Pengantar: Pentingnya Bacaan Surah dalam Shalat
Shalat adalah tiang agama dan rukun Islam yang paling agung setelah syahadat. Ia adalah sarana komunikasi langsung antara seorang hamba dengan Tuhannya. Setiap gerakan, setiap bacaan, memiliki makna dan hikmah mendalam yang berkontribusi pada kesempurnaan ibadah ini. Salah satu aspek fundamental dalam shalat adalah bacaan Al-Qur'an, khususnya Surah Al-Fatihah dan surah atau ayat-ayat Al-Qur'an lainnya setelahnya.
Membaca Al-Qur'an dalam shalat bukan sekadar memenuhi syarat sah, melainkan juga merupakan ruh dan intisari dari shalat itu sendiri. Dengan bacaan yang tartil, tajwid yang benar, dan pemahaman yang mendalam, shalat kita akan menjadi lebih khusyuk, lebih bermakna, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Artikel ini akan membahas secara komprehensif mengenai hukum, ketentuan, variasi, dan hikmah di balik bacaan surah dalam setiap rakaat shalat, baik shalat wajib maupun sunnah, serta perbedaan pandangan di antara madzhab-madzhab fiqih.
Memahami anjuran dan tata cara bacaan surah dalam setiap rakaat adalah kunci untuk menyempurnakan shalat kita. Hal ini juga membantu kita untuk lebih merasakan kehadiran Ilahi, merenungi makna firman-firman-Nya, dan pada akhirnya, meningkatkan kualitas spiritual dalam setiap gerakan shalat. Mari kita telusuri lebih jauh seluk-beluk penting ini.
Representasi Kitab Suci Al-Qur'an
Hukum dan Ketentuan Umum Bacaan Surah dalam Shalat
Dalam shalat, ada dua jenis bacaan Al-Qur'an yang memiliki hukum berbeda: Surah Al-Fatihah dan surah atau ayat-ayat lain setelah Al-Fatihah. Pemahaman terhadap hukum ini sangat penting agar shalat kita sah dan sempurna.
1. Surah Al-Fatihah: Rukun Shalat yang Wajib
Surah Al-Fatihah adalah rukun shalat yang wajib dibaca di setiap rakaat. Tanpa Al-Fatihah, shalat seseorang tidak sah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (Al-Fatihah)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kewajiban ini berlaku bagi setiap individu yang shalat, baik sebagai imam, makmum, maupun shalat sendirian. Namun, ada perbedaan pendapat mengenai kewajiban makmum:
- Jumhur Ulama (Malikiyah, Syafi'iyah, Hanabilah): Makmum wajib membaca Al-Fatihah di setiap rakaat, baik shalat sirri (pelan) maupun jahri (nyaring).
- Hanafiyah: Makmum tidak wajib membaca Al-Fatihah jika imam sudah membacanya, karena bacaan imam dianggap bacaan makmum.
Meskipun ada perbedaan, mayoritas ulama menganjurkan makmum untuk tetap membaca Al-Fatihah secara sirri (pelan) bahkan saat imam membaca jahri, untuk keluar dari khilaf (perbedaan pendapat) dan mengamalkan hadits Nabi SAW secara umum.
2. Surah atau Ayat Lain Setelah Al-Fatihah: Sunnah Muakkadah
Setelah membaca Al-Fatihah, disunnahkan membaca surah atau beberapa ayat Al-Qur'an lainnya. Hukum bacaan ini adalah sunnah muakkadah (sangat dianjurkan), bukan wajib, berdasarkan ijma' (konsensus) para ulama. Meninggalkan bacaan surah setelah Al-Fatihah tidak membatalkan shalat, tetapi mengurangi kesempurnaan pahalanya.
Anjuran ini didasarkan pada praktik Rasulullah SAW yang selalu membaca surah setelah Al-Fatihah dalam shalatnya. Contohnya:
- Dari Abu Hurairah RA, bahwa Nabi SAW bersabda: "Pada setiap shalat ada bacaannya. Apa yang kami perdengarkan (jahri) kepada kalian, kami perdengarkan juga. Apa yang kami sembunyikan (sirri) kepada kalian, kami sembunyikan juga. Barang siapa yang membaca Ummul Qur'an (Al-Fatihah) saja, itu sudah cukup. Dan barang siapa yang menambah (bacaan surah), itu lebih baik." (HR. Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa Al-Fatihah adalah wajib, sementara tambahan surah adalah keutamaan. Dengan demikian, meskipun tidak wajib, sangat dianjurkan bagi setiap muslim untuk membiasakan membaca surah atau ayat Al-Qur'an setelah Al-Fatihah untuk meneladani Rasulullah SAW dan meraih pahala yang lebih besar.
3. Batasan Minimal Bacaan Surah Tambahan
Tidak ada batasan minimal yang ketat mengenai berapa banyak ayat yang harus dibaca sebagai tambahan setelah Al-Fatihah. Para ulama umumnya sepakat bahwa membaca satu ayat pun sudah mencukupi untuk mendapatkan kesunnahan tersebut, asalkan ayat tersebut memiliki makna yang sempurna. Namun, yang lebih utama adalah membaca surah yang lengkap, baik surah pendek maupun surah yang lebih panjang, sesuai dengan kemampuan dan konteks shalat.
Idealnya, kita membaca surah yang pendek-pendek seperti Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, Al-Kautsar, atau surah-surah serupa dalam shalat harian. Untuk shalat-shalat tertentu seperti shalat Jum'at atau shalat Id, ada surah-surah khusus yang lebih dianjurkan.
Representasi Orang Sedang Shalat
Bacaan Surah dalam Shalat Wajib
Praktik Rasulullah SAW dalam membaca surah setelah Al-Fatihah bervariasi tergantung pada waktu shalat dan jumlah rakaat. Ada perbedaan dalam panjang bacaan, serta apakah bacaan tersebut dibaca secara jahri (nyaring) atau sirri (pelan).
1. Shalat Subuh (Fajr)
Shalat Subuh memiliki kekhasan tersendiri dalam bacaan surah. Shalat ini terdiri dari dua rakaat dan kedua rakaatnya dibaca secara jahri (nyaring). Nabi SAW biasanya membaca surah yang lebih panjang dibandingkan shalat lainnya di rakaat pertama dan kedua shalat Subuh.
- Panjang Bacaan: Surah-surah yang termasuk dalam golongan Tiwalul Mufashshal (surah-surah panjang dari juz 'amma hingga surah Al-Hujurat) atau Ausatul Mufashshal (surah-surah sedang dari Al-Buruj hingga Al-Bayyinah). Kadang beliau membaca Surah Al-Waqi'ah, Al-Qamar, Ar-Rahman, Al-Insan, atau Surah Al-Mu'minun.
- Hikmah: Waktu Subuh adalah awal hari, di mana pikiran masih segar dan hati lebih lapang untuk merenungkan makna Al-Qur'an. Bacaan panjang juga memberikan energi spiritual untuk memulai hari.
- Contoh Surah yang Dianjurkan: Al-Waqi'ah, Al-Qamar, Ar-Rahman, Al-Insan, Al-Ghasiyah, Al-A'la, atau surah-surah serupa yang sedang hingga panjang.
Pada rakaat pertama, umumnya bacaan sedikit lebih panjang daripada rakaat kedua. Ini adalah salah satu sunnah Nabi SAW yang jarang disadari.
2. Shalat Zuhur (Dhuhr)
Shalat Zuhur terdiri dari empat rakaat dan seluruhnya dibaca secara sirri (pelan). Nabi SAW juga membaca surah yang cukup panjang di rakaat pertama dan kedua.
- Panjang Bacaan: Biasanya surah-surah yang sedang, seukuran dengan Surah As-Sajdah, Al-Insan, atau surah-surah yang setara dengan bacaan Subuh, namun dibaca sirri. Di rakaat ketiga dan keempat, beliau membaca Al-Fatihah saja, atau terkadang menambah sedikit ayat.
- Hikmah: Shalat Zuhur dilakukan di tengah hari, saat aktivitas duniawi sedang memuncak. Bacaan surah yang cukup panjang, meskipun sirri, membantu menenangkan hati dan mengalihkan fokus dari kesibukan duniawi.
- Contoh Surah yang Dianjurkan: Surah yang setara panjangnya dengan Subuh, misalnya Al-Waqi'ah, Al-Qamar, atau surah-surah dari juz 30 yang lebih panjang seperti An-Naba', An-Nazi'at.
Untuk rakaat ketiga dan keempat, sebagian ulama berpendapat cukup membaca Al-Fatihah saja, sesuai dengan riwayat dari Aisyah RA. Namun, ada juga yang menyatakan boleh menambah sedikit ayat, tetapi yang utama adalah Al-Fatihah saja untuk makmum dan imam yang ingin meneladani Nabi SAW sepenuhnya dalam shalat yang sirri ini.
3. Shalat Asar (Asr)
Shalat Asar juga terdiri dari empat rakaat dan seluruhnya dibaca secara sirri (pelan). Panjang bacaan surah pada shalat Asar sedikit lebih pendek dari Zuhur.
- Panjang Bacaan: Surah-surah yang pendek hingga sedang. Di rakaat pertama dan kedua, Nabi SAW membaca surah yang panjangnya sekitar setengah dari bacaan Zuhur. Rakaat ketiga dan keempat juga Al-Fatihah saja atau sedikit tambahan.
- Hikmah: Shalat Asar adalah penutup aktivitas siang, di mana orang mulai merasa lelah. Bacaan yang tidak terlalu panjang membantu menjaga fokus dan khusyuk hingga akhir shalat.
- Contoh Surah yang Dianjurkan: Surah-surah dari juz 30 yang tidak terlalu panjang, seperti Al-Buruj, At-Tariq, Al-A'la, Al-Ghasiyah, Al-Fajr.
Sama seperti Zuhur, pada rakaat ketiga dan keempat, mayoritas ulama menganjurkan untuk membaca Al-Fatihah saja bagi makmum, dan bagi imam juga cukup Al-Fatihah, mengikuti sunnah Nabi SAW.
4. Shalat Magrib (Maghrib)
Shalat Magrib terdiri dari tiga rakaat. Rakaat pertama dan kedua dibaca jahri (nyaring), sedangkan rakaat ketiga dibaca sirri (pelan).
- Panjang Bacaan: Nabi SAW biasanya membaca surah-surah pendek atau sedang. Ada riwayat bahwa beliau pernah membaca Surah At-Tur, Al-A'raf (dipecah dalam dua rakaat), atau Surah Al-Mursalat. Namun, mayoritas waktu beliau membaca surah-surah pendek.
- Hikmah: Waktu Magrib relatif singkat, antara terbenam matahari hingga hilangnya mega merah di ufuk barat. Oleh karena itu, bacaan surah yang lebih pendek memfasilitasi umat untuk melaksanakan shalat tepat waktu dan tidak terburu-buru.
- Contoh Surah yang Dianjurkan: Al-Kafirun, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, atau surah-surah dari juz 30 yang pendek seperti At-Tin, Al-Qadr, Al-Humazah.
Untuk rakaat ketiga yang sirri, dianjurkan hanya membaca Al-Fatihah saja, baik bagi imam maupun makmum.
5. Shalat Isya (Isha)
Shalat Isya terdiri dari empat rakaat. Rakaat pertama dan kedua dibaca jahri (nyaring), sedangkan rakaat ketiga dan keempat dibaca sirri (pelan).
- Panjang Bacaan: Nabi SAW biasanya membaca surah-surah sedang, lebih panjang dari Magrib tetapi lebih pendek dari Subuh atau Zuhur. Misalnya, beliau pernah membaca Surah Asy-Syams, Al-Lail, atau surah-surah sejenis.
- Hikmah: Shalat Isya adalah shalat terakhir dalam hari itu, sebelum tidur. Bacaan yang sedang memberikan penutup spiritual yang baik untuk hari tersebut.
- Contoh Surah yang Dianjurkan: Asy-Syams, Al-Lail, Ad-Dhuha, Al-Insyirah, At-Tin, Al-Alaq, Al-Qadr, Al-Bayyinah, Al-Zalzalah.
Pada rakaat ketiga dan keempat yang sirri, sama seperti Zuhur dan Asar, cukup membaca Al-Fatihah saja.
6. Shalat Jumat (Jumu'ah)
Shalat Jumat adalah shalat wajib dua rakaat yang dilaksanakan secara jahri (nyaring) sebagai pengganti shalat Zuhur di hari Jumat. Ada surah-surah khusus yang sangat dianjurkan untuk dibaca.
- Rakaat Pertama: Setelah Al-Fatihah, disunnahkan membaca Surah Al-Jumu'ah atau Al-A'la.
- Rakaat Kedua: Setelah Al-Fatihah, disunnahkan membaca Surah Al-Munafiqun atau Al-Gasyiyah.
- Hikmah: Surah-surah ini memiliki tema yang relevan dengan hari Jumat, kebesaran Islam, dan peringatan akan hari akhirat. Membacanya membantu kaum muslimin mengingat tujuan utama keberadaan mereka dan pentingnya hari Jumat.
Rasulullah SAW secara konsisten membaca kombinasi surah-surah ini dalam shalat Jumat, menunjukkan keutamaannya.
Simbol Islam: Bulan Sabit dan Bintang
Bacaan Surah dalam Shalat Sunnah
Shalat sunnah memberikan lebih banyak fleksibilitas dalam pemilihan surah, dan seringkali menjadi kesempatan untuk membaca surah-surah yang lebih panjang atau favorit. Beberapa shalat sunnah memiliki rekomendasi surah khusus.
1. Shalat Tarawih dan Witir
Shalat Tarawih adalah shalat malam khusus di bulan Ramadhan yang sangat dianjurkan. Shalat Witir adalah penutup shalat malam.
- Tarawih: Nabi SAW dan para sahabat biasanya memanjangkan bacaan Al-Qur'an dalam shalat Tarawih, bahkan sampai mengkhatamkan Al-Qur'an selama bulan Ramadhan. Imam atau makmum bisa membaca surah-surah panjang per juz, atau surah-surah lain yang disukai. Tidak ada batasan khusus, tetapi anjuran utamanya adalah memanjangkan bacaan.
- Witir:
- Rakaat pertama: Setelah Al-Fatihah, membaca Surah Al-A'la.
- Rakaat kedua: Setelah Al-Fatihah, membaca Surah Al-Kafirun.
- Rakaat ketiga: Setelah Al-Fatihah, membaca Surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas.
Keindahan shalat Tarawih terletak pada kesempatan untuk tadarus Al-Qur'an secara berjamaah, merenungkan firman-firman Allah dengan lebih mendalam.
2. Shalat Tahajjud (Qiyamul Lail)
Shalat Tahajjud adalah shalat malam yang sangat mulia, dilakukan setelah tidur dan sebelum Subuh. Ini adalah waktu terbaik untuk bermunajat kepada Allah.
- Panjang Bacaan: Nabi SAW dikenal memanjangkan bacaan dalam shalat Tahajjud hingga berjam-jam. Beliau pernah membaca Surah Al-Baqarah, An-Nisa, dan Ali 'Imran dalam satu rakaat.
- Hikmah: Shalat Tahajjud adalah momen privat antara hamba dan Rabb-nya. Memanjangkan bacaan memungkinkan seseorang untuk lebih meresapi makna ayat, melakukan tadabbur (perenungan), dan merasakan kedekatan spiritual yang luar biasa.
- Contoh Surah: Bebas, disarankan surah-surah yang panjang atau surah yang sedang dihafalkan untuk tadabbur.
Meskipun demikian, disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Membaca surah pendek dengan khusyuk lebih baik daripada surah panjang tanpa fokus.
3. Shalat Dhuha
Shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang dikerjakan di waktu dhuha (setelah terbit matahari hingga menjelang Zuhur).
- Rakaat Pertama: Setelah Al-Fatihah, disunnahkan membaca Surah Asy-Syams.
- Rakaat Kedua: Setelah Al-Fatihah, disunnahkan membaca Surah Ad-Dhuha atau Al-Lail.
- Hikmah: Surah-surah ini memiliki tema yang berkaitan dengan waktu dhuha, cahaya pagi, dan rezeki. Membacanya membantu menguatkan niat untuk mencari rezeki halal dan bersyukur atas nikmat Allah.
Untuk rakaat berikutnya (jika shalat lebih dari dua rakaat), dapat membaca surah-surah pendek lainnya.
4. Shalat Idul Fitri dan Idul Adha
Shalat Id adalah shalat sunnah dua rakaat yang dikerjakan pada pagi hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha secara jahri (nyaring).
- Rakaat Pertama: Setelah takbir tambahan dan Al-Fatihah, membaca Surah Al-A'la.
- Rakaat Kedua: Setelah takbir tambahan dan Al-Fatihah, membaca Surah Al-Gasyiyah.
- Alternatif: Terkadang Nabi SAW juga membaca Surah Qaf di rakaat pertama dan Al-Qamar di rakaat kedua.
- Hikmah: Surah-surah ini berisi peringatan akan hari akhirat, kebesaran Allah, dan pentingnya bertakwa, yang sangat relevan dengan suasana hari raya yang penuh kegembiraan namun juga refleksi spiritual.
Ini adalah praktik yang konsisten dari Rasulullah SAW.
5. Shalat Rawatib (Qabliyah dan Ba'diyah)
Shalat rawatib adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat fardhu (sebelum atau sesudahnya).
- Panjang Bacaan: Umumnya membaca surah-surah pendek dari juz 30, seperti Al-Kafirun dan Al-Ikhlas, atau Al-Ikhlas saja. Tujuan utama shalat rawatib adalah melengkapi kekurangan pada shalat fardhu dan menambah pahala, sehingga bacaan yang lebih ringkas membantu menjaga konsistensi.
- Contoh Surah:
- Qabliyah Subuh: Seringkali Al-Kafirun dan Al-Ikhlas.
- Shalat lainnya: Bebas surah pendek, seperti Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas.
Keringkasan dalam shalat rawatib adalah sunnah, sehingga membaca surah pendek lebih utama agar tidak memberatkan dan dapat diamalkan secara rutin.
Panjang Bacaan dan Kesesuaian dalam Shalat
Pemilihan panjang bacaan surah dalam shalat memiliki pertimbangan yang matang dalam syariat Islam, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Keseimbangan antara memanjangkan bacaan untuk tadabbur dan meringankan bacaan agar tidak memberatkan jamaah adalah kunci.
1. Anjuran Umum tentang Panjang Bacaan
Nabi SAW memerintahkan para imam untuk meringankan shalat (tidak memanjangkan secara berlebihan) karena di antara makmum mungkin ada orang tua, orang sakit, atau orang yang memiliki keperluan. Namun, 'ringan' di sini tidak berarti sangat cepat atau hanya Al-Fatihah, melainkan sesuai dengan sunnah, tidak terlalu panjang tetapi juga tidak terlalu pendek.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: "Apabila salah seorang di antara kalian mengimami orang banyak, maka hendaklah ia meringankan (shalatnya). Sesungguhnya di antara mereka ada orang sakit, orang lemah, dan orang yang mempunyai keperluan. Apabila ia shalat sendirian, maka hendaklah ia memanjangkan (shalatnya) sesuka hatinya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Prinsip ini sangat penting bagi seorang imam. Ia harus mempertimbangkan kondisi makmumnya.
2. Fleksibilitas Panjang Bacaan
Meskipun ada anjuran untuk shalat tertentu, tidak ada keharusan mutlak untuk selalu membaca surah yang sama. Fleksibilitas adalah kunci. Seorang muslim dapat mengganti-ganti surah yang dibaca untuk menghindari kebosanan, meningkatkan hafalan, dan merenungkan lebih banyak ayat Al-Qur'an. Ini juga sesuai dengan sunnah Nabi SAW yang terkadang memanjangkan dan terkadang meringankan bacaan, serta membaca surah yang berbeda-beda.
Fleksibilitas juga diperlukan saat seseorang tidak menghafal banyak surah. Ia bisa mengulang-ulang surah yang sama, misalnya Al-Ikhlas, atau membaca beberapa ayat dari surah yang lebih panjang yang ia hafal.
3. Menyesuaikan dengan Kondisi
Sebagai Imam: Seorang imam harus peka terhadap kondisi makmumnya. Jika ia tahu ada banyak orang tua, anak-anak, atau orang sakit, sebaiknya ia memilih surah-surah yang tidak terlalu panjang. Namun, ia juga tidak boleh terlalu ringkas sehingga menghilangkan esensi bacaan dan khusyuk.
Shalat Sendirian: Ketika shalat sendirian, seseorang memiliki kebebasan penuh untuk memanjangkan bacaan surah sesuai keinginan dan kemampuannya. Ini adalah kesempatan emas untuk lebih lama berinteraksi dengan firman Allah, terutama dalam shalat malam seperti Tahajjud.
Shalat Sunnah vs. Wajib: Secara umum, shalat sunnah (terutama Tahajjud dan Tarawih) memberikan ruang lebih besar untuk memanjangkan bacaan dibandingkan shalat wajib, terutama jika dilakukan sendiri.
4. Kriteria 'Panjang', 'Sedang', dan 'Pendek'
Istilah "panjang", "sedang", dan "pendek" dalam konteks bacaan surah seringkali merujuk pada pembagian juz 'amma ke dalam kategori Mufashshal:
- Tiwalul Mufashshal (Panjang): Dari Surah Qaf hingga An-Naba', atau sebagian ulama hingga Al-Hujurat. Ini adalah surah-surah yang cocok untuk shalat Subuh.
- Ausatul Mufashshal (Sedang): Dari An-Naba' hingga Ad-Dhuha atau Al-Bayyinah. Ini cocok untuk shalat Zuhur dan Isya.
- Qisharul Mufashshal (Pendek): Dari Ad-Dhuha atau Al-Bayyinah hingga An-Nas. Ini cocok untuk shalat Asar, Magrib, dan shalat rawatib.
Pembagian ini bersifat panduan umum dan tidak kaku, namun memberikan kerangka acuan yang baik untuk pemilihan surah.
Representasi Tangan Berdoa, Simbol Khusyuk
Madzhab dan Perbedaan Pendapat Mengenai Bacaan Surah
Dalam memahami hukum-hukum fiqih, seringkali terdapat perbedaan pandangan di antara madzhab-madzhab (sekolah hukum Islam). Perbedaan ini muncul dari interpretasi dalil-dalil Al-Qur'an dan Sunnah, serta metode istinbath (pengambilan hukum) yang berbeda. Mengenai bacaan surah dalam shalat, beberapa perbedaan penting dapat ditemukan:
1. Kewajiban Makmum Membaca Al-Fatihah
- Madzhab Hanafi: Berpendapat bahwa makmum tidak wajib membaca Al-Fatihah saat shalat berjamaah, baik dalam shalat jahri maupun sirri. Mereka berpegang pada hadits: "Barangsiapa memiliki imam, maka bacaan imam adalah bacaan baginya." Dan juga ayat: "Apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat." (QS. Al-A'raf: 204).
- Madzhab Maliki, Syafi'i, dan Hanbali: Berpendapat bahwa makmum wajib membaca Al-Fatihah di setiap rakaat. Mereka berpegang pada keumuman hadits: "Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (Al-Fatihah)." Mereka menafsirkan hadits "bacaan imam adalah bacaan baginya" sebagai anjuran untuk mendengarkan, bukan menghilangkan kewajiban membaca.
Meskipun demikian, disarankan bagi makmum untuk tetap membaca Al-Fatihah secara sirri untuk keluar dari khilaf dan mengamalkan seluruh dalil yang ada.
2. Bacaan Surah Selain Al-Fatihah di Rakaat Ketiga dan Keempat
- Jumhur Ulama (Mayoritas): Berpendapat bahwa di rakaat ketiga dan keempat shalat wajib (Zuhur, Asar, Isya), cukup membaca Al-Fatihah saja, baik bagi imam maupun makmum. Ini didasarkan pada riwayat Aisyah RA yang menyatakan Nabi SAW hanya membaca Al-Fatihah di dua rakaat terakhir.
- Sebagian Ulama: Membolehkan (dan bahkan ada yang menganjurkan) untuk membaca surah pendek atau beberapa ayat setelah Al-Fatihah di rakaat ketiga dan keempat. Mereka menganggap ini sebagai keutamaan tambahan dan tidak ada larangan yang jelas.
Praktik umum adalah membaca Al-Fatihah saja di rakaat ketiga dan keempat.
3. Batasan Minimal Bacaan Surah Tambahan
Meskipun semua madzhab sepakat bahwa membaca surah setelah Al-Fatihah hukumnya sunnah, ada sedikit perbedaan pandangan tentang batasan minimalnya:
- Madzhab Hanafi: Minimal tiga ayat pendek atau satu ayat yang setara dengan tiga ayat pendek, atau minimal Surah Al-Ikhlas.
- Madzhab Maliki, Syafi'i, dan Hanbali: Minimal satu ayat yang memiliki makna yang sempurna, meskipun membaca surah lengkap lebih utama.
Perbedaan ini tidak terlalu substansial dan intinya adalah membaca sesuatu dari Al-Qur'an setelah Al-Fatihah.
4. Kesimpulan Mengenai Perbedaan Madzhab
Perbedaan pendapat ini adalah rahmat dalam Islam. Seorang muslim dapat mengikuti madzhab yang ia yakini atau yang diajarkan di lingkungannya, atau mengikuti pendapat yang paling menenangkan hatinya setelah mencari ilmu. Yang terpenting adalah melaksanakan shalat dengan khusyuk dan sesuai dengan sunnah yang sampai kepadanya.
Untuk seorang muslim awam, mengikuti panduan umum yang dianjurkan oleh mayoritas ulama dan selalu berusaha membaca surah setelah Al-Fatihah adalah langkah yang bijak untuk menyempurnakan shalatnya.
Adab dan Tajwid dalam Membaca Surah
Membaca Al-Qur'an dalam shalat bukan hanya tentang memenuhi rukun dan sunnah, tetapi juga tentang bagaimana cara membacanya. Adab dan tajwid adalah dua aspek krusial yang harus diperhatikan untuk memastikan bacaan kita benar dan diterima Allah SWT.
1. Pentingnya Tajwid
Tajwid adalah ilmu tentang cara membaca huruf-huruf Al-Qur'an dengan benar sesuai dengan makhraj (tempat keluar huruf), sifat huruf, dan hukum-hukumnya. Membaca Al-Qur'an dengan tajwid yang benar adalah wajib (fardhu 'ain) bagi setiap muslim yang mampu.
- Menjaga Makna: Kesalahan tajwid, seperti mengubah makhraj huruf atau panjang pendek bacaan, dapat mengubah makna ayat. Ini bisa berakibat fatal dalam shalat.
- Mengikuti Sunnah: Rasulullah SAW membaca Al-Qur'an dengan tartil (perlahan dan jelas) dan tajwid yang sempurna. Meneladani beliau adalah bagian dari ibadah.
- Mendapatkan Pahala Maksimal: Setiap huruf yang dibaca sesuai tajwid mendatangkan pahala yang berlipat ganda.
Jika seseorang belum mahir tajwid, ia wajib berusaha untuk belajar. Sementara itu, ia wajib membaca sesuai kemampuannya dan tidak sengaja mengubah bacaan.
2. Tartil dan Tadabbur
Tartil berarti membaca Al-Qur'an dengan perlahan, jelas, dan merenungkan maknanya. Allah SWT berfirman:
"...dan bacalah Al-Qur'an itu dengan tartil." (QS. Al-Muzammil: 4)
Dalam shalat, tartil sangat penting untuk membantu mencapai khusyuk. Dengan membaca perlahan, seseorang memiliki kesempatan untuk memahami atau setidaknya merenungkan bahwa ia sedang membaca firman Allah.
Tadabbur adalah merenungkan dan memahami makna ayat-ayat yang dibaca. Meskipun sulit dalam setiap shalat, berusaha untuk tadabbur adalah adab mulia. Bahkan jika hanya memahami secara umum atau mengingat terjemahan surah yang dibaca, itu sudah merupakan langkah awal yang baik.
3. Menjaga Kekhusyukan
Adab lain dalam membaca surah adalah menjaga kekhusyukan. Ini melibatkan:
- Fokus Penuh: Mengarahkan seluruh perhatian pada bacaan dan shalat, menjauhkan pikiran dari hal-hal duniawi.
- Menghadirkan Hati: Merasakan keagungan Allah SWT dan bahwa kita sedang berbicara dengan-Nya.
- Tidak Tergesa-gesa: Memberikan hak setiap huruf dan setiap bacaan, tidak terburu-buru menyelesaikan shalat.
- Mengambil Pelajaran: Jika memungkinkan, merenungkan pesan yang terkandung dalam surah yang dibaca.
4. Kesalahan Umum dalam Bacaan dan Cara Memperbaikinya
Beberapa kesalahan umum yang sering terjadi:
- Membaca Terlalu Cepat: Mengakibatkan tajwid tidak benar dan hilangnya kekhusyukan. Solusinya: Latih diri untuk membaca dengan tempo yang lebih lambat, dengarkan bacaan qari' profesional.
- Mengubah Makhraj Huruf: Misal, mengubah 'ain menjadi hamzah, ha' menjadi kha'. Solusinya: Belajar dari guru tajwid, latihan pengucapan huruf per huruf.
- Tidak Memperhatikan Panjang Pendek (Mad): Membaca mad thabi'i dua harakat menjadi lebih pendek atau lebih panjang. Solusinya: Hafal hukum-hukum mad dan latihan.
- Melewatkan Ghunnah: Tidak mendengungkan nun tasydid atau mim tasydid. Solusinya: Latih pembiasaan mendengungkan suara.
Penting untuk terus belajar Al-Qur'an dari guru yang kompeten dan berlatih secara rutin untuk memperbaiki bacaan.
Kesalahan Umum dan Cara Memperbaikinya
Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, dan dalam ibadah shalat pun terkadang kita melakukan hal-hal yang kurang tepat, baik karena ketidaktahuan maupun kelalaian. Mengenali kesalahan-kesalahan umum terkait bacaan surah dan mengetahui cara memperbaikinya adalah bagian dari upaya kita menyempurnakan shalat.
1. Mengulang-ulang Surah yang Sama Setiap Shalat
Kesalahan: Hanya membaca Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas di setiap rakaat shalat fardhu dan sunnah, padahal sudah hafal banyak surah lain.
Perbaikan: Meskipun tidak membatalkan shalat, mengulang-ulang surah yang sama secara terus-menerus bisa mengurangi variasi dan kesempatan untuk merenungkan firman Allah yang lain. Dianjurkan untuk:
- Memperbanyak hafalan surah-surah pendek lainnya.
- Memvariasikan bacaan sesuai dengan sunnah Nabi SAW (misalnya Surah Al-A'la dan Al-Ghasyiyah untuk Jumat/Id, Asy-Syams dan Ad-Dhuha untuk Dhuha, dll).
- Mengganti-ganti surah yang dibaca setiap hari atau setiap shalat untuk menghindari kebosanan dan meningkatkan tadabbur.
2. Terburu-buru dalam Bacaan
Kesalahan: Membaca Al-Fatihah dan surah dengan sangat cepat, sehingga mengabaikan tajwid dan makna, demi cepat menyelesaikan shalat.
Perbaikan: Ini adalah salah satu kesalahan paling umum yang mengurangi kekhusyukan dan kesempurnaan shalat. Untuk memperbaikinya:
- Ingatlah bahwa shalat adalah munajat. Berbicara kepada Allah tidak boleh terburu-buru.
- Latih diri untuk membaca dengan tartil, memberikan hak setiap huruf dan jeda yang tepat.
- Fokus pada makna ayat yang dibaca, bahkan jika itu hanya satu atau dua surah pendek.
- Ambil nafas yang cukup di antara ayat-ayat.
- Jika mengimami, berilah waktu kepada makmum untuk membaca Al-Fatihah.
3. Tidak Memperhatikan Tajwid Sama Sekali
Kesalahan: Membaca Al-Qur'an tanpa memperhatikan hukum-hukum tajwid (makhraj, sifat, panjang pendek) yang esensial.
Perbaikan: Ini adalah masalah serius karena dapat mengubah makna ayat dan mengurangi keabsahan shalat. Langkah-langkah perbaikan:
- Belajar dari Guru: Cara terbaik adalah belajar Al-Qur'an langsung dari guru (ustaz/ustazah) yang menguasai tajwid. Ini sangat penting untuk koreksi lisan.
- Mendengarkan Qari' Profesional: Banyak tersedia rekaman murottal dari qari' terkenal. Dengarkan dan tirukan bacaan mereka.
- Latihan Rutin: Sisihkan waktu setiap hari untuk membaca Al-Qur'an dengan fokus pada tajwid.
- Koreksi Diri: Jika tidak yakin, bacalah dengan lebih hati-hati. Jika ada keraguan yang sering, tanyakan kepada yang lebih tahu.
4. Lupa Membaca Surah Setelah Al-Fatihah di Rakaat Pertama/Kedua
Kesalahan: Setelah Al-Fatihah, langsung rukuk tanpa membaca surah tambahan.
Perbaikan: Karena hukumnya sunnah, jika terlupa, shalat tetap sah dan tidak perlu sujud sahwi. Namun, untuk membiasakan diri:
- Niatkan: Saat takbiratul ihram atau setelah Al-Fatihah, niatkan dalam hati untuk membaca surah.
- Fokus: Kurangi pikiran yang mengganggu selama shalat.
- Hafalkan Surah Pendek: Jika hanya hafal sedikit, biasakan membaca Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas secara bergantian.
- Latihan: Sering-seringlah shalat sunnah untuk membiasakan diri membaca surah setelah Al-Fatihah.
5. Membaca Surah dari Tengah-tengah atau Tidak Berurutan
Kesalahan: Membaca ayat-ayat acak dari sebuah surah, atau membaca surah Al-Baqarah lalu di rakaat berikutnya membaca An-Naas, lalu Al-Fatihah (urutan terbalik dari mushaf).
Perbaikan: Secara fiqih, shalat tetap sah. Namun, yang lebih utama adalah membaca surah secara berurutan dalam mushaf (misal rakaat pertama Al-Ikhlas, rakaat kedua Al-Falaq) atau minimal membaca surah secara utuh. Jika membaca dari tengah surah, pastikan ayat yang dibaca memiliki makna yang lengkap dan tidak menimbulkan kesalahpahaman. Dianjurkan untuk:
- Membaca surah secara utuh dari awal hingga akhir.
- Jika membaca beberapa surah pendek, bacalah sesuai urutan mushaf (misal: Al-Kautsar, Al-Kafirun, An-Nashr, Al-Lahab, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas).
- Jika membaca dari surah panjang, bacalah bagian yang memiliki kesatuan makna, atau lanjutkan dari bacaan sebelumnya jika itu shalat yang sama.
Mengatasi kesalahan-kesalahan ini memerlukan kesadaran, niat yang kuat, dan usaha berkelanjutan dalam belajar dan berlatih. Ingatlah bahwa Allah SWT menghargai setiap usaha hamba-Nya untuk menyempurnakan ibadahnya.
Manfaat dan Hikmah Membaca Surah dalam Shalat
Di balik setiap syariat Islam, terdapat hikmah dan manfaat yang besar bagi kehidupan seorang muslim, baik di dunia maupun di akhirat. Bacaan surah dalam shalat, lebih dari sekadar rukun atau sunnah, membawa berbagai kebaikan yang mendalam.
1. Mendapatkan Pahala Berlipat Ganda
Setiap huruf Al-Qur'an yang dibaca mendatangkan pahala, dan dalam shalat, pahalanya lebih besar lagi. Dengan membaca Surah Al-Fatihah dan surah-surah lainnya, seorang muslim mengumpulkan banyak kebaikan. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidak mengatakan 'Alif Laam Mim' itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf, dan Mim satu huruf." (HR. Tirmidzi)
Bayangkan berapa banyak pahala yang terkumpul setiap hari dari membaca Al-Qur'an dalam lima waktu shalat wajib, ditambah shalat sunnah!
2. Meningkatkan Kekhusyukan dan Tadabbur
Membaca Al-Qur'an dengan tartil dan merenungkan maknanya adalah salah satu cara terbaik untuk mencapai khusyuk dalam shalat. Ketika kita memahami (atau setidaknya berusaha memahami) apa yang kita baca, hati kita akan lebih hadir, pikiran kita akan lebih fokus, dan shalat kita akan terasa lebih hidup. Ini adalah momen untuk berdialog dengan Allah, mendengarkan firman-Nya, dan membiarkannya menyentuh hati.
3. Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW
Setiap tindakan dan perkataan Rasulullah SAW adalah teladan bagi umatnya. Dengan membaca surah-surah tertentu dalam shalat tertentu, kita meneladani praktik terbaik yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Mengikuti sunnah bukan hanya mendatangkan pahala, tetapi juga menunjukkan cinta dan ketaatan kita kepada beliau.
4. Memperkuat Hafalan Al-Qur'an
Membaca surah secara rutin dalam shalat adalah metode yang sangat efektif untuk menguatkan hafalan Al-Qur'an, baik bagi yang sedang menghafal maupun yang sudah hafal. Pengulangan ini membantu ayat-ayat melekat kuat dalam ingatan dan menjaga hafalan dari kelupaan.
5. Membersihkan Hati dan Jiwa
Al-Qur'an adalah syifa' (penyembuh) bagi hati dan jiwa. Membacanya secara rutin, apalagi dalam keadaan shalat yang penuh konsentrasi, dapat membersihkan hati dari kotoran dosa, menenangkan pikiran dari kegelisahan, dan menghadirkan kedamaian. Ia adalah makanan rohani yang esensial.
6. Mempererat Hubungan dengan Allah SWT
Shalat adalah mi'raj (perjalanan spiritual) seorang mukmin. Melalui bacaan Al-Qur'an, kita merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta. Firman-Nya adalah petunjuk, peringatan, kabar gembira, dan pengingat akan kebesaran-Nya. Dengan meresapi setiap kata, hubungan kita dengan Allah menjadi lebih kuat dan personal.
7. Memperoleh Syafaat Al-Qur'an di Hari Kiamat
Rasulullah SAW bersabda:
"Bacalah Al-Qur'an, sesungguhnya ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafaat bagi para pembacanya." (HR. Muslim)
Dengan rutin membaca surah dalam shalat, kita berharap Al-Qur'an akan menjadi pembela dan penolong kita di hari yang tidak ada lagi pertolongan selain dari Allah.
8. Mendapatkan Cahaya dan Petunjuk
Al-Qur'an adalah 'nur' (cahaya) yang menerangi jalan hidup seorang muslim. Dengan sering membacanya, khususnya dalam shalat, kita mendapatkan petunjuk untuk menjalani hidup sesuai syariat, menjauhkan diri dari kesesatan, dan selalu berada di jalan yang lurus.
Setiap ayat yang dibaca, setiap huruf yang diucapkan, adalah investasi spiritual yang tak ternilai harganya, membawa keberkahan di dunia dan pahala yang abadi di akhirat.
Tanya Jawab Umum Seputar Bacaan Surah dalam Shalat
Berikut adalah beberapa pertanyaan umum yang sering muncul terkait bacaan surah dalam setiap rakaat shalat, beserta jawabannya berdasarkan panduan syariat.
1. Apakah sah shalat jika saya hanya membaca Al-Fatihah tanpa surah tambahan?
Jawaban: Ya, shalat Anda sah. Membaca surah atau ayat Al-Qur'an setelah Al-Fatihah hukumnya sunnah muakkadah (sangat dianjurkan), bukan wajib. Jadi, jika Anda hanya membaca Al-Fatihah, rukun shalat Anda sudah terpenuhi. Namun, Anda kehilangan pahala kesempurnaan shalat dan teladan Nabi SAW.
2. Bolehkah mengulang surah yang sama di rakaat pertama dan kedua?
Jawaban: Boleh dan shalatnya sah. Meskipun lebih utama membaca surah yang berbeda di setiap rakaat atau membaca sesuai urutan mushaf, tidak ada larangan mutlak untuk mengulang surah yang sama. Nabi SAW sendiri terkadang mengulang Surah Al-Ikhlas atau surah lainnya, terutama dalam shalat sunnah. Ini sering dilakukan oleh mereka yang hafalannya terbatas.
3. Apa yang harus saya lakukan jika lupa membaca surah setelah Al-Fatihah?
Jawaban: Jika Anda lupa membaca surah setelah Al-Fatihah dan sudah rukuk, shalat Anda tetap sah dan tidak perlu sujud sahwi karena bacaan surah tambahan hukumnya sunnah. Anda cukup melanjutkan shalat seperti biasa. Namun, jika Anda teringat sebelum rukuk, Anda bisa kembali membaca surah dan kemudian rukuk.
4. Bagaimana jika saya tidak hafal banyak surah?
Jawaban: Tidak masalah. Bacalah surah-surah pendek yang Anda hafal, seperti Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, Al-Kautsar, atau Al-Ashr. Anda bisa mengulang-ulang surah yang sama di rakaat yang berbeda jika memang itu satu-satunya yang Anda hafal. Yang terpenting adalah membaca Al-Fatihah dengan benar. Teruslah berusaha menambah hafalan sedikit demi sedikit.
5. Bolehkah membaca Al-Qur'an dari mushaf (kitab Al-Qur'an) saat shalat?
Jawaban: Ada perbedaan pendapat ulama mengenai hal ini.
- Madzhab Syafi'i: Membolehkan membaca dari mushaf dalam shalat fardhu maupun sunnah, asalkan tidak terlalu banyak gerakan yang membatalkan shalat (seperti membuka mushaf, membalik halaman).
- Madzhab Hanafi: Menganggapnya membatalkan shalat karena dianggap "amal katsir" (gerakan banyak) dan menyerupai belajar dalam shalat.
- Madzhab Hanbali: Membolehkan dalam shalat sunnah, tetapi makruh dalam shalat fardhu.
6. Apakah wajib membaca Al-Qur'an sesuai urutan mushaf dalam shalat?
Jawaban: Tidak wajib. Shalat tetap sah meskipun Anda membaca surah secara tidak berurutan (misal rakaat pertama Al-Ikhlas, rakaat kedua Al-Kautsar). Namun, membaca sesuai urutan mushaf (misal rakaat pertama Al-Kautsar, rakaat kedua Al-Ikhlas) adalah lebih utama dan merupakan sunnah Nabi SAW dan praktik para sahabat. Jika membaca surah panjang dan membaginya ke beberapa rakaat, disunnahkan untuk melanjutkan dari ayat terakhir yang dibaca di rakaat sebelumnya.
7. Apakah saya harus membaca surah panjang di shalat jahri dan surah pendek di shalat sirri?
Jawaban: Itu adalah sunnah Nabi SAW dan dianjurkan, tetapi tidak wajib. Anda bisa membaca surah pendek di shalat jahri (misalnya Magrib dan Isya) atau surah yang sedikit lebih panjang di shalat sirri (misalnya Zuhur dan Asar). Yang penting adalah tetap membaca surah setelah Al-Fatihah dan menyesuaikan dengan kondisi (terutama jika Anda imam).
8. Bagaimana jika saya salah membaca surah (misalnya lupa ayat, atau salah tajwid)?
Jawaban: Jika kesalahan Anda tidak mengubah makna secara drastis (misalnya hanya lupa satu kata, atau sedikit kesalahan tajwid yang tidak fundamental), shalat Anda tetap sah. Jika Anda lupa ayat, Anda bisa melewatkannya dan melanjutkan ke ayat berikutnya yang Anda ingat, atau langsung rukuk jika Anda sudah selesai Al-Fatihah dan merasa tidak mampu melanjutkan. Jika Anda menjadi makmum dan imam salah baca, Anda boleh membetulkannya (mentalqin) sesuai adab yang berlaku.
9. Seberapa penting untuk memahami makna surah yang dibaca?
Jawaban: Memahami makna (tadabbur) adalah inti dari kekhusyukan dan sangat dianjurkan. Meskipun shalat tetap sah tanpa memahami makna, shalat Anda akan jauh lebih bermakna dan berdampak positif jika Anda merenungkan firman Allah. Usahakan untuk mempelajari terjemahan dan tafsir surah-surah yang sering Anda baca agar kekhusyukan Anda meningkat.
Dengan memahami jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, diharapkan kita dapat melaksanakan shalat dengan lebih tenang, yakin, dan khusyuk, serta terus berusaha meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT.
Penutup: Konsistensi dan Peningkatan Kualitas Shalat
Perjalanan seorang muslim dalam menyempurnakan ibadahnya adalah perjalanan seumur hidup. Memahami dan mengamalkan ketentuan bacaan surah dalam setiap rakaat shalat merupakan salah satu langkah penting menuju kesempurnaan tersebut. Kita telah menelusuri hukum-hukumnya, variasi bacaannya dalam shalat wajib dan sunnah, perbedaan pandangan madzhab, pentingnya tajwid dan adab, hingga berbagai hikmah dan manfaat yang terkandung di dalamnya.
Kunci utama dalam melaksanakan ibadah ini adalah konsistensi dan keinginan untuk terus belajar serta memperbaiki diri. Jangan pernah merasa puas dengan kualitas shalat yang ada, tetapi teruslah berupaya meningkatkan kekhusyukan, kebenaran bacaan, dan pemahaman akan makna firman Allah.
- Mulai dengan yang Mampu: Jika Anda belum hafal banyak surah, mulailah dengan surah-surah pendek yang Anda hafal, dan niatkan untuk menambah hafalan.
- Belajar Tajwid: Prioritaskan belajar tajwid dari guru yang kompeten. Ini adalah investasi terbaik untuk bacaan Al-Qur'an Anda.
- Variasikan Bacaan: Cobalah untuk membaca surah-surah yang berbeda sesuai dengan sunnah Nabi SAW, agar shalat Anda lebih dinamis dan Anda bisa merenungkan lebih banyak ayat.
- Tadabbur Al-Qur'an: Luangkan waktu untuk mempelajari terjemahan dan tafsir surah-surah yang Anda baca. Ini akan sangat meningkatkan kekhusyukan Anda dalam shalat.
- Jangan Terburu-buru: Berikan hak setiap gerakan dan bacaan shalat. Ingatlah bahwa Anda sedang berkomunikasi dengan Pencipta alam semesta.
Shalat adalah hadiah dari Allah kepada hamba-Nya, sebuah momen privat untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dengan menjaga kualitas bacaan surah di setiap rakaat, kita tidak hanya memenuhi kewajiban, tetapi juga mengisi hati kita dengan cahaya Al-Qur'an, menenangkan jiwa, dan meraih keberkahan yang tak terhingga.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita taufik dan hidayah untuk istiqamah dalam menjalankan shalat, menyempurnakan setiap rukun dan sunnahnya, serta menjadikan shalat kita sebagai penyejuk hati dan sarana meraih ridha-Nya. Aamiin.