Di balik kelezatannya, ternyata ada beberapa jenis buah yang punya "kepribadian" unik dan seringkali menjadi bahan perdebatan, bahkan bisa dibilang "bikin ribut" di kalangan penikmatnya. Fenomena ini bukan hanya sekadar soal selera, melainkan juga dipengaruhi oleh aroma yang kuat, tekstur yang kontroversial, hingga cara penyajiannya yang khas. Mari kita telusuri buah-buahan apa saja yang kerap memicu diskusi hangat!
Tidak bisa dipungkiri, durian adalah primadona dalam daftar ini. Buah berduri ini dijuluki sebagai "Raja Buah" oleh sebagian orang karena rasanya yang begitu istimewa, creamy, manis dengan sedikit pahit yang menggugah selera. Namun, sisi lain durian yang paling sering menjadi perdebatan adalah aromanya. Bagi penggemarnya, aroma durian adalah simfoni yang memabukkan. Sebaliknya, bagi yang tidak suka, aroma ini bisa dianggap sangat menyengat, bahkan menusuk hidung, sehingga banyak tempat umum melarangnya dibawa masuk. Perbedaan pandangan yang ekstrem inilah yang membuat durian selalu berhasil memicu "ribut" di mana pun ia berada. Mulai dari perdebatan di pasar tradisional, restoran, hingga larangan di hotel dan transportasi publik, durian selalu menjadi topik panas.
Tekstur durian yang lembut dan lumer di mulut juga menjadi poin lain yang memecah belah. Ada yang sangat menyukai kelembutan daging buahnya, namun ada pula yang merasa jijik atau tidak nyaman dengan sensasi tersebut. Cara memakannya pun seringkali menjadi subjek perdebatan, apakah dimakan langsung, diolah menjadi tempoyak, atau dijadikan bahan kue dan es krim. Semua variasi ini menambah panjang daftar potensi perdebatan seputar durian.
Nangka, buah tropis yang ukurannya bisa sangat besar, juga punya penggemar setia dan penentang yang tak kalah vokal. Aroma nangka yang manis dan khas memang menggoda, terutama saat buahnya sudah matang sempurna. Daging buahnya yang berwarna kuning cerah, manis, dan legit seringkali menjadi favorit banyak orang. Namun, kebingungan muncul ketika nangka masih muda atau setengah matang. Nangka muda sering diolah menjadi masakan seperti gudeg atau gulai, namun rasanya yang cenderung hambar dan teksturnya yang kenyal kadang tidak disukai oleh sebagian orang. Di sinilah awal mula perdebatan bisa dimulai: kapan nangka mencapai puncak kelezatannya? Saat muda untuk masakan, atau saat tua untuk dimakan langsung?
Selain itu, beberapa orang mungkin merasa aromanya terlalu kuat saat nangka benar-benar matang. Dan jangan lupakan getahnya yang lengket! Saat membelah nangka, getah yang keluar bisa sangat merepotkan, menempel di tangan, pisau, bahkan pakaian. Proses "perjuangan" untuk menikmati nangka ini kadang menjadi bahan lelucon sekaligus keluhan.
Petai, atau yang sering disebut "stink bean", memiliki reputasi yang legendaris dalam hal aroma. Biji petai memiliki senyawa sulfur yang memberikan bau khas yang sangat kuat, terutama setelah dikonsumsi. Bagi para pecintanya, bau ini justru menjadi daya tarik yang tak tergantikan. Mereka menikmati rasa gurih dan sedikit pahit yang unik dari petai, terutama saat diolah menjadi sambal, tumisan, atau lauk pendamping nasi. Petai dianggap sebagai camilan yang lezat dan kaya manfaat.
Namun, bagi sebagian besar orang, terutama yang tidak terbiasa, bau petai setelah dikonsumsi bisa sangat tidak menyenangkan dan bertahan lama. Bau ini seringkali menimbulkan "efek samping" yang malu-malu, seperti bau mulut yang menyengat dan bahkan bau pesing pada urine. Karena itulah, petai seringkali menjadi buah bibir yang hangat diperdebatkan: apakah pantas dikonsumsi di ruang publik atau saat berkumpul dengan orang lain? Perdebatan ini seringkali berujung pada lelucon, tetapi juga bisa menjadi sumber ketidaknyamanan sosial.
Mirip dengan petai, jengkol adalah "saudara" yang punya reputasi aroma kuat dan rasa yang memecah belah. Jengkol memiliki biji yang besar dan kulit keras, yang perlu direbus atau diolah dengan cara khusus agar bisa dinikmati. Rasanya sendiri cukup unik, gurih dengan sedikit rasa sepat yang khas. Banyak orang menyukai jengkol yang diolah menjadi semur jengkol, rendang jengkol, atau keripik jengkol.
Namun, di balik kenikmatannya, jengkol juga memiliki masalah yang sama dengan petai: aroma yang kuat dan efek samping pada pencernaan. Konsumsi jengkol dalam jumlah banyak bisa menyebabkan bau mulut yang menyengat, serta masalah pada saluran kemih dan pencernaan. Beberapa orang bahkan mengalami sembelit atau rasa tidak nyaman di perut setelah mengonsumsi jengkol. Oleh karena itu, diskusi seputar jengkol seringkali mencakup resep lezatnya sekaligus peringatan tentang efek sampingnya, menciptakan perdebatan yang tak ada habisnya.
Intinya, buah-buahan yang "bikin ribut" ini justru menunjukkan betapa kayanya ragam selera dan pengalaman manusia dalam menikmati anugerah alam. Perbedaan pandangan ini, meskipun terkadang memicu perdebatan, juga yang membuat dunia kuliner menjadi lebih berwarna dan menarik untuk dijelajahi.