Batuan sedimen klastik merupakan salah satu kelompok batuan sedimen yang paling umum dan signifikan di kerak bumi. Nama "klastik" berasal dari bahasa Yunani, klastos, yang berarti "pecahan" atau "remah". Batuan ini terbentuk dari akumulasi dan litifikasi (pemadatan dan sementasi) fragmen-fragmen batuan yang sudah ada sebelumnya, mineral, atau material organik yang telah mengalami pelapukan dan erosi.
Proses pembentukan batuan klastik melibatkan siklus geologi yang panjang: pelapukan fisik dan kimia pada batuan induk, erosi dan transportasi material oleh media seperti air, angin, atau es, kemudian pengendapan di cekungan sedimen, dan terakhir pemadatan serta sementasi di bawah tekanan dan adanya cairan pori.
Batuan klastik diklasifikasikan berdasarkan dua kriteria utama: ukuran butir (grain size) dan tingkat sortasi (pemilahan butiran) serta bentuk butiran (grain shape). Berdasarkan ukuran butir, batuan sedimen klastik terbagi menjadi tiga kelompok besar:
Kelompok ini didominasi oleh butiran yang ukurannya lebih besar dari 2 mm, biasanya terdiri dari kerikil (gravel). Contoh paling khas dari batuan ini adalah Konglomerat dan Breksi.
Batuan yang tersusun dari fragmen kerikil yang bulat (well-rounded). Kehalusan bentuk butir ini menunjukkan bahwa kerikil telah mengalami transportasi yang jauh dan gesekan yang signifikan dengan material lain saat diangkut oleh air yang deras.
Mirip dengan konglomerat, namun didominasi oleh fragmen bersudut (angular). Breksi biasanya terbentuk di lingkungan yang memiliki energi sangat tinggi namun jarak transportasinya pendek, seperti longsoran bawah laut atau di dekat lereng patahan.
Kelompok ini didominasi oleh butiran berukuran pasir, yaitu antara 1/16 mm hingga 2 mm. Klasifikasi lebih lanjut bergantung pada komposisi mineral penyusun butiran.
Merupakan batupasir yang lebih dari 90% butirannya adalah kuarsa. Ini menunjukkan proses pelapukan dan transportasi yang sangat intensif, menghilangkan semua mineral yang lebih labil. Batupasir kuarsa sering ditemukan di lingkungan deltaik atau gurun yang stabil.
Batupasir yang mengandung lebih dari 25% butiran yang merupakan fragmen batuan lain (litika), bukan mineral tunggal. Ini mengindikasikan bahwa material sedimen berasal dari sumber batuan yang belum mengalami pelapukan total.
Kelompok ini terdiri dari material berukuran sangat kecil, yaitu kurang dari 1/16 mm (lumpur dan lempung). Batuan ini umumnya terbentuk di lingkungan dengan energi air sangat rendah.
Batuan sedimen yang terdiri dari lempung dan lumpur yang terlitifikasi. Batulempung sering menunjukkan perlapisan tipis (laminasi) karena pengendapan material halus secara periodik. Batulempung adalah batuan penudung (cap rock) yang baik dan sering menjadi reservoir hidrokarbon karena sifatnya yang kedap.
Batuan yang didominasi oleh butiran berukuran lanau (silt). Ukuran butirnya lebih besar daripada lempung tetapi masih lebih kecil daripada pasir. Lingkungan pengendapannya biasanya lebih energik dibandingkan pembentukan batulempung, seperti di dataran banjir (floodplain).
Studi mengenai contoh batuan sedimen klastik memberikan informasi kunci mengenai sejarah geologis suatu area. Misalnya, jika kita menemukan konglomerat dengan butiran yang sangat bulat, ini menyiratkan bahwa wilayah tersebut pernah dilewati oleh sungai berenergi tinggi di masa lampau. Sebaliknya, temuan batulempung menunjukkan bahwa cekungan tersebut tenang, mungkin berupa dasar laut dalam atau danau yang terlindung.
Selain ukuran butir, bentuk butiran (yuva, bulat, bersudut) dan komposisi mineral (apakah didominasi kuarsa atau kaya mineral yang mudah lapuk) adalah indikator penting yang membantu ahli geologi merekonstruksi kondisi transportasi, jarak sumber, dan iklim saat proses sedimentasi berlangsung. Pemahaman mendalam terhadap jenis batuan klastik ini sangat fundamental dalam eksplorasi sumber daya alam, termasuk air tanah dan hidrokarbon.