Al-Fatihah, yang dikenal sebagai 'Ummul Kitab' atau 'Induknya Al-Quran', merupakan surat pembuka dalam kitab suci umat Islam. Kedudukannya yang agung menjadikan Al-Fatihah dibaca dalam setiap rakaat shalat, baik shalat wajib maupun sunah. Lebih dari itu, Al-Fatihah juga sering kali menjadi pembuka dalam berbagai majelis ilmu, acara keagamaan, doa bersama, bahkan saat menjenguk orang sakit atau dalam ritual tertentu seperti tahlilan dan ruqyah. Kehadirannya yang universal ini menunjukkan betapa sentralnya surat ini dalam kehidupan seorang Muslim.
Namun, setelah usai membaca Al-Fatihah dalam konteks di luar shalat, seringkali timbul pertanyaan: adakah doa penutup khusus yang dianjurkan? Bagaimana adab berdoa yang baik setelah menyelesaikan suatu amalan atau saat memanjatkan permohonan kepada Allah SWT? Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai makna doa penutup, berbagai contoh doa yang relevan, serta adab-adab dalam berdoa agar doa kita lebih diterima dan diridhai oleh Allah SWT.
Keagungan Al-Fatihah: Pembuka Segala Kebaikan
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang doa penutup, marilah kita pahami terlebih dahulu mengapa Al-Fatihah memiliki tempat yang begitu istimewa dalam Islam. Surat ini terdiri dari tujuh ayat yang singkat namun padat makna, mencakup pujian kepada Allah, pengakuan keesaan-Nya, permohonan pertolongan, serta permintaan petunjuk ke jalan yang lurus. Ia adalah ringkasan sempurna dari seluruh ajaran Al-Quran.
Al-Fatihah sebagai Rukun Shalat
Salah satu bukti keagungan Al-Fatihah adalah statusnya sebagai rukun shalat. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Al-Fatihah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini menunjukkan bahwa shalat seorang Muslim tidak akan sah tanpa membaca surat ini. Di dalam shalat, setelah Al-Fatihah, biasanya diikuti dengan bacaan surat pendek lainnya sebelum rukuk. Oleh karena itu, dalam konteks shalat, tidak ada doa penutup khusus langsung setelah Al-Fatihah sebelum membaca surat lain, melainkan doa penutup umum setelah selesai seluruh rangkaian shalat.
Al-Fatihah dalam Berbagai Konteks Lain
Di luar shalat, Al-Fatihah memiliki peran yang sangat luas:
- Pembukaan Doa: Seringkali, saat memulai doa atau memohon sesuatu yang penting, sebagian umat Muslim memulai dengan membaca Al-Fatihah sebagai bentuk tawasul (perantara) dan harapan agar doa tersebut dikabulkan. Ini adalah praktik yang dilakukan sebagian ulama sebagai cara memohon berkah.
- Majelis Ilmu dan Pengajian: Pembukaan majelis seringkali diawali dengan membaca Al-Fatihah, tujuannya untuk memohon keberkahan, rahmat, dan kelancaran dalam proses menuntut ilmu.
- Tahlilan dan Ziarah Kubur: Dalam tradisi masyarakat Muslim di Indonesia dan beberapa negara lain, Al-Fatihah dibaca untuk dihadiahkan kepada arwah orang yang telah meninggal dunia, sebagai bentuk doa dan permohonan ampunan.
- Ruqyah Syar'iyyah: Al-Fatihah juga dikenal sebagai 'Asy-Syifa' (penyembuh) dan 'Ar-Ruqyah' (obat penawar). Ayat-ayatnya dipercaya memiliki kekuatan penyembuh dari berbagai penyakit fisik maupun spiritual atas izin Allah SWT.
- Memohon Kesembuhan: Saat menjenguk orang sakit, membaca Al-Fatihah dan meniupkannya ke air atau langsung ke tubuh yang sakit dengan niat memohon kesembuhan adalah praktik yang sering dilakukan.
Dari berbagai konteks ini, dapat kita simpulkan bahwa Al-Fatihah adalah kunci pembuka kebaikan, rahmat, dan keberkahan. Oleh karena itu, wajar jika setelah membacanya, seorang Muslim ingin menyempurnakan amalannya dengan doa penutup yang sesuai.
Memahami Konsep Doa Penutup
Ketika kita berbicara tentang "doa penutup setelah baca Al-Fatihah," penting untuk memahami bahwa ini lebih merujuk pada doa yang dipanjatkan setelah menyelesaikan suatu sesi ibadah atau amalan yang diawali dengan Al-Fatihah, bukan secara harfiah "langsung setelah ayat terakhir Al-Fatihah" di luar konteks shalat. Doa penutup berfungsi sebagai penutup, penyempurna, dan pengikat amalan yang telah dilakukan.
Mengapa Doa Penutup Itu Penting?
Doa penutup memiliki beberapa fungsi dan keutamaan:
- Memohon Penerimaan Amal: Kita memohon kepada Allah agar amalan yang baru saja kita lakukan, seperti membaca Al-Fatihah, berdzikir, atau menuntut ilmu, diterima di sisi-Nya. Karena tanpa keridhaan-Nya, amalan kita tidak memiliki nilai.
- Memohon Ampunan Kekurangan: Setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Dalam melakukan ibadah pun, terkadang ada khilaf atau lalai. Doa penutup menjadi momen untuk memohon ampunan atas segala kekurangan yang mungkin terjadi selama beribadah.
- Penyempurna Ibadah: Doa adalah "otak ibadah." Dengan berdoa, kita menunjukkan kerendahan hati dan ketergantungan penuh kepada Allah. Doa penutup menyempurnakan rangkaian ibadah, menjadikannya lebih holistik.
- Memohon Keberkahan Lanjutan: Setelah melakukan suatu kebaikan, kita berharap keberkahan dari amalan tersebut terus mengalir dalam kehidupan kita. Doa penutup adalah sarana untuk memohon keberkahan yang berlanjut.
- Mengumpulkan Kebaikan Dunia dan Akhirat: Doa penutup seringkali mencakup permohonan kebaikan di dunia dan di akhirat, menjadikannya kesempatan untuk meminta segala hajat kepada Sang Pencipta.
- Mengakhiri dengan Kebaikan: Mengakhiri suatu amalan dengan doa adalah salah satu adab terbaik. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk selalu mengingat Allah di awal, di tengah, dan di akhir setiap perbuatan.
Elemen-elemen Penting dalam Doa Penutup
Sebagaimana adab berdoa secara umum, doa penutup yang baik juga sebaiknya memenuhi beberapa elemen penting. Ini tidak hanya berlaku setelah membaca Al-Fatihah dalam sebuah sesi, tetapi juga untuk doa-doa lainnya:
1. Memuji Allah SWT (Hamdalah)
Memulai doa dengan memuji Allah adalah salah satu adab yang sangat ditekankan. Kita mengakui kebesaran, kemuliaan, dan segala sifat-sifat sempurna-Nya. Contohnya:
Atau bisa juga dengan pujian yang lebih panjang seperti:
2. Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW
Setelah memuji Allah, langkah berikutnya adalah bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Ini adalah bentuk penghormatan dan kecintaan kita kepada beliau, serta merupakan kunci dikabulkannya doa.
Shalawat bisa dilanjutkan dengan shalawat Ibrahimiyah seperti yang dibaca dalam tasyahud akhir shalat.
3. Istighfar (Memohon Ampunan)
Mengakui dosa dan memohon ampunan adalah tanda kerendahan hati seorang hamba. Ini menunjukkan bahwa kita menyadari diri ini penuh kekurangan dan hanya Allah yang Maha Pengampun.
Atau bisa juga dengan doa istighfar yang lebih lengkap seperti:
4. Permohonan Kebaikan Dunia dan Akhirat
Ini adalah inti dari doa, di mana kita menyampaikan segala hajat dan kebutuhan kita, baik untuk urusan dunia maupun akhirat.
5. Memohon Penerimaan Amalan
Doa ini adalah esensi dari doa penutup, di mana kita memohon agar ibadah atau amalan yang telah dilakukan diterima oleh Allah.
6. Penutup dengan Hamdalah dan Shalawat
Sebagaimana dibuka, doa penutup sebaiknya juga ditutup dengan pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Contoh Doa Penutup dalam Berbagai Konteks
Berikut adalah beberapa contoh doa penutup yang bisa dipanjatkan setelah suatu sesi yang diawali dengan Al-Fatihah, disesuaikan dengan konteksnya:
1. Doa Penutup Majelis/Pengajian (Kaffaratul Majlis)
Doa ini sangat dianjurkan untuk dibaca setelah berkumpul dalam suatu majelis, baik itu majelis ilmu, dzikir, atau pertemuan lainnya, untuk menghapus dosa-dosa kecil yang mungkin terjadi selama majelis.
Doa ini sangat singkat namun memiliki keutamaan yang besar, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Barangsiapa yang duduk di suatu majelis, lalu banyak terjadi kegaduhan di dalamnya, kemudian sebelum bangkit dari duduknya ia membaca (doa di atas), niscaya diampuni baginya dosa-dosa yang terjadi di majelis itu." (HR. Tirmidzi)
2. Doa Penutup Setelah Membaca Al-Quran/Dzikir
Setelah selesai membaca Al-Quran, termasuk di dalamnya membaca Al-Fatihah, atau setelah berdzikir, dianjurkan untuk memanjatkan doa. Berikut adalah salah satu contoh doa yang masyhur:
اللَّهُمَّ ذَكِّرْنَا مِنْهُ مَا نَسِينَا، وَعَلِّمْنَا مِنْهُ مَا جَهِلْنَا، وَارْزُقْنَا تِلَاوَتَهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ، وَاجْعَلْهُ لَنَا حُجَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.
Allahumma dzakkirna minhu ma nasina, wa 'allimna minhu ma jahilna, warzuqna tilawatahu ana'al laili wa athrafan nahar, waj'alhu lana hujjah ya Rabbal 'alamin.
Ya Allah, ingatkanlah kami apa yang kami lupa darinya, ajarkanlah kami apa yang kami tidak tahu darinya, dan karuniakanlah kami kemampuan membacanya pada malam hari dan siang hari, serta jadikanlah ia bagi kami sebagai hujjah (pembela) wahai Tuhan semesta alam.
Doa ini sangat relevan untuk sesi yang melibatkan pembacaan Al-Fatihah dan ayat-ayat Al-Quran lainnya, seperti tahlilan atau pengajian.
3. Doa Penutup Umum setelah Berdoa atau Beramal Saleh
Ini adalah doa penutup yang bersifat lebih umum dan dapat digunakan setelah memanjatkan doa pribadi, atau setelah melakukan amal saleh lainnya yang diawali dengan Al-Fatihah.
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيدَهُ. يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيمِ سُلْطَانِكَ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُنْجِينَا بِهَا مِنْ جَمِيعِ الْأَهْوَالِ وَالْآفَاتِ، وَتَقْضِي لَنَا بِهَا جَمِيعَ الْحَاجَاتِ، وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيعِ السَّيِّئَاتِ، وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَى الدَّرَجَاتِ، وَتُبَلِّغُنَا بِهَا أَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيعِ الْخَيْرَاتِ فِي الْحَيَاةِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، وَلِجَمِيعِ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ.
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا هَذِهِ الْأَعْمَالَ الصَّالِحَةَ وَاجْعَلْهَا خَالِصَةً لِوَجْهِكَ الْكَرِيمِ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin, hamdan yuwaafi ni'amahu wa yukafiu mazidah. Ya Rabbana lakal hamdu kamaa yanbaghi lijalali wajhika wa 'adzimi sulthanik.
Allahumma shalli wa sallim 'ala Sayyidina Muhammadin sholatan tunjina biha min jami'il ahwali wal afat, wa taqdhi lana biha jami'il hajat, wa tuthohhiruna biha min jami'is sayyi'at, wa tarfa'una biha 'indaka a'lad darajat, wa tuballighuna biha aqshal ghayat min jami'il khoirati fil hayati wa ba'dal mamat.
Allahummaghfir lana dzunubana waliwalidaina warhamhuma kama rabbayana shighara, walijami'il mukminin wal mukminat wal muslimin wal muslimat al-ahya'i minhum wal amwat.
Allahumma taqabbal minna hadzihil a'malas shalihat waj'alha khalisatan liwajhikal karim.
Rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina adzabannar.
Subhana Rabbika Rabbil 'izzati 'amma yashifun, wa salamun 'alal mursalin, walhamdulillahi Rabbil 'Alamin.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, pujian yang sesuai dengan nikmat-Nya dan menuntut tambahan dari-Nya. Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji sebagaimana layaknya keagungan Dzat-Mu dan kebesaran kekuasaan-Mu.
Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad, dengan shalawat yang dengannya Engkau menyelamatkan kami dari segala ketakutan dan bencana, Engkau memenuhi segala hajat kami, Engkau membersihkan kami dari segala keburukan, Engkau mengangkat kami di sisi-Mu pada derajat yang tertinggi, dan Engkau menyampaikan kami pada tujuan-tujuan yang terjauh dari segala kebaikan dalam kehidupan dan setelah kematian.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa kedua orang tua kami, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kami di waktu kecil. Ampunilah juga seluruh kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.
Ya Allah, terimalah dari kami amal-amal saleh ini dan jadikanlah ia ikhlas semata-mata karena Dzat-Mu yang Mulia.
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.
Maha Suci Tuhanmu, Tuhan yang Maha Perkasa dari apa yang mereka sifatkan, dan keselamatan atas para rasul, dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Doa ini mencakup hampir semua elemen penting dalam doa penutup, mulai dari pujian, shalawat, istighfar, permohonan kebaikan dunia akhirat, hingga permohonan penerimaan amalan.
4. Doa Penutup Singkat untuk Pribadi
Apabila Anda hanya membaca Al-Fatihah sebagai doa pribadi atau memohon sesuatu secara singkat, Anda bisa menggunakan doa penutup yang lebih ringkas namun tetap bermakna.
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ.
Rabbana taqabbal minni innaka antas sami'ul 'alim.
Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Adab-adab dalam Berdoa agar Doa Lebih Mustajab
Selain lafal doa yang benar, adab atau etika dalam berdoa juga sangat penting untuk diperhatikan. Dengan memenuhi adab-adab ini, diharapkan doa kita akan lebih diperhatikan dan dikabulkan oleh Allah SWT.
1. Ikhlas dan Yakin
Berdoa harus dengan hati yang ikhlas, semata-mata karena Allah, dan yakin bahwa Allah pasti akan mengabulkan doa kita. Rasulullah SAW bersabda:
"Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kamu yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwasanya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai lagi tidak serius." (HR. Tirmidzi)
2. Memulai dengan Pujian dan Shalawat
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, memulai doa dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah kunci diterimanya doa. Umar bin Khattab pernah berkata:
"Doa itu tergantung antara langit dan bumi, tidak naik sedikit pun darinya, hingga engkau bershalawat kepada Nabimu." (HR. Tirmidzi)
3. Mengangkat Kedua Tangan
Mengangkat kedua tangan saat berdoa adalah salah satu sunnah Nabi Muhammad SAW dan merupakan isyarat kerendahan hati serta permohonan kepada Allah.
"Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pemalu lagi Maha Pemurah. Dia malu kepada hamba-Nya apabila hamba-Nya mengangkat kedua tangannya kepada-Nya, lalu Dia mengembalikannya dalam keadaan kosong (tidak dikabulkan)." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
4. Menghadap Kiblat
Meskipun tidak wajib, menghadap kiblat saat berdoa adalah adab yang baik, mengikuti contoh Rasulullah SAW.
5. Khusyuk dan Rendah Hati
Berdoa dengan hati yang khusyuk, penuh rasa takut (khauf) dan harap (raja'), serta dengan suara yang lembut, tidak teriak-teriak.
"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-A'raf: 55)
6. Mengulang-ulang Doa dan Bersabar
Jangan tergesa-gesa dalam berharap doa segera dikabulkan. Teruslah berdoa dan bersabar, karena Allah tahu waktu terbaik untuk mengabulkan doa hamba-Nya.
"Doa salah seorang di antara kalian akan dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa dengan mengatakan: 'Aku telah berdoa, tapi doaku belum juga dikabulkan'." (HR. Bukhari dan Muslim)
7. Memperhatikan Waktu dan Tempat Mustajab
Ada waktu-waktu dan tempat-tempat tertentu di mana doa lebih dianjurkan dan lebih besar kemungkinannya untuk dikabulkan, seperti:
- Sepertiga malam terakhir.
- Antara azan dan iqamah.
- Saat hujan turun.
- Pada hari Jumat (ada waktu khusus di dalamnya).
- Saat berpuasa atau ketika berbuka puasa.
- Saat sujud dalam shalat.
- Di Arafah (bagi yang haji).
- Di sisi Ka'bah.
8. Menutup Doa dengan Shalawat dan Hamdalah
Sebagaimana pembuka, penutup doa dengan pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi SAW adalah penyempurna doa.
9. Dalam Keadaan Suci
Meskipun tidak wajib, berdoa dalam keadaan suci (berwudhu) adalah lebih baik dan menunjukkan penghormatan kepada Allah.
10. Memakan Makanan yang Halal
Mengkonsumsi rezeki yang halal adalah syarat penting agar doa diterima. Rasulullah SAW pernah menceritakan tentang seorang laki-laki yang berpergian jauh, rambutnya kusut dan badannya berdebu, lalu ia mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berkata, "Ya Rabbi, Ya Rabbi!" padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia diberi makan dari yang haram, maka bagaimana doanya akan dikabulkan? (HR. Muslim)
Hikmah dan Keutamaan Doa Penutup
Doa penutup, terutama setelah suatu rangkaian amalan seperti membaca Al-Fatihah dalam sesi khusus, bukan hanya sekadar formalitas. Ada hikmah dan keutamaan yang mendalam di baliknya:
1. Bentuk Ketundukan dan Ketergantungan
Dengan berdoa penutup, seorang hamba menegaskan kembali ketundukan totalnya kepada Allah. Ia menyadari bahwa segala amal baik yang ia lakukan hanyalah dengan pertolongan Allah, dan penerimaannya pun bergantung sepenuhnya pada kehendak-Nya. Ini menumbuhkan rasa tawadhu' (rendah hati) dan menghindari sifat ujub (kagum diri).
2. Pengakuan atas Kekurangan Diri
Tidak ada manusia yang sempurna dalam beribadah. Selalu ada kelalaian, kekhilafan, atau kekurangan. Doa penutup menjadi momen untuk mengakui kekurangan tersebut dan memohon ampunan dari Allah SWT. Ini adalah bentuk muhasabah (introspeksi) dan upaya untuk memperbaiki diri di masa mendatang.
3. Memperkuat Hubungan dengan Allah
Setiap kali seorang Muslim berdoa, hubungannya dengan Allah diperkuat. Doa adalah jembatan komunikasi langsung antara hamba dan Rabb-nya. Doa penutup mengakhiri sesi ibadah dengan 'percakapan' yang manis, mempererat ikatan spiritual.
4. Memperoleh Keberkahan yang Lebih Luas
Dengan memohon penerimaan amalan dan memohon kebaikan dunia akhirat, seorang Muslim berharap keberkahan dari amalan tersebut tidak hanya terbatas pada pahala di akhirat, tetapi juga meluas dalam kehidupan dunianya, seperti kelancaran rezeki, kesehatan, keluarga yang harmonis, dan petunjuk dalam setiap langkah.
5. Penjaga dari Riya' dan Sum'ah
Doa penutup yang tulus, khususnya yang memohon keikhlasan dan penerimaan, dapat menjadi penjaga dari sifat riya' (beramal ingin dilihat orang) dan sum'ah (beramal ingin didengar orang). Ketika kita berdoa agar amal kita diterima oleh Allah semata, fokus kita kembali kepada Sang Pencipta, bukan pada pandangan manusia.
6. Penawar Hati yang Gelisah
Bagi sebagian orang, kekhawatiran apakah amalannya diterima atau tidak dapat menimbulkan kegelisahan. Dengan doa penutup, kita menyerahkan sepenuhnya urusan penerimaan amal kepada Allah, dengan harapan dan tawakkal. Ini memberikan ketenangan hati dan menumbuhkan optimisme.
7. Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW
Secara umum, Rasulullah SAW selalu mengajarkan umatnya untuk mengakhiri segala sesuatu dengan kebaikan, termasuk mengakhiri majelis dengan kaffaratul majlis dan mengakhiri doa dengan pujian dan shalawat. Mengikuti sunnah beliau adalah bentuk ketaatan yang mendatangkan pahala.
Kesimpulan
Al-Fatihah adalah surat yang agung, pembuka segala kebaikan dan keberkahan. Ketika Al-Fatihah dibaca dalam berbagai konteks ibadah di luar shalat, seperti majelis, dzikir, atau doa pribadi, doa penutup menjadi pelengkap dan penyempurna yang sangat dianjurkan. Doa penutup berfungsi untuk memohon penerimaan amalan, ampunan atas segala kekurangan, serta keberkahan di dunia dan akhirat.
Penting untuk diingat bahwa tidak ada satu pun doa penutup yang secara spesifik disebut sebagai "doa penutup langsung setelah Al-Fatihah" dalam Sunnah Nabi SAW di luar shalat. Namun, konsep doa penutup yang mencakup pujian kepada Allah, shalawat kepada Nabi, istighfar, permohonan kebaikan, dan penutupan yang baik, adalah adab umum dalam berdoa yang diajarkan dalam Islam. Berbagai contoh doa seperti Kaffaratul Majlis, doa setelah membaca Al-Quran, atau doa penutup umum yang panjang, dapat diadaptasi sesuai konteks setelah sesi yang diawali dengan pembacaan Al-Fatihah.
Yang terpenting adalah keikhlasan hati, keyakinan akan pengabulan doa, serta memahami makna dan adab-adab berdoa. Semoga Allah SWT senantiasa menerima setiap amalan kita dan mengabulkan setiap doa yang kita panjatkan, menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang selalu bertaubat dan bersyukur.