Al-Qadr: Tafsir Surat & Malam Kemuliaan

Memahami Kedalaman Wahyu dan Anugerah Ilahi di Malam yang Lebih Baik dari Seribu Bulan

Bulan Sabit dan Kitab Suci Ilustrasi simbol Islam: bulan sabit, bintang, dan buku terbuka yang mewakili Al-Qur'an.

Surat Al-Qadr adalah surat ke-97 dalam Al-Qur'an, tergolong surat Makkiyah, yang berarti diturunkan di Mekah sebelum hijrahnya Nabi Muhammad ﷺ ke Madinah. Surat ini terdiri dari lima ayat yang singkat namun padat makna, secara spesifik menjelaskan tentang keutamaan dan keagungan sebuah malam yang sangat istimewa, yaitu Laylatul Qadr atau Malam Kemuliaan. Malam ini merupakan puncak dari bulan Ramadan, di mana keberkahan, rahmat, dan ampunan Allah SWT melimpah ruah, menjadikannya lebih baik dari seribu bulan. Memahami surat ini bukan hanya menghafal ayat-ayatnya, tetapi juga meresapi pesan-pesan mendalam yang terkandung di dalamnya, tentang kebesaran Al-Qur'an, kehadiran para malaikat, dan anugerah kedamaian yang melingkupi malam tersebut.

Malam Lailatul Qadr merupakan salah satu misteri terbesar yang dijanjikan Allah kepada umat Nabi Muhammad ﷺ. Keistimewaannya melampaui rentang waktu yang panjang, di mana setiap amal kebaikan yang dilakukan pada malam itu akan dilipatgandakan pahalanya secara luar biasa. Penjelasan dalam surat ini tidak hanya menyoroti nilai temporal malam tersebut, tetapi juga dimensi spiritualnya, menggarisbawahi pentingnya merenung, beribadah, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Mari kita selami lebih dalam tafsir setiap ayat dari Surat Al-Qadr, untuk menggali mutiara hikmah dan pelajaran yang terkandung di dalamnya.

Teks Arab dan Terjemah Surat Al-Qadr

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ

(1) Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan.

وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ

(2) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?

لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

(3) Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.

تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ

(4) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.

سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ

(5) Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.

Tafsir Ayat Per Ayat Surat Al-Qadr

Ayat 1: إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ (Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam kemuliaan.)

Ayat pertama ini menjadi fondasi utama pemahaman surat Al-Qadr. Frasa "إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ" (Innaa Anzalnaahu) yang berarti "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya" merujuk pada Al-Qur'an. Meskipun Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad ﷺ selama 23 tahun, sebagian besar ulama tafsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan "penurunan" di sini adalah penurunan Al-Qur'an secara keseluruhan dari Lauhul Mahfuzh (tempat di mana segala takdir tercatat) ke Baitul Izzah, yaitu langit dunia. Dari Baitul Izzah inilah Al-Qur'an kemudian diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad ﷺ sesuai dengan peristiwa dan kebutuhan yang terjadi.

Hikmah di balik penurunan ganda ini sangatlah mendalam. Penurunan sekaligus ke langit dunia menunjukkan keagungan dan kemuliaan Al-Qur'an di mata Allah, serta penetapan bahwa ia adalah kitab terakhir yang sempurna. Sementara itu, penurunan secara berangsur-angsur kepada Nabi ﷺ berfungsi untuk menguatkan hati beliau, memudahkan pemahaman dan penghafalan bagi kaum muslimin, serta sebagai respons terhadap permasalahan dan pertanyaan yang muncul, sehingga ajaran Islam dapat diterima secara bertahap dan kokoh.

Kemudian, frasa "فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ" (fī Laylatil Qadr) yang berarti "pada malam kemuliaan". Kata "Al-Qadr" sendiri memiliki beberapa makna dalam bahasa Arab, dan semuanya relevan dengan keistimewaan malam ini:

  1. Kemuliaan atau Keagungan: Malam ini dinamakan Malam Kemuliaan karena nilai dan derajatnya yang sangat tinggi di sisi Allah SWT. Ibadah dan amal shalih yang dilakukan pada malam ini memiliki keutamaan yang luar biasa, sehingga pelakunya akan mendapatkan kemuliaan dan pahala yang agung. Hal ini juga menunjukkan kemuliaan Al-Qur'an yang diturunkan pada malam tersebut, dan kemuliaan Nabi Muhammad ﷺ yang menerimanya, serta kemuliaan umat Islam yang mendapatkan anugerah malam ini.
  2. Ketetapan atau Pengaturan: Makna lain dari "Al-Qadr" adalah ketetapan atau pengaturan. Pada malam ini, Allah menetapkan dan merincikan takdir atau segala urusan yang akan terjadi bagi makhluk-Nya dalam satu tahun ke depan, meliputi hidup, mati, rezeki, jodoh, sakit, sehat, dan segala hal lainnya. Meskipun takdir telah tertulis di Lauhul Mahfuzh, pada malam ini detail-detailnya diperlihatkan atau diinformasikan kepada para malaikat yang bertugas mengaturnya di dunia. Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman dan ketetapan Allah yang Maha Bijaksana.
  3. Sempit atau Sesak: Sebagian ulama juga menafsirkan "Al-Qadr" dengan makna kesempitan atau sesak, bukan dalam artian negatif, melainkan karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi pada malam tersebut sehingga bumi menjadi "sesak" dengan keberadaan mereka. Jumlah malaikat yang turun pada malam ini dikatakan melebihi jumlah butiran kerikil di bumi, menandakan betapa agung dan meriahnya malam tersebut di hadapan Allah.

Gabungan makna-makna ini memberikan gambaran lengkap tentang betapa luar biasanya Malam Kemuliaan. Ia adalah malam yang agung karena turunnya Al-Qur'an, malam yang menjadi titik penentuan dan perincian takdir, serta malam yang dipenuhi dengan kehadiran para malaikat pembawa rahmat dan keberkahan.

Ayat 2: وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ (Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?)

Ayat kedua ini menggunakan gaya bahasa retoris yang sangat kuat: "وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ" (Wa maa adraaka ma Laylatul Qadr). Pertanyaan ini bukan untuk mencari jawaban, melainkan untuk menegaskan bahwa keagungan dan kemuliaan Malam Kemuliaan adalah sesuatu yang sangat besar, melampaui batas pengetahuan dan pemahaman manusia biasa. Dengan kata lain, Allah sendiri yang akan menjelaskannya, karena manusia tidak akan pernah bisa mengukur atau memahami sepenuhnya kebesaran malam tersebut tanpa petunjuk dari-Nya.

Ungkapan "Wa maa adraaka" dalam Al-Qur'an sering kali digunakan untuk memperkenalkan suatu hal yang sangat penting, agung, dan luar biasa, yang tidak akan diketahui oleh Nabi dan umatnya kecuali Allah SWT sendiri yang memberitahukannya. Ini adalah cara Allah untuk menarik perhatian pendengar akan signifikansi dari apa yang akan dijelaskan selanjutnya. Ini seolah-olah mengatakan, "Hai Muhammad, apakah kamu tahu betapa agungnya Malam Qadr itu? Tidak! Hanya Aku yang tahu, dan Aku akan memberitahukannya kepadamu sebagian dari keagungan itu."

Penggunaan ungkapan ini juga memberikan kesan misteri dan kekaguman. Ia mengajak kita untuk merenung dan menyadari keterbatasan akal dan pengetahuan kita di hadapan keagungan ciptaan dan ketetapan Allah. Setelah "Wa maa adraaka" ini, Al-Qur'an akan memberikan penjelasan yang luar biasa, yang semakin memperjelas mengapa manusia tidak akan mampu mengukur keagungan malam tersebut tanpa wahyu.

Ayat 3: لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ (Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.)

Ini adalah ayat sentral yang mengungkapkan keutamaan luar biasa dari Laylatul Qadr: "لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ" (Laylatul Qadri khayrun min alfi shahr). Artinya, "Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan." Seribu bulan setara dengan kurang lebih 83 tahun 4 bulan. Ini bukanlah perbandingan yang bersifat kuantitatif semata, tetapi lebih kepada perbandingan kualitas dan nilai di sisi Allah.

Apa makna "lebih baik daripada seribu bulan" ini?

  1. Pelipatgandaan Pahala: Amal ibadah, doa, zikir, shalat, membaca Al-Qur'an, sedekah, dan setiap kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas pada Malam Kemuliaan akan mendapatkan pahala yang dilipatgandakan melebihi pahala yang didapat dari beribadah selama seribu bulan secara terus-menerus di malam-malam biasa. Ini adalah anugerah Allah yang sangat besar bagi umat Nabi Muhammad ﷺ. Bayangkan, dalam satu malam, seorang hamba bisa meraih ganjaran seolah ia telah beribadah selama puluhan tahun.
  2. Kompensasi Umur Umat Islam: Diriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah diperlihatkan usia umat-umat terdahulu yang panjang-panjang, kemudian beliau melihat usia umatnya yang lebih pendek. Beliau khawatir jika umatnya tidak dapat menandingi amal kebaikan umat-umat sebelumnya karena keterbatasan usia. Maka Allah menganugerahkan Malam Lailatul Qadr sebagai kompensasi, di mana dalam satu malam saja, umat ini bisa mengejar ketertinggalan pahala dari ibadah umat-umat yang berumur panjang. Ini menunjukkan rahmat dan kasih sayang Allah kepada umat ini.
  3. Nilai Spiritual yang Tak Terhingga: "Lebih baik" di sini juga bisa dimaknai bahwa malam tersebut memiliki nilai spiritual, keberkahan, dan kedekatan dengan Allah yang tidak dapat diukur dengan hitungan waktu. Ada keberkahan khusus yang diturunkan pada malam itu, yang tidak ditemukan pada malam-malam lain.

Oleh karena itu, umat Islam sangat dianjurkan untuk bersungguh-sungguh mencari dan menghidupkan malam ini dengan berbagai bentuk ibadah. Ini adalah kesempatan emas yang datang setiap tahun di bulan Ramadan, sebuah "hadiah" istimewa dari Allah bagi mereka yang mau berjuang.

Pentingnya Memahami "Lebih Baik": Frasa "lebih baik dari seribu bulan" tidak berarti nilai ibadah di malam itu persis sama dengan 83 tahun 4 bulan. Ia jauh melampaui itu. Jika Anda beribadah selama seribu bulan penuh dan mendapatkan X pahala, maka ibadah di Lailatul Qadr akan mendapatkan lebih dari X. Sebagian ulama bahkan menafsirkan angka "seribu" di sini sebagai metafora untuk "sangat banyak" atau "tak terhingga", menunjukkan bahwa keutamaan malam ini tidak terbatas pada jumlah tersebut.

Ayat 4: تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ (Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.)

Ayat ini menjelaskan fenomena luar biasa yang terjadi pada Malam Kemuliaan: "تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ" (Tanazzalul malaa'ikatu war Ruuhu fiihaa bi idzni Rabbihim min kulli amr).

"تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ" (Tanazzalul malaa'ikah) berarti "turunlah para malaikat". Ini menunjukkan bahwa pada malam tersebut, rombongan besar malaikat turun dari langit ke bumi. Jumlah mereka sangat banyak, melebihi perkiraan manusia. Mereka turun dengan tugas-tugas tertentu, membawa rahmat, keberkahan, dan kedamaian kepada hamba-hamba Allah yang sedang beribadah.

Kemudian, disebutkan "وَٱلرُّوحُ" (war Ruuh). Mayoritas ulama tafsir menafsirkan "Ar-Ruh" di sini sebagai Malaikat Jibril 'alaihis salam, malaikat yang paling mulia dan pembawa wahyu. Penyebutan Jibril secara terpisah dari "malaikat-malaikat" lainnya menunjukkan keistimewaan dan kedudukan beliau yang sangat tinggi. Ini seperti mengatakan "para tentara dan komandannya" untuk menegaskan pentingnya komandan tersebut. Ada juga pendapat lain yang mengatakan "Ar-Ruh" bisa merujuk pada roh-roh mulia, atau ruh yang membawa perintah dan urusan dari Allah, atau bahkan ruh yang dimaksudkan adalah Al-Qur'an itu sendiri yang turun pada malam tersebut.

Turunnya para malaikat dan Jibril pada malam ini adalah dengan "بِإِذْنِ رَبِّهِم" (bi idzni Rabbihim), yaitu "dengan izin Tuhan mereka". Ini menekankan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini, termasuk peristiwa besar seperti turunnya para malaikat, adalah atas perintah, kehendak, dan izin mutlak dari Allah SWT. Tidak ada satu pun makhluk yang bertindak tanpa izin-Nya.

Dan mereka turun "مِّن كُلِّ أَمْرٍ" (min kulli amr), yang berarti "untuk mengatur segala urusan" atau "dengan membawa segala urusan". Ini merujuk pada penetapan dan perincian takdir tahunan yang telah disebutkan sebelumnya. Para malaikat, di bawah pimpinan Jibril, turun untuk membawa dan melaksanakan ketetapan-ketetapan Allah yang telah ditentukan untuk tahun yang akan datang. Urusan-urusan ini meliputi rezeki, ajal, kelahiran, kematian, kesehatan, musibah, kebaikan, dan segala hal yang terjadi di muka bumi. Mereka menyalin ketetapan-ketetapan dari Lauhul Mahfuzh dan menjalankannya di dunia. Ini menunjukkan bahwa Malam Kemuliaan adalah malam yang penuh dengan penetapan Ilahi yang agung dan menyeluruh.

Malaikat Menurunkan Berkah Ilustrasi sederhana malaikat bersayap yang digambarkan turun dari langit, membawa cahaya berkah ke bumi yang tenang di malam hari.

Kehadiran malaikat dalam jumlah besar ini adalah tanda kemuliaan dan keberkahan malam tersebut. Mereka turun untuk membawa rahmat dan keberkahan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang taat, serta untuk mencatat amal-amal shalih yang dilakukan pada malam itu. Ini adalah gambaran tentang betapa aktifnya dimensi spiritual pada Malam Kemuliaan, di mana langit dan bumi seolah-olah terhubung secara langsung oleh kehadiran para utusan Allah.

Ayat 5: سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ (Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.)

Ayat terakhir dari Surat Al-Qadr ini menyimpulkan keutamaan malam tersebut: "سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ" (Salaamun hiya hatta matla'il fajr). Artinya, "Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar."

Kata "سَلَٰمٌ" (Salaam) memiliki makna yang sangat luas dan indah, meliputi:

  1. Kedamaian dan Keamanan: Malam ini penuh dengan kedamaian, ketenangan, dan keamanan. Tidak ada keburukan atau bahaya yang terjadi di malam itu. Setan tidak dapat mengganggu atau melakukan kejahatan di Malam Kemuliaan ini karena kehadiran para malaikat dan rahmat Allah yang melimpah. Hati orang-orang yang beribadah akan merasakan ketenangan dan kedamaian yang luar biasa.
  2. Kesejahteraan dan Keselamatan: Malam ini membawa kesejahteraan dan keselamatan dari segala bentuk keburukan, musibah, dan azab. Ini adalah malam di mana Allah melimpahkan ampunan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, sehingga mereka selamat dari siksa neraka.
  3. Penuh Rahmat dan Berkah: Kedamaian di sini juga merujuk pada limpahan rahmat, berkah, dan kebaikan dari Allah. Para malaikat yang turun membawa berkah dan rahmat Allah ke bumi, dan mereka mengucapkan salam kepada setiap mukmin yang beribadah.

Kedamaian dan keberkahan ini berlangsung "حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ" (hatta matla'il fajr), yaitu "sampai terbit fajar". Ini berarti bahwa seluruh malam Lailatul Qadr, dari matahari terbenam hingga terbitnya fajar, adalah waktu yang penuh berkah, rahmat, dan kedamaian. Setiap detik dari malam tersebut adalah kesempatan emas untuk meraih anugerah Ilahi yang tak terhingga. Ketika fajar menyingsing, para malaikat kembali ke langit setelah menyelesaikan tugas mereka dan setelah menyaksikan ibadah hamba-hamba Allah di bumi.

Ayat ini menutup surat Al-Qadr dengan gambaran yang indah tentang sebuah malam yang sempurna, di mana langit dan bumi berharmoni dalam kedamaian dan keberkahan Ilahi. Ini adalah malam yang memotivasi setiap mukmin untuk berjuang mencari dan menghidupinya, demi meraih keutamaan yang dijanjikan.

Kapan Terjadinya Malam Lailatul Qadr?

Meskipun Al-Qur'an secara eksplisit menyebutkan keutamaan Laylatul Qadr, namun Allah SWT dan Rasul-Nya secara sengaja tidak menentukan tanggal pasti kapan malam tersebut jatuh. Hikmah di balik kerahasiaan ini adalah agar umat Islam termotivasi untuk senantiasa giat beribadah dan menghidupkan setiap malam di bulan Ramadan, khususnya di sepuluh malam terakhir, dan tidak hanya berfokus pada satu malam saja. Ini juga melatih keikhlasan hamba dalam beribadah, bukan semata-mata mengejar satu malam tertentu.

Hadis-hadis Mengenai Waktu Lailatul Qadr:

Rasulullah ﷺ memberikan beberapa petunjuk mengenai waktu terjadinya Lailatul Qadr:

Dengan demikian, upaya terbaik adalah menghidupkan semua malam di sepuluh hari terakhir Ramadan, terutama malam-malam ganjil, dengan penuh kekhusyukan dan ibadah. Ini adalah cara paling aman untuk memastikan tidak melewatkan Malam Kemuliaan yang agung.

Tanda-tanda Malam Lailatul Qadr

Beberapa hadis dan pengalaman para salafus shalih menyebutkan beberapa tanda yang mungkin muncul pada Malam Lailatul Qadr atau pada pagi setelahnya:

Namun, penting untuk tidak terlalu terpaku pada tanda-tanda fisik ini, karena yang terpenting adalah semangat untuk beribadah dan menghidupkan malam tersebut, bukan sekadar menunggu tanda-tanda. Tanda-tanda ini bersifat sekunder dan mungkin tidak dirasakan oleh semua orang.

Amalan Terbaik di Malam Lailatul Qadr

Untuk meraih keutamaan Malam Lailatul Qadr, ada beberapa amalan yang sangat dianjurkan:

Semua amalan ini harus dilakukan dengan niat ikhlas semata-mata karena Allah, mengharapkan ridha dan ampunan-Nya.

Hikmah dan Pelajaran dari Surat Al-Qadr

Surat Al-Qadr bukan hanya sekadar memberitahukan tentang keistimewaan suatu malam, tetapi juga mengandung pelajaran mendalam bagi kehidupan seorang Muslim:

  1. Keagungan Al-Qur'an: Penurunan Al-Qur'an pada malam ini menegaskan statusnya sebagai mukjizat terbesar dan petunjuk hidup yang sempurna dari Allah. Ini harus mendorong kita untuk lebih sering membaca, memahami, dan mengamalkan ajaran-ajarannya.
  2. Nilai Waktu dan Peluang: Malam Lailatul Qadr mengajarkan kita tentang betapa berharganya setiap waktu. Satu malam bisa bernilai lebih dari puluhan tahun. Ini adalah pengingat untuk tidak menyia-nyiakan waktu, terutama dalam beribadah.
  3. Rahasia Ilahi dan Motivasi Ibadah: Kerahasiaan waktu Lailatul Qadr adalah hikmah besar yang memotivasi umat untuk bersungguh-sungguh mencari, sehingga tidak hanya bergantung pada satu malam saja. Ini melatih kesabaran, keistiqamahan, dan keikhlasan dalam beribadah sepanjang sepuluh malam terakhir.
  4. Keyakinan pada Takdir: Penurunan malaikat yang membawa segala urusan dan ketetapan menunjukkan bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman dan ketetapan Allah. Ini menumbuhkan keyakinan (iman) kepada qada dan qadar, serta pentingnya berdoa untuk kebaikan takdir.
  5. Kedamaian dan Kesejahteraan: Ayat terakhir tentang "kedamaian hingga terbit fajar" mengajarkan bahwa ibadah dan ketaatan kepada Allah membawa kedamaian hakiki dalam hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Islam adalah agama kedamaian, dan Lailatul Qadr adalah manifestasi dari kedamaian Ilahi.
  6. Pentingnya Berdoa dan Memohon Ampunan: Keutamaan malam ini adalah kesempatan emas untuk memohon ampunan atas segala dosa dan kesalahan. Doa yang dipanjatkan pada malam ini memiliki peluang besar untuk dikabulkan.

Dengan meresapi pelajaran-pelajaran ini, seorang Muslim diharapkan dapat meningkatkan kualitas ibadahnya, memperbaiki diri, dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Penutup: Merebut Malam Kemuliaan

Surat Al-Qadr adalah pengingat abadi akan kemurahan dan kasih sayang Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya. Ia bukan sekadar informasi tentang sebuah malam yang istimewa, melainkan seruan untuk bertindak, untuk memanfaatkan peluang emas yang hanya datang setahun sekali. Keagungan Al-Qur'an, kehadiran para malaikat, dan anugerah kedamaian serta pahala yang berlipat ganda, semuanya menyatu dalam satu malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Semoga kita semua diberikan taufik dan kekuatan untuk dapat menghidupkan malam-malam terakhir Ramadan, khususnya Malam Lailatul Qadr, dengan sebaik-baiknya ibadah. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung, yang mendapatkan ampunan, rahmat, dan keberkahan dari Allah SWT. Mari kita jadikan setiap momen di bulan Ramadan ini sebagai investasi untuk kehidupan akhirat kita, dengan harapan dapat meraih kebahagiaan sejati di sisi-Nya.

🏠 Homepage