Inna Anzalnahu Fi Lailatul Qadar: Malam Seribu Bulan
Di antara berbagai keistimewaan dan rahmat yang Allah subhanahu wa ta'ala limpahkan kepada umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, terdapat satu malam yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan. Malam yang agung ini dikenal sebagai Lailatul Qadar, atau Malam Kemuliaan, yang disebutkan secara khusus dalam Al-Qur'an. Salah satu bacaan atau surah yang secara eksplisit menjelaskan tentang keagungan malam ini adalah Surah Al-Qadr, yang diawali dengan firman Allah:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
"Inna anzalnahu fi lailatul qadar."
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan."
Ayat ini adalah gerbang pembuka menuju pemahaman yang lebih dalam tentang salah satu anugerah terbesar bagi umat Islam. Mari kita telaah lebih lanjut makna, keutamaan, dan amalan-amalan yang dianjurkan pada malam yang penuh berkah ini.
Pengantar Surah Al-Qadr: "Inna Anzalnahu"
Surah Al-Qadr adalah surah ke-97 dalam mushaf Al-Qur'an, termasuk dalam golongan surah Makkiyah, yang berarti diturunkan di Mekah sebelum hijrahnya Nabi Muhammad ke Madinah. Surah ini terdiri dari lima ayat yang singkat namun padat makna, memberikan gambaran yang jelas dan agung tentang Lailatul Qadar.
Kata kunci "Inna Anzalnahu" yang berarti "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya" merujuk pada turunnya Al-Qur'an. Ini bukan hanya sekadar peristiwa sejarah, melainkan manifestasi nyata dari rahmat Allah yang abadi. Al-Qur'an, sebagai pedoman hidup, diturunkan pada malam yang istimewa ini, menunjukkan betapa agungnya kitab suci tersebut dan betapa mulianya malam penurunannya.
Teks Lengkap Surah Al-Qadr, Transliterasi, dan Terjemahan
Untuk memahami secara utuh, marilah kita simak Surah Al-Qadr ayat per ayat:
Ayat 1: إنا أنـزلناه في ليلة القدر
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Inna anzalnahu fi lailatul qadar.
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan."
Ayat pertama ini menegaskan bahwa Al-Qur'an diturunkan pada Lailatul Qadar. Para ulama tafsir menjelaskan bahwa maksud "diturunkan" di sini adalah dari Lauhul Mahfuzh ke langit dunia secara keseluruhan, kemudian diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam selama 23 tahun.
Ayat 2: وما أدراك ما ليلة القدر
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ
Wa ma adraka ma lailatul qadar.
"Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?"
Ayat ini menggunakan gaya bahasa yang menimbulkan rasa ingin tahu dan mengagungkan. Pertanyaan retoris ini bertujuan untuk menarik perhatian pendengar pada kebesaran dan keistimewaan Lailatul Qadar, menunjukkan bahwa malam itu memiliki kedudukan yang sangat tinggi yang mungkin sulit dijangkau oleh akal manusia.
Ayat 3: ليلة القدر خير من ألف شهر
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Lailatul qadri khairum min alfi syahr.
"Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan."
Inilah inti dari keutamaan Lailatul Qadar. "Seribu bulan" setara dengan kurang lebih 83 tahun 4 bulan. Ini berarti amal ibadah yang dilakukan pada malam Lailatul Qadar, meskipun sebentar, pahalanya bisa melebihi amal ibadah yang dilakukan selama lebih dari 83 tahun. Angka ini sering dimaknai bukan sebagai batasan mutlak, melainkan sebagai kiasan untuk menunjukkan betapa besarnya pahala dan keberkahan yang Allah tawarkan.
Ayat 4: تنزل الملائكة والروح فيها بإذن ربهم من كل أمر
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ
Tanazzalul malaikatu war-ruhu fiha bi izni rabbihim min kulli amr.
"Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan."
Ayat ini menggambarkan suasana spiritual pada Lailatul Qadar. Malaikat-malaikat, termasuk Malaikat Jibril (disebut "Ar-Ruh"), turun ke bumi. Mereka membawa rahmat, keberkahan, dan ketetapan Allah untuk tahun yang akan datang. Turunnya malaikat menunjukkan bahwa malam itu adalah malam yang penuh kedamaian dan campur tangan ilahi yang istimewa.
Ayat 5: سلام هي حتى مطلع الفجر
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Salamun hiya hatta matla'il fajr.
"Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."
Ayat terakhir ini menutup Surah Al-Qadr dengan gambaran kedamaian dan ketenangan. Lailatul Qadar adalah malam yang penuh keselamatan dari segala keburukan dan kejahatan. Kedamaian ini berlangsung sepanjang malam hingga terbit fajar. Ini adalah malam di mana hati-hati tentram, doa-doa dikabulkan, dan rahmat Allah melimpah ruah.
Makna dan Keutamaan "Lailatul Qadar"
Frasa Lailatul Qadar sendiri memiliki beberapa penafsiran makna yang semuanya menunjukkan keagungan malam tersebut:
1. Malam Kemuliaan dan Keagungan (Qadar = Kedudukan/Martabat)
Malam ini disebut 'Qadar' karena memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah. Ia adalah malam yang mulia, agung, dan istimewa, melebihi malam-malam lainnya. Segala amal kebaikan yang dilakukan di malam ini akan dilipatgandakan pahalanya secara luar biasa, menunjukkan betapa mulianya karunia ini dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kemuliaan ini juga terpancar dari peristiwa besar yang terjadi di dalamnya, yaitu permulaan turunnya Al-Qur'an, yang menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia. Tidak ada kemuliaan yang lebih besar dari malam yang menjadi saksi bisu turunnya firman Allah yang abadi.
2. Malam Penetapan Takdir (Qadar = Takdir/Ketetapan)
Beberapa ulama menafsirkan 'Qadar' sebagai takdir atau ketetapan. Pada malam ini, Allah SWT menetapkan berbagai ketetapan bagi makhluk-Nya untuk satu tahun ke depan, seperti rezeki, ajal, kelahiran, kematian, dan segala urusan penting lainnya. Ini adalah malam di mana "segala urusan diputuskan dengan penuh hikmah," sebagaimana dijelaskan dalam Surah Ad-Dukhan ayat 4.
Dengan demikian, Lailatul Qadar menjadi momen krusial bagi seorang Muslim untuk memperbanyak doa dan munajat, memohon ketetapan yang terbaik dari Allah, serta memohon agar dosa-dosa diampuni dan amal-amal kebaikan diterima.
3. Malam Sempit (Qadar = Sempit/Sesak)
Penafsiran lain menyebut 'Qadar' karena bumi menjadi sempit atau sesak oleh banyaknya malaikat yang turun ke bumi. Sebagaimana disebutkan dalam ayat keempat Surah Al-Qadr, "Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril)." Jumlah malaikat yang begitu banyak ini membuat bumi terasa sesak oleh keberkahan dan kehadiran makhluk-makhluk suci tersebut.
Ini adalah gambaran spiritual tentang betapa aktifnya malam tersebut di alam malakut (alam malaikat), di mana pintu-pintu langit terbuka lebar dan rahmat Allah melimpah ruah.
Keutamaan Utama: Lebih Baik dari Seribu Bulan
Keutamaan yang paling menonjol dan seringkali menjadi motivasi utama umat Muslim dalam mencari Lailatul Qadar adalah pernyataan "Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan." Ini bukan sekadar perbandingan matematis biasa, melainkan menunjukkan nilai keberkahan yang tak terhingga.
- Pahala yang Berlipat Ganda: Amal ibadah seperti shalat, membaca Al-Qur'an, berzikir, bersedekah, dan beristighfar yang dilakukan pada malam Lailatul Qadar, pahalanya akan dilipatgandakan melebihi pahala amal yang sama jika dilakukan selama seribu bulan (sekitar 83 tahun 4 bulan). Ini adalah kesempatan emas bagi setiap Muslim untuk mengumpulkan bekal akhirat dalam waktu singkat.
- Kesempatan Mengejar Kebaikan: Bagi umat Nabi Muhammad yang usianya cenderung lebih pendek dibandingkan umat-umat terdahulu, Lailatul Qadar adalah anugerah besar untuk mengejar ketertinggalan dalam akumulasi pahala. Dalam satu malam, seseorang bisa mendapatkan pahala setara dengan usia panjang yang dihabiskan dalam ibadah.
- Pengampunan Dosa: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa yang melaksanakan shalat pada Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari dan Muslim). Ini adalah janji ampunan yang sangat besar bagi mereka yang bersungguh-sungguh beribadah.
- Malam Turunnya Malaikat dan Ruh: Kehadiran para malaikat dan Jibril (Ar-Ruh) menandakan bahwa malam itu penuh dengan keberkahan, ketenangan, dan respons ilahi terhadap doa-doa hamba-Nya. Mereka turun membawa rahmat dan ketetapan Allah, mengisi malam dengan cahaya spiritual.
- Malam Penuh Kesejahteraan: "Salamun hiya hatta matla'il fajr" menunjukkan bahwa malam itu adalah malam yang penuh kedamaian, keselamatan, dan keberkahan hingga terbit fajar. Tidak ada keburukan, kecelakaan, atau gangguan yang berarti di malam tersebut, melainkan hanya kebaikan dan rahmat.
Kapan Lailatul Qadar Terjadi?
Allah merahasiakan waktu pasti terjadinya Lailatul Qadar sebagai ujian bagi hamba-Nya. Ini mendorong umat Islam untuk bersungguh-sungguh mencari dan beribadah pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, tidak hanya bergantung pada satu malam saja. Namun, ada petunjuk dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
- Di Sepuluh Malam Terakhir Ramadan: Rasulullah bersabda, "Carilah Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan." (HR. Bukhari dan Muslim).
- Di Malam Ganjil: Lebih spesifik lagi, beliau bersabda, "Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadan." (HR. Bukhari). Ini berarti malam ke-21, 23, 25, 27, atau 29.
- Mayoritas Ulama Menitikberatkan pada Malam ke-27: Meskipun demikian, banyak ulama dan masyarakat Muslim cenderung memfokuskan pencarian pada malam ke-27 Ramadan, meskipun tidak ada kepastian mutlak. Ini didasarkan pada beberapa riwayat dan tafsir, namun yang paling utama adalah tetap mencari di semua malam ganjil.
Hikmah dari dirahasiakannya Lailatul Qadar adalah agar umat Islam tidak bermalas-malasan dan terus berusaha maksimal dalam beribadah di setiap malam-malam yang berpotensi menjadi Lailatul Qadar. Ini mengajarkan konsistensi dan kesungguhan dalam mencari ridha Allah.
Tanda-Tanda Lailatul Qadar
Meskipun waktu pastinya dirahasiakan, beberapa hadis dan pengalaman para ulama menyebutkan beberapa tanda yang mungkin muncul pada Lailatul Qadar. Tanda-tanda ini bersifat observasi dan tidak selalu terlihat oleh setiap orang, namun dapat menjadi penguat bagi mereka yang beribadah:
- Malam yang Tenang dan Cerah: Biasanya Lailatul Qadar adalah malam yang tenang, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, udaranya sejuk dan jernih, serta tidak berawan.
- Matahari Terbit dengan Cahaya Lemah: Pada pagi hari setelah Lailatul Qadar, matahari akan terbit dengan cahaya yang lembut, tidak terlalu menyilaukan, seolah-olah tanpa sinar yang menusuk mata.
- Terdapat Ketenangan Hati: Orang yang beribadah pada malam itu mungkin merasakan ketenangan dan kedamaian hati yang luar biasa, merasakan kedekatan dengan Allah, dan merasakan kenikmatan dalam beribadah.
- Bulan Nampak Sebagian: Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa bulan terlihat seperti separuh wadah yang pecah, atau setengah cakram yang dikelilingi cahaya.
- Tidak Ada Meteor Jatuh: Sebagian ulama juga menyebutkan bahwa pada malam Lailatul Qadar, tidak ada meteor atau bintang jatuh yang terlihat, karena malaikat-malaikat memenuhi langit.
Penting untuk diingat bahwa tanda-tanda ini hanyalah indikator dan bukan tujuan utama. Yang terpenting adalah memaksimalkan ibadah dan doa di sepuluh malam terakhir, terlepas dari apakah tanda-tanda ini terlihat atau tidak.
Amalan-Amalan Utama pada Lailatul Qadar
Mengingat keutamaan Lailatul Qadar yang luar biasa, setiap Muslim dianjurkan untuk mengisi malam tersebut dengan berbagai amalan saleh. Berikut adalah beberapa amalan yang sangat dianjurkan:
1. Menghidupkan Malam dengan Shalat (Qiyamul Lail)
Shalat malam (Tahajud, Tarawih, Witir) adalah salah satu amalan paling utama. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadan dengan shalat, bahkan beliau membangunkan keluarganya untuk beribadah.
Setiap rakaat yang dikerjakan dengan khusyuk dan ikhlas pada malam ini, pahalanya berpotensi dilipatgandakan melebihi shalat di malam-malam biasa selama puluhan tahun. Fokus pada kualitas shalat, bukan hanya kuantitas.
2. Membaca dan Mentadabburi Al-Qur'an
Karena Al-Qur'an diturunkan pada malam ini ("Inna Anzalnahu"), maka membaca dan mentadabburi (merenungi makna) Al-Qur'an adalah amalan yang sangat dianjurkan. Bacalah dengan tartil, pahami artinya, dan rasakan kedalaman pesan-pesan ilahi.
Sediakan waktu khusus untuk berinteraksi dengan Al-Qur'an, baik dengan membaca mushaf, mendengarkan lantunan, atau mempelajari tafsirnya.
3. Berdoa dan Beristighfar
Doa adalah "otak"nya ibadah. Pada Lailatul Qadar, doa-doa sangat mustajab. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan doa khusus yang bisa dibaca pada malam ini, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu 'anha:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
"Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni."
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, Engkau menyukai pemaafan, maka ampunilah aku."
Perbanyaklah istighfar (memohon ampunan), bertobat dari segala dosa, dan memohon kebaikan dunia akhirat.
4. Berzikir
Perbanyaklah zikir seperti tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), tahlil (La ilaha illallah), dan takbir (Allahu Akbar). Zikir dapat menenangkan hati dan mendekatkan diri kepada Allah. Lakukan zikir dengan penghayatan, bukan sekadar lisan.
5. Bersedekah
Memberikan sedekah pada Lailatul Qadar juga akan dilipatgandakan pahalanya. Sedekah tidak harus dalam jumlah besar, bahkan sedikit pun jika dilakukan dengan ikhlas akan mendatangkan pahala yang berlimpah. Sedekah dapat membersihkan harta dan jiwa.
6. I'tikaf di Masjid
I'tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat beribadah kepada Allah. Ini adalah sunnah yang sangat ditekankan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di sepuluh malam terakhir Ramadan. Dengan ber-i'tikaf, seseorang dapat memfokuskan seluruh perhatiannya hanya kepada ibadah, menjauhkan diri dari hiruk pikuk dunia.
7. Membaca Doa-Doa Pilihan
Selain doa yang diajarkan Nabi, perbanyaklah membaca doa-doa lain yang berasal dari Al-Qur'an dan Sunnah, atau doa-doa yang tulus dari hati. Mintalah kebaikan untuk diri sendiri, keluarga, umat Islam, dan seluruh manusia.
8. Menghindari Perbuatan Sia-sia
Pada malam yang mulia ini, hindarilah segala bentuk perbuatan yang sia-sia, perkataan kotor, ghibah, atau pertengkaran. Fokuskan energi pada ibadah dan hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah.
9. Membangunkan Keluarga
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membangunkan keluarganya pada sepuluh malam terakhir Ramadan agar mereka juga mendapatkan keberkahan Lailatul Qadar. Ajaklah anggota keluarga untuk bersama-sama beribadah dan menghidupkan malam mulia ini.
Hikmah Dirahasiakannya Lailatul Qadar
Allah tidak menyebutkan secara pasti kapan Lailatul Qadar terjadi, dan dalam hal ini terdapat hikmah yang sangat besar bagi umat Islam:
- Meningkatkan Semangat Ibadah: Jika Lailatul Qadar diketahui secara pasti, kemungkinan besar sebagian orang hanya akan beribadah pada malam itu saja dan bermalas-malasan di malam-malam lainnya. Dengan dirahasiakan, umat Islam termotivasi untuk giat beribadah di seluruh malam-malam ganjil di sepuluh terakhir Ramadan, bahkan di seluruh sepuluh malam tersebut.
- Menguji Keikhlasan dan Kesungguhan: Kerahasiaan ini menjadi ujian keimanan dan kesungguhan seorang hamba. Apakah ia benar-benar ingin mencari ridha Allah dan pahala yang besar, ataukah hanya ingin beribadah secara minimalis.
- Memperoleh Keberkahan Lebih Luas: Dengan beribadah di banyak malam, seorang Muslim akan mendapatkan keberkahan dan pahala yang lebih luas, bahkan jika ia tidak secara pasti mengetahui malam mana Lailatul Qadar itu.
- Menumbuhkan Rasa Harap dan Khawatir: Adanya harapan untuk mendapatkan Lailatul Qadar dan khawatir akan melewatkannya, menciptakan suasana spiritual yang intens dan mendalam selama sepuluh malam terakhir Ramadan.
Refleksi Mendalam: "Inna Anzalnahu" sebagai Fondasi
Kembali kepada ayat pertama, "Inna Anzalnahu fi Lailatul Qadar", kalimat ini bukan hanya sekadar informasi, melainkan fondasi utama dari seluruh keutamaan Lailatul Qadar. Al-Qur'an adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, sebuah panduan hidup yang sempurna dan sumber segala ilmu.
Turunnya Al-Qur'an pada malam ini menegaskan:
- Pentingnya Al-Qur'an dalam Hidup Muslim: Malam yang paling mulia adalah malam di mana Al-Qur'an mulai diturunkan. Ini harus menjadi pengingat bagi setiap Muslim untuk selalu berinteraksi dengan Al-Qur'an, membacanya, mempelajarinya, menghafalnya, dan yang terpenting, mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Hubungan Antara Ramadan dan Al-Qur'an: Bulan Ramadan adalah bulan Al-Qur'an. Lailatul Qadar adalah puncaknya. Maka, selama Ramadan, seorang Muslim seharusnya meningkatkan tilawah (membaca) Al-Qur'an, mengkhatamkannya berulang kali, dan merenungi setiap ayatnya.
- Kandungan Rahmat dan Petunjuk: Al-Qur'an adalah rahmat bagi semesta alam. Penurunannya di malam yang penuh rahmat menunjukkan bahwa setiap kata di dalamnya adalah sumber rahmat dan petunjuk bagi siapa saja yang mau membukanya dan merenunginya.
Oleh karena itu, ketika mencari Lailatul Qadar, jangan hanya berfokus pada shalat atau zikir semata, tetapi juga berusahalah untuk mendekatkan diri kepada Al-Qur'an. Resapi setiap ayatnya, pahami pesannya, dan biarkan ia membimbing setiap langkah kehidupan.
Membangun Kebiasaan Baik Pasca-Ramadan
Semangat ibadah yang membara saat mencari Lailatul Qadar dan sepanjang bulan Ramadan seharusnya tidak luntur setelah Idul Fitri. Justru, Lailatul Qadar dapat menjadi titik balik untuk membangun kebiasaan baik yang berkelanjutan.
- Konsistensi dalam Ibadah: Jika kita mampu shalat malam, membaca Al-Qur'an, dan berzikir dengan sungguh-sungguh di sepuluh malam terakhir Ramadan, mengapa tidak mencoba mempertahankan sebagian darinya di bulan-bulan berikutnya? Sedikit tapi konsisten lebih baik daripada banyak tapi terputus.
- Meningkatkan Kualitas Hubungan dengan Al-Qur'an: Jadikan Ramadan dan Lailatul Qadar sebagai momentum untuk mempererat hubungan dengan Al-Qur'an. Setelah Ramadan, lanjutkan kebiasaan membaca, mempelajari, dan mengamalkannya.
- Membawa Kedamaian Lailatul Qadar ke Kehidupan Sehari-hari: Pesan "Salamun hiya hatta matla'il fajr" (kedamaian hingga terbit fajar) seharusnya menjadi inspirasi untuk senantiasa mencari kedamaian dalam diri dan menyebarkannya kepada orang lain, menjaga lisan, sikap, dan perbuatan agar selalu dalam koridor kebaikan.
Lailatul Qadar bukan hanya tentang satu malam yang agung, melainkan tentang dampak transformatif yang diharapkan terjadi pada diri seorang Muslim, mengubahnya menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kesimpulan: Meraih Malam yang Penuh Berkah
"Inna Anzalnahu fi Lailatul Qadar" adalah pengingat akan keagungan malam di mana Allah menurunkan petunjuk-Nya yang abadi, Al-Qur'an. Ini adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan, di mana para malaikat dan Ruh turun membawa rahmat dan kedamaian, serta ketetapan ilahi bagi seluruh alam semesta.
Sebagai umat Muslim, kita memiliki kesempatan emas untuk meraih keberkahan malam ini dengan bersungguh-sungguh beribadah, memperbanyak doa, istighfar, membaca Al-Qur'an, dan melakukan segala bentuk kebaikan di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Kerahasiaan Lailatul Qadar adalah motivasi bagi kita untuk tidak pernah menyerah dalam mencari ridha Allah, di setiap kesempatan yang diberikan.
Semoga Allah Ta'ala senantiasa membimbing kita untuk dapat menemukan dan menghidupkan Lailatul Qadar dengan sebaik-baiknya, sehingga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang mendapatkan ampunan, rahmat, dan keberkahan yang berlimpah, serta menjadi pribadi yang lebih bertakwa di hadapan-Nya. Aamiin ya Rabbal 'alamin.