(Ilustrasi Konsep Keseimbangan Martabat)
Dalam kekayaan khazanah budaya Nusantara, terdapat banyak sekali istilah filosofis yang mendalam, salah satunya adalah frasa "Combong Junjung Drajat". Meskipun mungkin tidak seterkenal istilah-istilah besar lainnya, konsep ini memegang peranan penting dalam panduan perilaku dan tata krama masyarakat, khususnya di beberapa wilayah Jawa. Secara harfiah, istilah ini merangkum dua elemen krusial: 'Combong' yang sering diasosiasikan dengan lubang, kekosongan, atau wadah penampung, dan 'Junjung Drajat' yang berarti menjunjung tinggi martabat atau kehormatan.
Kata 'Combong' dalam konteks ini tidak selalu merujuk pada bentuk fisik semata. Dalam interpretasi spiritual dan kultural, 'Combong' dapat diartikan sebagai wadah spiritual atau kapasitas batiniah seseorang. Ia adalah ruang yang harus diisi dengan kebaikan, ilmu, dan kesadaran diri. Jika wadah (combong) ini diisi dengan hal-hal negatif, maka dampaknya akan merusak keseluruhan struktur penghormatan diri. Oleh karena itu, menjaga kemurnian 'combong' diri adalah langkah awal sebelum bisa mencapai 'junjung drajat'. Ini adalah tentang kesadaran akan kelemahan atau 'kekurangan' diri yang perlu diisi dengan pengabdian dan kebajikan.
Konsep 'Junjung Drajat' adalah hasil dari upaya menjaga 'combong'. Menjunjung drajat berarti berperilaku secara hormat, santun, dan menjaga nama baik diri sendiri maupun keluarga dan lingkungannya. Drajat bukan hanya tentang status sosial yang diperoleh dari keturunan atau kekayaan, melainkan martabat etis dan moral yang dicapai melalui tindakan nyata. Dalam interaksi sosial, seseorang yang memahami konsep ini akan selalu mengedepankan etika luhur, berbicara dengan bijak, dan menghindari tindakan yang merendahkan orang lain maupun dirinya sendiri. Ini merupakan prinsip hidup yang menekankan integritas.
Konsep ini mengajarkan bahwa kehormatan sejati tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus dibangun melalui proses introspeksi diri yang berkelanjutan. Jika seseorang merasa dirinya memiliki 'kekosongan' atau kekurangan, langkah pertama adalah mengisinya dengan kualitas diri, bukan dengan memamerkan pencapaian yang semu. Dalam masyarakat tradisional, ajaran ini seringkali disampaikan melalui perumpamaan sederhana atau cerita rakyat sebagai bekal hidup.
Lebih jauh lagi, "Combong Junjung Drajat" juga menyiratkan pentingnya keseimbangan antara menerima (sebagai wadah/combong) dan memberi (untuk menjunjung drajat). Seseorang harus memiliki kerendahan hati untuk menerima pelajaran, kritik, dan anugerah dari kehidupan. Namun, kerendahan hati ini harus diimbangi dengan kemampuan untuk berdiri tegak dan menjunjung tinggi prinsip moral saat dibutuhkan. Ketika kita rendah hati menerima, kita sedang mempersiapkan diri untuk dihormati. Ketika kita menjunjung drajat, kita sedang menunjukkan kualitas wadah yang telah kita isi dengan baik.
Dalam konteks modern, di mana citra seringkali lebih diutamakan daripada substansi, filosofi ini menjadi pengingat vital. Dunia digital yang serba cepat seringkali mendorong orang untuk hanya menampilkan puncak gunung es (drajat yang terlihat), tanpa menunjukkan kedalaman fondasinya (combong yang terawat). Artikel ini mengajak pembaca untuk merenungkan kembali nilai-nilai intrinsik yang sesungguhnya membangun kehormatan seseorang. Kehormatan yang lestari adalah kehormatan yang berakar pada karakter yang kokoh, bukan sekadar penampilan luar yang temporer.
Filosofi "Combong Junjung Drajat" adalah warisan kearifan lokal yang mengajarkan bahwa martabat adalah hasil dari pemeliharaan batiniah (combong) yang kemudian termanifestasi dalam perilaku lahiriah yang mulia (junjung drajat). Tanpa pemeliharaan dasar, usaha untuk mengangkat status atau kehormatan seringkali akan runtuh karena fondasinya rapuh. Dengan demikian, filosofi ini tetap relevan sebagai panduan etika pribadi yang menekankan pentingnya introspeksi, integritas, dan kesantunan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Memahami dan mengamalkan konsep ini berarti menghargai akar budaya sekaligus menjadi pribadi yang utuh dan terhormat.