Ilustrasi proses metalurgi menggunakan panas tinggi.
Batubara metalurgi adalah sebuah istilah kunci dalam industri berat, khususnya dalam produksi baja dan logam lainnya. Berbeda dengan batubara termal yang utamanya digunakan sebagai sumber energi untuk menghasilkan listrik, batubara metalurgi (atau sering juga disebut *coking coal*) memiliki peran kimiawi yang sangat spesifik dalam proses peleburan dan reduksi bijih besi.
Ketika kita berbicara tentang batubara, umumnya orang mengasosiasikannya dengan pembangkit listrik. Batubara termal dibakar untuk menghasilkan uap dan memutar turbin. Namun, batubara metalurgi tidak dibakar secara langsung. Fungsi utamanya adalah untuk diubah menjadi kokas (coke).
Proses konversi ini terjadi melalui proses pirolisis, yaitu pemanasan batubara pada suhu sangat tinggi (sekitar 1000°C hingga 1300°C) dalam lingkungan bebas oksigen di dalam baterai kokas (*coke oven*). Batubara yang ideal untuk proses ini harus memiliki kandungan abu, sulfur, dan fosfor yang rendah, serta memiliki kemampuan khusus untuk membentuk struktur yang kuat dan berpori ketika dipanaskan.
Kokas yang dihasilkan dari batubara metalurgi adalah bahan baku esensial dalam operasi Tanur Tiup (*Blast Furnace*), jantung dari industri baja primer. Kokas memainkan tiga fungsi krusial di dalam tanur:
Tidak semua batubara dapat diubah menjadi kokas yang baik. Batubara metalurgi premium harus memiliki sifat khusus yang terkait dengan plastisitasnya. Ketika dipanaskan, batubara jenis ini akan melunak dan membentuk massa cair plastis sebelum akhirnya mengeras menjadi kokas. Sifat ini dikenal sebagai kemampuan pembentukan kokas (*coking quality*).
Kualitas utama yang dinilai meliputi:
Karena sifatnya yang unik dan proses penambangannya yang memerlukan kualitas tertentu, batubara metalurgi seringkali memiliki nilai ekonomi yang jauh lebih tinggi dibandingkan batubara termal biasa. Permintaan global akan baja terus mendorong eksplorasi dan pengembangan cadangan batubara metalurgi berkualitas tinggi di seluruh dunia.
Meskipun sangat penting untuk industri baja saat ini, proses produksi kokas menghasilkan emisi gas rumah kaca yang signifikan. Industri baja global sedang berupaya keras mencari solusi dekarbonisasi. Beberapa penelitian berfokus pada penggunaan hidrogen sebagai agen pereduksi pengganti karbon (H-DRI) atau pengembangan teknologi tungku busur listrik (EAF) yang bergantung pada skrap baja dan energi terbarukan.
Namun, dalam jangka pendek hingga menengah, peran batubara metalurgi adalah tetap tak tergantikan untuk produksi baja primer melalui rute Tanur Tiup konvensional. Oleh karena itu, efisiensi penambangan dan pemanfaatan kokas menjadi fokus utama untuk mengurangi dampak lingkungannya sambil mempertahankan output baja yang dibutuhkan oleh infrastruktur dan manufaktur global.