Ilustrasi Bimbingan Ilahi
Surat Ad Dhuha adalah salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang penuh dengan penghiburan, penegasan janji Allah, dan pengingat akan rahmat yang pernah dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Surat ini turun sebagai penyejuk hati beliau ketika mengalami jeda wahyu (fatrah al wahyu).
Ayat yang menjadi fokus pembahasan ini adalah ayat ketujuh, yang secara tegas mengingatkan Rasulullah tentang nikmat yang telah Allah berikan di masa lalu. Memahami **arti surat Ad Dhuha ayat 7** sangat penting untuk memahami konteks keseluruhan surat, yaitu penegasan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya yang terkasih.
(7) Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?
Ayat ini bukanlah pertanyaan retoris yang membutuhkan jawaban, melainkan penegasan kuat dari Allah SWT. Pertanyaan ini diarahkan langsung kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengingatkan beliau akan kondisi beliau sebelum menerima wahyu dan kerasulan.
Sebelum masa kerasulannya, Nabi Muhammad SAW telah kehilangan kedua orang tua sejak usia sangat muda. Ayahnya, Abdullah, wafat sebelum beliau lahir. Ibunya, Aminah, wafat ketika beliau baru berusia enam tahun. Kehilangan orang tua di usia dini merupakan cobaan berat, terutama di lingkungan masyarakat Arab pada saat itu yang sangat mengandalkan struktur keluarga dan suku.
Menjadi yatim adalah status sosial yang rentan. Nabi SAW harus diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, dan setelah kakeknya wafat, beliau kemudian berada di bawah asuhan pamannya, Abu Thalib. Status yatim inilah yang menjadi titik awal penegasan rahmat Allah.
Arti surat Ad Dhuha ayat 7 menekankan pada kata "Fa Awa" (lalu Dia melindungimu/memberimu perlindungan). Kata "Awa" sendiri memiliki makna memberikan tempat berlindung, menampung, atau memberikan naungan yang aman. Meskipun secara kasat mata Nabi diasuh oleh keluarga besarnya, Islam mengajarkan bahwa perlindungan hakiki datang dari Allah.
Allah mengingatkan bahwa Dia telah menyediakan mekanisme perlindungan tersebut melalui kasih sayang keluarga dan komunitasnya. Ini adalah rahmat yang tersembunyi. Allah memastikan bahwa meskipun beliau kehilangan figur ayah dan ibu kandung, beliau tidak dibiarkan tersesat atau terlantar.
Ayat ketujuh ini merupakan pembuka rangkaian pengingat akan nikmat Allah yang terperinci. Setelah mengingatkan kondisi yatim dan perlindungan (Ayat 7), ayat-ayat berikutnya melanjutkan rangkaian anugerah tersebut:
Secara keseluruhan, ayat ini berfungsi sebagai fondasi psikologis bagi Nabi SAW (dan umatnya). Jika Allah telah peduli dan melindungi bahkan di masa beliau adalah seorang yatim piatu yang rentan, maka bagaimana mungkin Allah akan meninggalkan beliau dalam kesusahan dakwah atau masa jeda wahyu (seperti yang dikhawatirkan Nabi saat itu)?
Pemahaman tentang arti surat Ad Dhuha ayat 7 memberikan pelajaran universal bagi setiap Muslim:
Surat Ad Dhuha, dimulai dengan penegasan tentang pagi hari yang cerah, kemudian dilanjutkan dengan penegasan tentang masa lalu yang penuh pemeliharaan. Ayat 7 secara khusus menegaskan bahwa basis perlindungan Allah sudah ada sejak awal perjalanan hidup Nabi SAW. Ini adalah janji yang kokoh bahwa Dia yang telah memelihara di masa lemah, pasti akan menolong di masa kekuatan.