abdul Qodir Jaelani dilahirkan di desa Naif, Jilan (atau Gilan), Persia, pada tahun 470 Hijriah. Beliau berasal dari nasab yang mulia, dari jalur ayah nasabnya bersambung kepada Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan dari jalur ibu bersambung kepada Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib. Ini menjadikannya seorang sayyid, keturunan langsung dari Rasulullah Muhammad ﷺ, sebuah kehormatan yang sangat tinggi dalam Islam.
Sejak kecil, tanda-tanda keistimewaan sudah nampak pada beliau. Beliau tumbuh dalam lingkungan yang saleh, diasuh oleh sang ibu yang juga seorang waliyyah. Pada usia delapan belas tahun, beliau hijrah ke Baghdad, pusat ilmu dan peradaban Islam saat itu, untuk menuntut ilmu. Di Baghdad, beliau belajar dari ulama-ulama terkemuka pada zamannya, menguasai berbagai disiplin ilmu seperti fiqh, hadits, tafsir, bahasa Arab, dan ilmu-ilmu syariat lainnya. Beliau dikenal sebagai seorang yang sangat cerdas, tekun, dan zuhud, memilih jalan kesederhanaan dan meninggalkan kemewahan dunia.
Setelah bertahun-tahun menuntut ilmu dan menjalani riyadhah (latihan spiritual) yang berat, Syekh Abdul Qodir Jaelani mencapai maqam (kedudukan spiritual) yang tinggi. Beliau mulai mengajar dan berdakwah, tidak hanya di madrasah-madrasah namun juga di tengah masyarakat luas. Ceramah-ceramahnya dihadiri oleh ribuan orang, dari berbagai kalangan, termasuk para ulama, pejabat, hingga masyarakat awam. Kata-katanya penuh hikmah, menembus hati, dan mampu mengubah akhlak. Beliau adalah sosok yang tegas dalam amar ma'ruf nahi munkar, tidak gentar menghadapi penguasa zalim, dan selalu membela kebenaran.
Puncak kemasyhuran beliau adalah ketika Allah menganugerahkan beliau gelar Sulthanul Aulia, Raja Para Wali, dan Ghawth al-A'zham, Penolong Agung. Gelar ini bukan sekadar julukan, melainkan pengakuan atas kedudukan spiritual beliau yang luar biasa, sebagai poros para wali pada zamannya dan mata air spiritual yang tiada henti mengalirkan keberkahan. Tarekat Qadiriyyah yang beliau dirikan mengajarkan zuhud, takwa, keikhlasan, mahabbah (cinta kepada Allah dan Rasul-Nya), serta dzikir yang mendalam. Pengaruh tarekat ini sangat besar, menyebar ke seluruh dunia Islam, membentuk karakter dan spiritualitas jutaan umat.
"Barang siapa mengikutiku dalam kebaikan, maka aku akan menolongnya. Barang siapa mencintaiku, maka aku akan menolongnya. Barang siapa menyeru namaku dalam kesulitan, aku akan menjawabnya." – Syekh Abdul Qodir Jaelani
Al-Fatihah: Ummul Kitab dan Doa yang Paling Agung
Sebelum membahas lebih jauh tentang pengiriman Al-Fatihah kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani, penting untuk memahami keutamaan dan kedudukan surah Al-Fatihah itu sendiri. Al-Fatihah adalah surah pembuka dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari tujuh ayat. Surah ini memiliki banyak nama agung, di antaranya Ummul Kitab (Induk Kitab), Ummul Qur'an (Induk Al-Qur'an), As-Sab'ul Matsani (Tujuh Ayat yang Diulang-ulang), Asy-Syifa (Penyembuh), dan Ar-Ruqyah (Jampi). Kedudukannya begitu istimewa sehingga tidak sah shalat seseorang tanpa membacanya.
Setiap ayat dalam Al-Fatihah mengandung makna yang sangat dalam, meliputi pujian kepada Allah (Alhamdulillahirabbil 'alamin), penegasan tauhid (Arrahmanirrahiim, Maaliki yaumiddin, Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in), permohonan petunjuk (Ihdinash shirathal mustaqim), hingga pengakuan akan jalan orang-orang yang diberi nikmat dan menghindari jalan orang-orang yang dimurkai (Shirathalladzina an'amta 'alaihim ghairil maghdhubi 'alaihim waladhdhallin).
Al-Fatihah adalah ringkasan sempurna dari seluruh ajaran Al-Qur'an. Ia adalah doa yang paling komprehensif, mencakup semua kebutuhan spiritual dan duniawi seorang hamba. Dengan membacanya, seorang Muslim memuji Allah, menyatakan ketergantungan penuh kepada-Nya, memohon hidayah, dan berlindung dari kesesatan. Oleh karena itu, Al-Fatihah bukan sekadar bacaan, melainkan sebuah dialog spiritual yang mendalam antara hamba dan Tuhannya. Kekuatan Al-Fatihah sebagai doa dan sarana permohonan keberkahan telah diakui dan diamalkan oleh umat Islam sejak dahulu kala.
Hukum dan Dalil Pengiriman Al-Fatihah kepada Orang yang Telah Meninggal
Praktik mengirimkan bacaan Al-Fatihah atau amalan kebaikan lainnya kepada orang yang telah meninggal dunia, khususnya para wali dan orang saleh, merupakan tradisi yang telah berlangsung lama dan memiliki sandaran dalam syariat Islam. Konsep ini dikenal sebagai Isalul Sawab, yaitu sampainya pahala suatu amalan kepada orang lain. Mayoritas ulama dari empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali) membolehkan dan bahkan menganjurkan praktik ini.
Dalil-Dalil Pendukung Isalul Sawab:
- Doa untuk Jenazah: Setiap kali shalat jenazah, umat Islam mendoakan ampunan dan rahmat bagi si mayit. Ini adalah bentuk paling jelas dari sampainya doa kepada orang yang meninggal. Rasulullah ﷺ sendiri selalu mendoakan jenazah.
- Sedekah Jariyah: Hadits shahih menyebutkan bahwa salah satu amalan yang pahalanya terus mengalir setelah kematian adalah sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya. Doa dari anak saleh ini secara eksplisit menunjukkan bahwa doa bisa sampai kepada mayit.
- Haji Badal: Dibolehkan bagi seseorang untuk menunaikan haji atas nama orang lain yang telah meninggal atau tidak mampu. Pahala haji ini diyakini sampai kepada orang yang dibadalkan.
- Qadha Puasa dan Nazar: Dalam beberapa riwayat, Rasulullah ﷺ membolehkan keluarga untuk mengqadha puasa nazar atau puasa wajib bagi mayit yang belum sempat melaksanakannya. Ini menunjukkan adanya transfer pahala atau pengguguran kewajiban.
- Ijma' Ulama: Banyak ulama besar, seperti Imam Nawawi, Imam Subki, dan Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, menegaskan bahwa pahala bacaan Al-Qur'an, dzikir, sedekah, dan doa dapat sampai kepada mayit jika diniatkan. Mereka berpendapat bahwa jika doa bisa sampai, maka bacaan Al-Qur'an dan dzikir juga bisa, karena doa adalah inti dari ibadah.
Ketika seseorang membaca Al-Fatihah dengan niat untuk dihadiahkan pahalanya kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani, maka pahala dari bacaan tersebut akan sampai kepada beliau. Ini adalah bentuk ekspresi cinta, penghormatan, dan harapan akan keberkahan. Praktik ini bukan berarti kita menyembah atau memohon kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani, melainkan kita memohon kepada Allah SWT, dengan menjadikan pahala bacaan Al-Fatihah sebagai wasilah (perantara) dan berharap syafaat serta keberkahan dari Allah melalui kedudukan mulia beliau.
Mengapa Al-Fatihah Khusus untuk Syekh Abdul Qodir Jaelani?
Tradisi mengkhususkan pengiriman Al-Fatihah kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani berakar pada beberapa alasan mendalam yang bersifat spiritual dan historis:
1. Kedudukan Spiritual yang Agung (Ghawth al-A'zham)
Syekh Abdul Qodir Jaelani diyakini sebagai Ghawth al-A'zham (Penolong Agung) atau Qutbul Akwan (Poros Alam Semesta) pada masanya. Beliau adalah pemimpin para wali, yang memiliki kedudukan tertinggi di antara mereka. Dalam keyakinan Sufi, para wali adalah orang-orang yang sangat dekat dengan Allah, dan melalui mereka, rahmat dan keberkahan Ilahi dapat mengalir. Menghadiahkan Al-Fatihah kepada beliau adalah bentuk pengakuan atas kedudukan mulia ini dan harapan untuk mendapatkan sebagian dari keberkahan (barakah) yang beliau miliki.
2. Jembatan Menuju Ilmu dan Ma'rifah
Syekh Abdul Qodir Jaelani adalah seorang ulama rabbani yang ilmunya luas dan ma'rifahnya tinggi. Banyak pengikut tarekat dan pencari ilmu meyakini bahwa dengan mengirimkan Al-Fatihah kepada beliau, hati mereka akan lebih terbuka untuk menerima ilmu dan hikmah, serta dimudahkan dalam memahami ajaran-ajaran spiritual. Beliau dipandang sebagai guru spiritual yang terus membimbing dari alam barzakh.
3. Mengharap Syafaat dan Bantuan Spiritual
Para wali Allah diyakini memiliki syafaat di sisi Allah SWT. Meskipun syafaat tertinggi adalah milik Rasulullah ﷺ, para wali juga dianugerahi kemampuan untuk bersyafaat bagi para pecinta dan pengikutnya. Dengan mengirimkan Al-Fatihah, seseorang berharap agar Syekh Abdul Qodir Jaelani dapat menjadi perantara doa-doanya kepada Allah, atau memberikan bantuan spiritual dalam menghadapi kesulitan hidup.
4. Bagian dari Silsilah Spiritual (Tarekat Qadiriyyah)
Bagi para pengikut Tarekat Qadiriyyah, Syekh Abdul Qodir Jaelani adalah mursyid (guru pembimbing) utama mereka. Pengiriman Al-Fatihah adalah bagian integral dari praktik spiritual tarekat tersebut, yang berfungsi untuk mempererat ikatan rohani antara murid dengan guru spiritualnya, sekaligus menyambung sanad keberkahan dari beliau hingga ke Rasulullah ﷺ.
5. Ekspresi Cinta dan Penghormatan
Cinta kepada para kekasih Allah adalah bagian dari kesempurnaan iman. Menghadiahkan Al-Fatihah adalah bentuk ekspresi cinta dan penghormatan yang tulus kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani atas jasa-jasa beliau dalam menyebarkan ajaran Islam, membimbing umat, dan menjadi teladan kesalehan. Cinta ini diharapkan akan membuahkan kecintaan Allah dan Rasul-Nya.
6. Memohon Keberkahan dalam Segala Urusan
Dalam keyakinan umat, keberkahan Syekh Abdul Qodir Jaelani dapat dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan mengirimkan Al-Fatihah, banyak yang berharap mendapatkan keberkahan dalam rezeki, kesehatan, keluarga, pekerjaan, dan segala urusan duniawi maupun ukhrawi. Ini adalah bentuk tawassul (meminta perantara) melalui orang-orang saleh, yang dibolehkan dalam Islam asalkan niatnya tetap tertuju kepada Allah.
Tata Cara Mengirimkan Al-Fatihah untuk Syekh Abdul Qodir Jaelani
Mengirimkan Al-Fatihah kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani umumnya dilakukan dengan niat dan adab tertentu, meskipun tidak ada tata cara baku yang mutlak harus diikuti. Yang terpenting adalah keikhlasan hati dan keyakinan akan sampainya pahala. Namun, secara umum, tata caranya adalah sebagai berikut:
1. Niat yang Tulus
Awali dengan niat yang tulus di dalam hati untuk menghadiahkan pahala bacaan Al-Fatihah kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani. Niat ini bisa diucapkan dalam hati, misalnya: "Ya Allah, aku niatkan pahala bacaan Al-Fatihah ini untuk Syekh Abdul Qodir Jaelani, semoga sampai kepada beliau dan semoga aku mendapatkan keberkahannya."
2. Membaca Ta'awudz dan Basmalah
Mulailah dengan membaca Ta'awudz (A'udzubillahiminasy syaithanirrajim) dan Basmalah (Bismillahirrahmanirrahim).
3. Membaca Al-Fatihah
Bacalah Surah Al-Fatihah dengan tartil, tenang, dan penuh penghayatan akan makna-maknanya. Usahakan membaca dengan tajwid yang benar.
4. Melanjutkan dengan Doa
Setelah selesai membaca Al-Fatihah, lanjutkan dengan doa yang berisi permohonan kepada Allah SWT. Misalnya:
- "Ya Allah, dengan kemuliaan dan keberkahan Al-Fatihah yang telah kubaca ini, sampaikanlah pahalanya kepada hamba-Mu yang mulia, Sulthanul Aulia Syekh Abdul Qodir Jaelani. Tinggikanlah derajatnya di sisi-Mu, lipatgandakanlah pahalanya, dan jadikanlah ia sebagai perantara bagi kami untuk mendapatkan rahmat, ampunan, hidayah, dan keberkahan dari-Mu."
- "Ya Allah, berkat kemuliaan Syekh Abdul Qodir Jaelani, limpahkanlah kepada kami ilmu yang bermanfaat, akhlak yang mulia, kemudahan dalam segala urusan, dan kabulkanlah hajat-hajat kami, baik dunia maupun akhirat."
Doa ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan hajat pribadi, asalkan tetap dalam koridor adab berdoa dan tidak melanggar syariat. Penting untuk diingat bahwa doa tetap ditujukan kepada Allah SWT, bukan kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani secara langsung.
Praktik ini sering dijumpai dalam berbagai kegiatan spiritual seperti tahlilan, majelis dzikir, atau wiridan perseorangan. Bagi para murid tarekat Qadiriyyah, pengiriman Al-Fatihah ini bahkan menjadi bagian dari wirid harian atau mingguan yang mereka amalkan.
Manfaat Spiritual dan Personal dari Tradisi Ini
Tradisi mengirimkan Al-Fatihah kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani, jika dilakukan dengan niat yang benar dan pemahaman yang lurus, dapat memberikan berbagai manfaat spiritual dan personal bagi pelakunya:
1. Mempererat Ikatan Spiritual
Praktik ini membantu mempererat ikatan batin dan spiritual antara seorang Muslim dengan para kekasih Allah, khususnya Syekh Abdul Qodir Jaelani. Ikatan ini dapat menjadi sumber inspirasi, motivasi, dan kekuatan dalam menjalani jalan spiritual.
2. Mendapatkan Keberkahan (Barakah)
Melalui wasilah wali Allah, seseorang berharap mendapatkan limpahan keberkahan dalam hidupnya. Barakah adalah bertambahnya kebaikan dan manfaat dalam segala sesuatu, baik materi maupun non-materi. Keberkahan ini diyakini dapat membantu dalam memecahkan masalah, mendatangkan rezeki, dan memberikan ketenangan batin.
3. Meningkatkan Kedekatan kepada Allah SWT
Cinta kepada para wali Allah adalah cermin dari cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan mencintai dan menghormati mereka, seorang Muslim sesungguhnya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Praktik ini mendorong introspeksi dan peningkatan ibadah, karena ingin meneladani kesalehan para wali.
4. Memperoleh Ilmu dan Hikmah
Syekh Abdul Qodir Jaelani adalah lautan ilmu. Dengan bersambung kepadanya melalui Al-Fatihah dan doa, diharapkan hati dan pikiran menjadi lebih terbuka untuk menerima ilmu, hikmah, dan pemahaman spiritual yang mendalam.
5. Menghidupkan Kembali Semangat Zuhud dan Takwa
Mengingat dan mengenang Syekh Abdul Qodir Jaelani melalui Al-Fatihah adalah pengingat akan teladan hidup beliau yang penuh zuhud, takwa, keikhlasan, dan perjuangan dalam menegakkan kebenaran. Ini dapat memotivasi seseorang untuk memperbaiki diri dan meneladani akhlak mulia beliau.
6. Penenang Hati dan Jiwa
Dalam kondisi hati yang gelisah atau pikiran yang buntu, membaca Al-Fatihah dan menghadiahkannya kepada beliau dapat menjadi sarana untuk menenangkan hati, mencari ketenangan, dan mendapatkan solusi spiritual atas masalah yang dihadapi. Ini karena keyakinan akan pertolongan Allah melalui perantara hamba-Nya yang shaleh.
Meluruskan Pemahaman: Bukan Menyembah Makhluk
Penting untuk selalu meluruskan pemahaman agar tradisi ini tidak terjerumus ke dalam kesyirikan atau bid'ah yang menyesatkan. Beberapa poin penting yang harus ditegaskan adalah:
- Niat Hanya Kepada Allah: Segala bentuk doa, permohonan, dan ibadah haruslah ditujukan hanya kepada Allah SWT. Syekh Abdul Qodir Jaelani, meskipun mulia, hanyalah seorang hamba Allah.
- Wasilah, Bukan Tujuan: Para wali Allah, termasuk Syekh Abdul Qodir Jaelani, dijadikan sebagai wasilah (perantara) untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan sebagai tujuan ibadah itu sendiri. Kita meminta kepada Allah, dengan harapan doa kita dikabulkan berkat kemuliaan para wali-Nya.
- Pahala Amal, Bukan Pujian: Yang dikirimkan adalah pahala dari bacaan Al-Fatihah kita, bukan Al-Fatihah itu sendiri sebagai pujian langsung kepada beliau. Pahala ini diharapkan dapat meningkatkan derajat beliau di sisi Allah.
- Tidak Meyakini Wali Memberi Manfaat Mandiri: Keyakinan bahwa Syekh Abdul Qodir Jaelani atau wali lain dapat memberikan manfaat atau menolak mudarat secara mandiri (tanpa izin Allah) adalah kesyirikan. Semua kekuatan dan pertolongan berasal dari Allah SWT semata.
Dengan pemahaman yang benar, praktik pengiriman Al-Fatihah ini akan menjadi jembatan spiritual yang menguatkan iman, memperluas cakrawala spiritual, dan mendekatkan diri kepada Allah melalui kecintaan kepada para kekasih-Nya, tanpa sedikitpun menyimpang dari akidah tauhid.
Syekh Abdul Qodir Jaelani: Cahaya Abadi bagi Umat
Warisan Syekh Abdul Qodir Jaelani tidak terbatas pada ajaran tarekatnya saja, tetapi juga pada teladan hidup, kebijaksanaan, dan keberanian beliau dalam menyebarkan kebenaran Islam. Beliau adalah seorang reformis, seorang mujaddid pada masanya, yang berhasil menghidupkan kembali semangat keislaman di tengah masyarakat yang mulai diselimuti kemewahan dan perselisihan.
Ajaran-ajaran beliau, yang banyak tertuang dalam kitab-kitabnya seperti Fathul Rabbani dan Al-Ghunyah li Thalibi Thariqil Haqq, menekankan pentingnya membersihkan hati dari segala bentuk penyakit batin, mengutamakan zuhud, ikhlas, sabar, tawakal, dan senantiasa berdzikir kepada Allah. Beliau juga mengajarkan pentingnya berpegang teguh pada syariat, serta menjauhi bid'ah dan khurafat.
Hingga saat ini, makam beliau di Baghdad menjadi tujuan ziarah bagi jutaan umat Muslim dari berbagai belahan dunia. Para peziarah datang untuk mengambil berkah, berdoa, dan merasakan kehadiran spiritual beliau. Keberadaan tarekat Qadiriyyah yang masih eksis dan berkembang pesat di berbagai negara, termasuk Indonesia, adalah bukti nyata akan pengaruh abadi Syekh Abdul Qodir Jaelani.
Pembacaan Al-Fatihah untuk beliau adalah salah satu bentuk ikatan spiritual yang tak terputus. Ini adalah cara umat Islam, khususnya para pecinta tasawuf dan tarekat, untuk terus mengingat, menghormati, dan mengambil inspirasi dari seorang tokoh agung yang kehidupannya sepenuhnya didedikasikan untuk Allah dan Rasul-Nya. Melalui Al-Fatihah, kita berharap dapat tersambung dengan rantai emas spiritual (silsilah) para aulia hingga sampai kepada Rasulullah ﷺ, dan akhirnya meraih ridha serta ampunan Allah SWT.
Dalam setiap lafaz Al-Fatihah yang kita panjatkan untuk Syekh Abdul Qodir Jaelani, terkandung harapan akan keberkahan yang melimpah, ilmu yang bermanfaat, dan kedekatan spiritual yang hakiki. Ini adalah manifestasi dari keyakinan akan adanya kehidupan di alam barzakh, sampainya doa, dan kekuatan spiritual para kekasih Allah yang terus memancar, membimbing umat menuju jalan kebenaran dan kebahagiaan sejati.
Semoga dengan memahami makna dan tujuan di balik tradisi ini, kita semakin mantap dalam beribadah kepada Allah, semakin mencintai para aulia-Nya, dan senantiasa bersemangat untuk meneladani akhlak mulia mereka. Aamiin.