Sebuah simbol persatuan dan kepedulian.
Dalam riuh rendah kehidupan yang terus berputar, Di antara tawa dan tangis yang datang berkejaran, Terselip kisah-kisah yang sering terlupakan, Tentang insan yang berjuang, merangkai masa depan.
Lihatlah ke sudut-sudut kota yang bisu, Di sana, senyum tersungging di wajah yang pilu. Ada tangan kasar yang tak kenal lelah bekerja, Demi sesuap nasi, demi anak di rumah tercinta.
Ada mata nanar yang menatap kosong, Di antara hiruk-pikuk yang tak pernah bohong. Mereka, yang terpinggirkan, yang tak terdengar, Terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang sukar.
Mereka yang tak memiliki suara di panggung dunia, Yang eksistensinya seringkali luput dari pandangan mata. Kisah mereka terbungkus dalam kain usang, Menyimpan duka, merindukan sinar terang.
Di lorong sempit, mentari enggan singgah,
Anak-anak bermain, di antara sampah.
Wajah polos mereka, tak kenal keluh kesah,
Namun masa depan terbentang, penuh resah.
Tangan-tangan mungil, mencari sisa harapan,
Di antara beton-beton, tiada keindahan.
Mereka adalah generasi, calon penerus bangsa,
Namun terabaikan, dalam sunyi nestapa.
Bukan hanya mereka yang terkurung dalam derita, Namun juga yang terasing, terjerat stigma. Perbedaan yang seharusnya menjadi kekayaan, Justru seringkali menjadi sumber permusuhan.
Ada hati yang terluka, karena prasangka buruk, Ada jiwa yang merana, karena tatapan menusuk. Kita hidup dalam masyarakat yang beragam, Namun toleransi terkadang terasa tenggelam.
Mari kita bentangkan tangan, ulurkan kasih sayang, Bukan hanya pada yang dekat, tapi juga yang terbuang. Sebab di setiap insan, ada percikan kemanusiaan, Yang menunggu untuk disiram, agar tumbuh kebaikan.
Satu tindakan kecil, bisa memicu gelombang besar, Satu senyum tulus, bisa menghapus luka yang terbakar. Ketika empati berbicara, tembok akan runtuh, Ketika kepedulian meraja, dunia kan lebih utuh.
Lihatlah sesama, jangan hanya diri sendiri,
Ulurkan tanganmu, berbagi arti.
Karena kebahagiaan sejati, bukan hanya milikku,
Tapi juga milik mereka, yang merindu.
Dalam kebersamaan, kita temukan kekuatan,
Menghadapi badai, meraih keselamatan.
Bukan harta benda, yang membuat hidup berarti,
Tapi cinta dan tulus, yang kita beri.
Pendidikan adalah kunci, untuk membuka pintu masa depan, Kesehatan adalah hak, yang tak boleh terabaikan. Perlindungan bagi yang lemah, adalah kewajiban moral, Keadilan bagi semua, adalah pondasi ideal.
Kita perlu bangkit, dari segala ketidakpedulian, Menciptakan lingkungan yang lebih manusiawi dan adil. Setiap individu berhak mendapatkan kesempatan yang sama, Untuk tumbuh, berkembang, dan meraih cita sempurna.
Biarlah puisi ini menjadi pengingat, Tentang tanggung jawab sosial yang tak boleh tergelincir. Mari kita bersama, membangun jembatan kebaikan, Mengubah keputusasaan menjadi kekuatan.
Mari hadirkan senyum, di wajah yang terpekur,
Taburkan benih kasih, di lahan yang hancur.
Setiap kontribusi, sekecil apapun itu,
Akan menjadi pelangi, di langit yang kelabu.
Jangan biarkan kelemahan, jadi tembok pemisah,
Mari bergandengan tangan, menuju ke arah...
...Dunia yang lebih damai, penuh rasa hormat,
Di mana setiap insan, dihargai dan berkat.
Mari renungkan dan bertindak. Kebaikan dimulai dari kita.