Pekalongan, sebuah kota di pesisir utara Pulau Jawa, telah lama dikenal sebagai jantungnya industri batik Indonesia. Di antara berbagai jenis batik yang lahir dari tangan-tangan terampil para pengrajinnya, batik pelangi Pekalongan hadir sebagai representasi keindahan, keberagaman, dan keceriaan dalam setiap helai kainnya. Berbeda dengan batik tradisional yang cenderung didominasi warna gelap seperti cokelat, hitam, atau indigo, batik pelangi justru merangkul spektrum warna yang lebih luas, mencerminkan semangat modernitas tanpa meninggalkan akar budayanya.
Munculnya batik pelangi bukanlah tanpa alasan. Seiring perkembangan zaman dan tuntutan pasar yang semakin dinamis, para pengrajin batik Pekalongan berinovasi untuk menciptakan motif yang lebih segar dan menarik perhatian kalangan yang lebih luas, termasuk generasi muda. Konsep "pelangi" diadopsi untuk menggambarkan gradasi warna yang cerah dan kontras, menyerupai lengkungan warna-warni indah yang muncul setelah hujan.
Ciri khas utama dari batik pelangi Pekalongan adalah penggunaan pewarna sintetis berkualitas tinggi yang mampu menghasilkan warna-warna cerah seperti merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Pewarna ini diaplikasikan dengan teknik pewarnaan yang cermat, seringkali menggunakan metode celup ikat (tie-dye) atau kombinasi dengan teknik canting tradisional untuk menghasilkan efek gradasi yang halus dan memukau. Motifnya pun tidak kalah beragam. Meskipun banyak yang mengambil inspirasi dari motif-motif klasik Pekalongan seperti motif jlamprang, motif parang, atau motif mega mendung, namun penambahan elemen visual seperti bunga-bungaan, kupu-kupu, atau bahkan tokoh kartun dalam palet warna pelangi memberikan sentuhan kontemporer yang unik.
Membuat selembar batik pelangi bukan sekadar pekerjaan, melainkan sebuah proses artistik yang membutuhkan ketelatenan, kejelian, dan kreativitas tinggi. Dimulai dari pemilihan bahan kain berkualitas, biasanya katun primissima yang halus dan nyaman dikenakan. Selanjutnya, para pengrajin akan membuat sketsa atau pola di atas kain, yang kemudian akan "ditutup" menggunakan lilin malam (wax) pada bagian-bagian yang tidak ingin diwarnai.
Tahap pewarnaan inilah yang menjadi kunci dari keunikan batik pelangi. Berbeda dengan pewarnaan batik tradisional yang bertahap dan seringkali memakan waktu lama, batik pelangi seringkali menggunakan kombinasi teknik pewarnaan celup yang lebih cepat namun tetap membutuhkan presisi tinggi. Para pengrajin harus jeli dalam mencampurkan warna dan menentukan kapan harus mengangkat kain dari pewarna agar gradasi warna yang diinginkan tercapai. Proses pembatikan ini bisa berulang beberapa kali, tergantung kerumitan motif dan jumlah warna yang digunakan. Setelah pewarnaan selesai, lilin malam akan dihilangkan dengan cara direbus dalam air mendidih, sehingga motif warna-warni yang indah pun terekspos sepenuhnya.
Dengan keunikan dan daya tariknya, batik pelangi Pekalongan tidak hanya diminati pasar domestik, tetapi juga telah merambah pasar internasional. Keberanian dalam bermain warna dan motif membuatnya disukai oleh berbagai kalangan usia, dari anak muda yang mencari busana kasual bernuansa etnik hingga profesional yang ingin tampil beda di acara formal. Para desainer fashion ternama kerap kali berkolaborasi dengan pengrajin batik Pekalongan untuk menciptakan koleksi busana yang memadukan kekayaan motif batik nusantara dengan tren mode global.
Selain sebagai busana, kain batik pelangi juga diolah menjadi berbagai produk fashion lainnya seperti tas, dompet, syal, hingga aksesoris. Kemampuannya untuk beradaptasi dengan berbagai gaya dan kesempatan menjadikan batik pelangi sebagai simbol fleksibilitas dan keindahan seni tekstil Indonesia yang terus berevolusi. Dengan semakin banyaknya apresiasi terhadap batik, baik dari dalam maupun luar negeri, batik pelangi Pekalongan semakin menegaskan posisinya sebagai warisan budaya yang patut dibanggakan dan dilestarikan. Kecerahan warnanya seolah melambangkan optimisme dan semangat hidup yang terus menyala dari tanah Pekalongan.