Batuan sabak, atau yang sering dikenal dalam bahasa Inggris sebagai slate, adalah batuan metamorf berbutir sangat halus yang terbentuk dari metamorfisme tingkat rendah batuan sedimen, terutama serpih (shale) atau batupasir halus. Keunikan utama batuan ini terletak pada struktur planar yang sangat jelas, sebuah sifat yang dikenal sebagai belahan sabak (slaty cleavage), yang memungkinkannya dipecah menjadi lempengan tipis, rata, dan tahan lama.
Pembentukan batuan sabak merupakan proses geologis yang memakan waktu jutaan tahun. Proses ini dimulai ketika sedimen lumpur (mud) terakumulasi di dasar laut atau danau purba. Sedimen ini kemudian terkubur di bawah lapisan-lapisan material lain, yang menghasilkan tekanan dan suhu tinggi. Ketika daerah tersebut mengalami aktivitas tektonik—seperti tabrakan lempeng benua—batuan sedimen yang semula lunak tersebut mengalami metamorfisme regional.
Peningkatan tekanan yang arahnya terfokus (tektonik) memaksa mineral-mineral lempung yang ada di dalam serpih untuk menyusun diri tegak lurus terhadap arah tekanan. Orientasi mineral baru yang sejajar inilah yang menciptakan bidang lemah atau belahan yang sangat halus. Inilah yang membedakan batuan sabak dari batuan lain; ia tidak memiliki foliasi yang kasar seperti batuan sekis, melainkan belahan yang nyaris sempurna sehingga mudah dipisahkan menjadi lembaran tipis tanpa retak internal yang signifikan.
Karakteristik fisik batuan sabak sangat dihargai dalam aplikasi konstruksi dan dekorasi. Warna batuan sabak bervariasi tergantung pada mineral pengotor yang terkandung selama proses metamorfosis. Umumnya, warna berkisar dari abu-abu gelap (hampir hitam), abu-abu kebiruan, hingga warna ungu, merah, atau hijau. Warna gelap seringkali menandakan kandungan karbon atau material organik.
Selain warnanya yang menarik, batuan sabak memiliki beberapa sifat unggul:
Berkat sifat-sifat uniknya, batuan sabak telah menjadi komoditas berharga sejak zaman kuno. Penggunaan paling ikonik dari batuan sabak adalah sebagai bahan penutup atap atau roofing slate. Lempengan sabak yang dipasang di atap dapat bertahan ratusan tahun, jauh lebih lama dibandingkan material atap modern lainnya, meskipun instalasinya membutuhkan struktur bangunan yang kuat karena bobotnya yang signifikan.
Di era modern, kegunaan batuan sabak meluas:
Eksploitasi tambang batuan sabak memerlukan keahlian khusus. Penambang harus mampu mengidentifikasi orientasi belahan alami batuan agar dapat mengekstrak lempengan tanpa memecahkannya secara acak. Proses pemisahan lempengan ini, yang dilakukan menggunakan alat pahat khusus, adalah seni tersendiri dalam industri pertambangan.
Secara keseluruhan, batuan sabak mewakili perpaduan sempurna antara kekuatan geologis dan keindahan estetika. Dari atap kuno hingga desain interior kontemporer, warisan batuan metamorf yang satu ini terus membuktikan nilainya sebagai material bangunan abadi.
Artikel ini membahas batuan metamorf dengan karakteristik belahan yang khas.