Doa Sebelum Surat Al Fatihah: Mendalami Makna, Hukum, dan Keutamaannya
Berdoa adalah inti ibadah, membuka hati dan pikiran kepada Sang Pencipta.
Setiap Muslim yang ingin membaca Al-Qur'an, baik dalam shalat maupun di luar shalat, dianjurkan untuk memulai dengan beberapa bacaan tertentu. Bacaan-bacaan ini, khususnya Ta'awwudz dan Basmalah, bukanlah sekadar formalitas, melainkan memiliki makna spiritual yang mendalam dan hukum syariat yang jelas. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang "doa sebelum Surat Al Fatihah," menjelajahi hikmah di balik setiap kalimat, keutamaannya, serta pandangan ulama terkait.
Surat Al Fatihah dikenal sebagai "Ummul Kitab" atau "Induk Al-Qur'an" karena perannya yang sentral dalam ibadah dan pemahaman Islam. Oleh karena itu, persiapan spiritual sebelum membacanya menjadi sangat penting. Persiapan ini bukan hanya tentang melafalkan kata-kata, tetapi juga tentang membersihkan niat, memohon perlindungan, dan memohon keberkahan dari Allah SWT.
Mari kita selami lebih dalam doa-doa pengantar yang mulia ini.
1. Pengantar: Pentingnya Memulai dengan Benar
Dalam Islam, niat dan permulaan yang baik adalah kunci keberkahan suatu amalan. Sebelum seseorang menyelami lautan makna Al-Qur'an, khususnya surat Al Fatihah yang merupakan pembuka dan intisari seluruh kitab, ia dianjurkan untuk mempersiapkan diri secara spiritual. Persiapan ini mencakup dua elemen utama: memohon perlindungan dari godaan setan dan memohon keberkahan dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Hal ini bukan hanya tentang shalat. Setiap aktivitas yang bernilai baik dalam kehidupan seorang Muslim seharusnya diawali dengan kesadaran akan kehadiran Allah dan kebutuhan akan bimbingan-Nya. Membaca Al-Qur'an, yang merupakan kalamullah, adalah salah satu aktivitas paling mulia yang membutuhkan konsentrasi, kekhusyukan, dan kebersihan hati dari segala gangguan.
Doa sebelum Al Fatihah, yang secara spesifik merujuk pada Ta'awwudz dan Basmalah, berfungsi sebagai gerbang spiritual. Gerbang ini membantu seorang hamba memutuskan koneksi dengan segala godaan duniawi dan setan, sekaligus membangun jembatan langsung menuju Sang Pencipta, memohon rahmat dan petunjuk-Nya. Tanpa persiapan ini, hati mungkin masih diselimuti oleh keramaian pikiran atau bisikan-bisikan jahat yang dapat mengurangi kekhusyukan dalam berinteraksi dengan firman Allah.
Al-Qur'an adalah petunjuk bagi umat manusia, sumber hikmah dan keberkahan.
2. Ta'awwudz: Memohon Perlindungan dari Godaan Setan
2.1. Lafal, Transliterasi, dan Arti
Bacaan Ta'awwudz yang dimaksud adalah:
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
"A'udzu billahi minash-shaytanir-rajim.""Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk (terlempar dari rahmat Allah)."
2.2. Hukum dan Keutamaan Ta'awwudz
Membaca Ta'awwudz sebelum membaca Al-Qur'an adalah anjuran yang kuat dalam Islam. Dalilnya terdapat dalam Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 98:
"Maka apabila engkau hendak membaca Al-Qur'an, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk." (QS. An-Nahl: 98)
Mayoritas ulama berpendapat bahwa perintah "fastai'dz" (mohonlah perlindungan) dalam ayat ini menunjukkan kesunnahan (mustahabb) atau anjuran yang sangat kuat. Beberapa ulama bahkan menganggapnya wajib karena perintah eksplisit tersebut. Namun, pandangan yang paling dominan adalah sunnah muakkadah (sunnah yang ditekankan).
Keutamaan Ta'awwudz:
Perlindungan dari Setan: Ini adalah fungsi utamanya. Setan selalu berusaha mengganggu manusia, terutama saat beribadah atau berinteraksi dengan firman Allah. Ta'awwudz adalah tameng spiritual.
Menjaga Kekhusyukan: Dengan memohon perlindungan, seorang Muslim membersihkan hati dan pikirannya dari bisikan-bisikan setan yang dapat mengganggu konsentrasi saat membaca Al-Qur'an.
Mengakui Kelemahan Diri: Membaca Ta'awwudz adalah bentuk pengakuan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dan membutuhkan pertolongan serta perlindungan dari kekuatan yang lebih tinggi, yaitu Allah SWT.
Tanda Ketaatan: Mengikuti perintah Allah SWT dalam surat An-Nahl adalah bentuk ketaatan yang mendatangkan pahala.
2.3. Tafsir Mendalam Ta'awwudz
2.3.1. "A'udzu" (أَعُوذُ): Konsep Perlindungan
Kata "A'udzu" berasal dari kata kerja "a'adza" yang berarti berlindung, meminta perlindungan, atau berpegangan erat. Ini bukan sekadar permintaan verbal, melainkan sebuah tindakan hati dan niat. Ketika seorang Muslim mengucapkan "A'udzu," ia sebenarnya sedang:
Menarik Diri dari Kejahatan: Ia secara sadar memutuskan untuk menjauhkan diri dari pengaruh negatif.
Bersandar Penuh pada Allah: Ia menempatkan seluruh kepercayaannya pada Allah sebagai satu-satunya pelindung sejati. Ini adalah penyerahan diri total.
Mencari Tempat Aman: Seperti anak kecil yang mencari perlindungan di pangkuan ibunya, atau seseorang yang lari ke benteng yang kokoh, seorang Muslim mencari keamanan spiritual di sisi Allah.
Konsep perlindungan ini juga menekankan bahwa manusia memiliki kelemahan inherent di hadapan kekuatan-kekuatan jahat yang tak terlihat. Tanpa perlindungan Ilahi, kita rentan terhadap godaan dan tipu daya setan.
2.3.2. "Billahi" (بِاللَّهِ): Kepada Siapa Perlindungan Diminta
Kata "Billahi" yang berarti "kepada Allah" menegaskan bahwa perlindungan yang dicari adalah dari Zat Yang Maha Kuasa, bukan dari selain-Nya. Allah adalah satu-satunya entitas yang memiliki kekuatan mutlak untuk melindungi hamba-Nya dari segala keburukan. Dalam konteks ini, ini adalah penegasan tauhid (keesaan Allah) dalam mencari perlindungan. Hanya Allah yang pantas untuk dimintai perlindungan, karena Dialah Yang Maha Melindungi, Maha Perkasa, dan Maha Mengetahui.
Menyebut "Allah" secara spesifik juga mengingatkan hamba akan seluruh sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan-Nya yang membuat-Nya layak menjadi tempat bergantung.
2.3.3. "Minash-Shaytanir-Rajim" (مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ): Mengenal Setan dan Maknanya
Bagian ini menjelaskan dari siapa perlindungan itu diminta.
"Asy-Syaithan" (الشَّيْطَانِ): Kata "setan" secara etimologis berasal dari kata "syathana" yang berarti menjauh atau menyimpang dari kebenaran. Setan adalah setiap entitas yang suka membangkang, durhaka, sombong, dan menjauh dari kebaikan. Dalam konteks ini, ia merujuk pada Iblis dan bala tentaranya dari kalangan jin dan manusia yang mengajak kepada keburukan. Setan adalah musuh abadi manusia, yang tugasnya adalah menyesatkan dan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah.
"Ar-Rajim" (الرَّجِيمِ): Kata "rajim" berarti yang terkutuk, terlaknat, atau yang dilempari.
Terkutuk/Terlaknat: Setan disebut "rajim" karena ia telah terusir dari rahmat Allah dan dilaknat karena pembangkangannya.
Dilempari: Ada tafsir yang mengaitkan "rajim" dengan pelemparan batu api kepada setan-setan yang mencoba mencuri dengar berita dari langit. Ini melambangkan keterusiran dan ketidakberdayaan setan di hadapan kekuatan Allah.
Dengan demikian, "minash-shaytanir-rajim" berarti "dari setan yang telah terusir dari rahmat Allah dan terkutuk." Ini adalah pernyataan bahwa kita mencari perlindungan dari musuh yang paling berbahaya, yang telah nyata kekejiannya dan telah dijauhkan dari kebaikan ilahi. Hal ini juga membantu seorang Muslim untuk mengidentifikasi musuhnya dengan jelas dan memperkuat tekadnya untuk menolak godaan.
2.4. Kapan Ta'awwudz Dibaca?
Ta'awwudz dibaca sebelum memulai membaca Al-Qur'an. Ini berlaku baik saat membaca Al-Qur'an dalam shalat maupun di luar shalat. Dalam shalat, ia dibaca setelah takbiratul ihram dan doa iftitah, sebelum memulai Al-Fatihah. Jika seseorang berhenti membaca dan kemudian melanjutkan lagi setelah jeda yang cukup lama (misalnya berbicara atau melakukan hal lain), disunnahkan untuk membaca Ta'awwudz lagi.
Penting: Ta'awwudz dibaca secara sirr (pelan) dalam shalat, bahkan saat membaca Al-Fatihah dan surah selanjutnya dibaca jahr (keras). Ini adalah adab dan sunnah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
3. Basmalah: Memohon Keberkahan dengan Nama Allah
3.1. Lafal, Transliterasi, dan Arti
Bacaan Basmalah adalah:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
"Bismillahir-rahmanir-rahim.""Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang."
3.2. Hukum dan Keutamaan Basmalah
Basmalah memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Ia adalah pembuka hampir setiap surat dalam Al-Qur'an (kecuali Surat At-Taubah). Mengenai hukum membacanya sebelum Al-Fatihah, ada perbedaan pendapat di antara ulama:
Dalam Shalat:
Mayoritas Ulama (terutama Syafi'i): Menganggap Basmalah sebagai bagian dari Surat Al-Fatihah, dan oleh karena itu wajib dibaca secara jahr (keras) dalam shalat jahr (maghrib, isya, subuh) dan sirr (pelan) dalam shalat sirr (dzuhur, ashar). Jika tidak dibaca, shalat bisa tidak sah atau makruh tahrim (mendekati haram), tergantung detail pandangan madzhab.
Hanafi dan Hanbali: Tidak menganggap Basmalah sebagai ayat dari Al-Fatihah, melainkan sebagai ayat terpisah untuk memulai setiap surat. Mereka berpendapat bahwa membaca Basmalah dalam shalat hukumnya sunnah, dan dibaca secara sirr. Tidak membaca Basmalah tidak membatalkan shalat.
Maliki: Basmalah tidak termasuk ayat Al-Fatihah dan makruh hukumnya membaca Basmalah dalam shalat fardhu. Namun, boleh membacanya di shalat sunnah.
Meskipun ada perbedaan, mayoritas ulama menganjurkan membaca Basmalah sebelum Al-Fatihah dalam shalat, minimal secara sirr.
Di Luar Shalat (Saat Membaca Al-Qur'an): Hukumnya sunnah muakkadah (sunnah yang sangat ditekankan) untuk memulai setiap surat (kecuali At-Taubah) dengan Basmalah.
Dalam Kehidupan Sehari-hari: Sangat dianjurkan untuk memulai setiap perbuatan baik dengan Basmalah (makan, minum, bekerja, bepergian, dll.) untuk memohon keberkahan.
Keutamaan Basmalah:
Pembuka Keberkahan: Memulai sesuatu dengan nama Allah adalah kunci keberkahan. Rasulullah SAW bersabda, "Setiap urusan penting yang tidak dimulai dengan 'Bismillahir-rahmanir-rahim' maka terputus (keberkahannya)." (Hadis riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah).
Mengingat Allah: Mengucapkan Basmalah adalah bentuk zikir dan mengingat Allah, menanamkan kesadaran akan kehadiran-Nya dalam setiap tindakan.
Menarik Rahmat Allah: Dengan menyebut "Ar-Rahman" dan "Ar-Rahim," seorang hamba secara langsung memohon rahmat dan kasih sayang Allah.
Pemisah Antara Surat: Dalam mushaf, Basmalah berfungsi sebagai pemisah antara satu surat dengan surat berikutnya (kecuali antara Al-Anfal dan At-Taubah).
Melindungi dari Setan: Meskipun Ta'awwudz secara spesifik untuk perlindungan, Basmalah juga memiliki efek mengusir setan karena menyebut nama Allah. Setan lari dari tempat yang disebut nama Allah.
3.3. Tafsir Mendalam Basmalah
3.3.1. "Bismillah" (بِسْمِ اللَّهِ): Makna Memulai dengan Nama Allah
Bagian "Bismillah" berarti "Dengan nama Allah." Ini menunjukkan bahwa setiap tindakan yang dimulai dengan kalimat ini dilakukan atas nama Allah, dengan izin dan pertolongan-Nya. Ini adalah deklarasi niat seorang hamba untuk menjadikan semua perbuatannya sebagai ibadah dan untuk mencari ridha Allah.
Ketergantungan Total: Mengucapkan "Bismillah" berarti seseorang mengakui bahwa ia tidak dapat melakukan apapun tanpa kekuatan dan izin Allah. Ini menumbuhkan rasa tawakal (bergantung sepenuhnya kepada Allah).
Penyucian Niat: Dengan menyebut nama Allah, seorang Muslim mengingatkan dirinya bahwa tujuan akhir dari tindakannya adalah untuk Allah semata, membersihkan niat dari riya' (pamer) atau mencari pujian manusia.
Permintaan Bantuan: Ini adalah permintaan implisit kepada Allah untuk membantu dan memberkahi perbuatan yang akan dilakukan.
Pembatas dari Dosa: Ketika seseorang membiasakan diri untuk mengucapkan "Bismillah" sebelum memulai sesuatu, ia cenderung lebih berhati-hati agar perbuatannya tidak bertentangan dengan syariat Allah, karena ia telah mengaitkan perbuatannya dengan nama Allah Yang Maha Suci.
3.3.2. "Ar-Rahman" (الرَّحْمَنِ): Allah Yang Maha Pengasih
"Ar-Rahman" adalah salah satu nama dan sifat Allah yang agung, menunjukkan kasih sayang-Nya yang luas dan menyeluruh kepada seluruh makhluk-Nya di dunia ini, tanpa memandang iman atau ketaatan mereka. Rahmat Ar-Rahman bersifat umum, mencakup Muslim dan non-Muslim, yang taat maupun yang durhaka. Ini adalah rahmat yang bersifat universal dan segera dirasakan dalam bentuk nikmat kehidupan, kesehatan, rezeki, dan segala fasilitas yang ada di dunia.
Kasih Sayang Universal: Allah memberi makan, memberi minum, memberi udara, dan segala kebutuhan dasar kepada semua makhluk-Nya.
Sumber Segala Kebaikan Duniawi: Semua kebaikan yang kita alami di dunia ini adalah manifestasi dari sifat Ar-Rahman Allah.
Harapan bagi Pendosa: Sifat ini juga memberikan harapan bagi mereka yang berdosa untuk bertaubat, karena Allah Maha Pengasih dan selalu membuka pintu ampunan.
3.3.3. "Ar-Rahim" (الرَّحِيمِ): Allah Yang Maha Penyayang
"Ar-Rahim" juga merupakan nama dan sifat Allah yang agung, menunjukkan kasih sayang-Nya yang spesifik dan kekal kepada hamba-hamba-Nya yang beriman di akhirat. Rahmat Ar-Rahim bersifat khusus, diperuntukkan bagi orang-orang yang taat dan beriman. Ini adalah rahmat yang hasilnya akan sepenuhnya dinikmati di akhirat, seperti surga, ampunan dosa, dan ridha Allah.
Kasih Sayang Khusus: Ini adalah kasih sayang yang memotivasi hamba untuk beribadah dan menjauhi maksiat, karena ia tahu bahwa dengan itu ia akan mendapatkan rahmat khusus dari Allah.
Rezeki Akhirat: Janji-janji surga dan balasan baik di akhirat adalah manifestasi dari sifat Ar-Rahim.
Pendorong Ketaatan: Kesadaran akan rahmat Ar-Rahim mendorong seorang Muslim untuk berusaha mendapatkan rahmat tersebut dengan melakukan amal saleh.
Penggunaan kedua nama ini secara bersamaan dalam Basmalah menunjukkan bahwa Allah mencurahkan kasih sayang-Nya secara menyeluruh (Ar-Rahman) di dunia, dan secara khusus (Ar-Rahim) bagi hamba-Nya yang beriman di akhirat. Ini adalah pengingat bahwa semua yang kita miliki dan semua yang kita harapkan berasal dari rahmat Allah.
Masjid adalah rumah ibadah, tempat hati dan pikiran tenang dalam mendekatkan diri kepada Allah.
4. Hubungan Ta'awwudz dan Basmalah dengan Al-Fatihah
Setelah memahami Ta'awwudz dan Basmalah secara terpisah, sangat penting untuk melihat bagaimana keduanya berinteraksi dan mempersiapkan jiwa untuk membaca Surat Al Fatihah. Al-Fatihah adalah inti shalat dan ringkasan ajaran Islam. Ia dimulai dengan pujian kepada Allah, diikuti dengan pengakuan keesaan-Nya, permohonan pertolongan, dan diakhiri dengan doa agar ditunjuki jalan yang lurus.
4.1. Al-Fatihah sebagai Ummul Kitab
Al-Fatihah disebut "Ummul Kitab" (Induk Kitab) atau "Ummul Qur'an" (Induk Al-Qur'an) karena ia mengandung ringkasan seluruh makna Al-Qur'an. Setiap ayat dalam Al-Qur'an dapat ditemukan intisarinya dalam Al-Fatihah. Ia juga merupakan rukun shalat yang tidak sah shalat seseorang tanpanya. Oleh karena itu, membacanya harus dilakukan dengan kekhusyukan dan pemahaman yang maksimal.
4.2. Bagaimana Keduanya Mempersiapkan Jiwa
Ta'awwudz dan Basmalah bertindak sebagai gerbang spiritual yang membersihkan dan mempersiapkan hati untuk menerima firman Allah:
Ta'awwudz – Pembersihan Diri: Dengan Ta'awwudz, seorang Muslim secara aktif membersihkan dirinya dari gangguan eksternal dan internal yang disebabkan oleh setan. Ini seperti membersihkan kotoran atau debu dari sebuah wadah sebelum menuangkan cairan suci ke dalamnya. Hati yang bersih dari bisikan jahat lebih siap untuk memahami dan meresapi makna Al-Qur'an. Ini adalah tindakan proaktif untuk mengusir segala bentuk syak wasangka, keraguan, atau pikiran duniawi yang bisa merusak kekhusyukan.
Basmalah – Pengisian dengan Keberkahan dan Kehadiran Ilahi: Setelah membersihkan diri dari hal-hal negatif, Basmalah berfungsi untuk "mengisi" hati dengan kehadiran dan keberkahan Allah. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, seorang Muslim membuka dirinya untuk menerima rahmat, bimbingan, dan keberkahan yang terkandung dalam Al-Qur'an. Ini adalah afirmasi positif bahwa ia memulai dengan kekuatan tertinggi dan memohon bantuan dari sumber segala kebaikan.
Kesinambungan Makna: Urutan Ta'awwudz dan Basmalah juga memiliki kesinambungan makna yang logis dan spiritual. Pertama, kita menyingkirkan hambatan (setan), lalu kita menarik keberkahan dan dukungan ilahi (dengan nama Allah). Ini adalah fondasi yang kokoh untuk kemudian memuji Allah dan memohon petunjuk langsung dalam Al-Fatihah.
Fokus dan Kekhusyukan: Gabungan keduanya membantu seorang hamba mencapai tingkat fokus dan kekhusyukan yang optimal. Hati yang telah dilindungi dari godaan dan diisi dengan kesadaran akan keagungan Allah akan lebih mudah untuk meresapi setiap ayat Al-Fatihah, dari pujian "Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin" hingga permohonan "Ihdinash Shiratal Mustaqim."
5. Pandangan Ulama dan Madzhab Fiqih Mengenai Basmalah dalam Shalat
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, ada perbedaan pendapat yang cukup signifikan di antara madzhab-madzhab fiqih mengenai status Basmalah (bismillahir-rahmanir-rahim) dalam shalat, khususnya apakah ia merupakan bagian dari surat Al-Fatihah atau bukan, dan bagaimana cara membacanya (jahr/keras atau sirr/pelan).
5.1. Madzhab Syafi'i
Status Basmalah: Madzhab Syafi'i secara tegas menyatakan bahwa Basmalah adalah ayat pertama dari Surat Al-Fatihah dan juga merupakan bagian dari setiap surat lainnya (kecuali At-Taubah).
Hukum Membaca: Berdasarkan pandangan ini, membaca Basmalah dalam shalat hukumnya wajib, karena ia merupakan bagian integral dari Al-Fatihah yang merupakan rukun shalat. Jika seseorang tidak membacanya, maka shalatnya tidak sah.
Cara Membaca (Jahr/Sirr): Disunnahkan membacanya secara jahr (keras) dalam shalat-shalat yang bacaannya jahr (Maghrib, Isya, Subuh, Jum'at, Tarawih), dan secara sirr (pelan) dalam shalat-shalat yang bacaannya sirr (Dzuhur, Ashar).
Dalil: Mereka berpegangan pada hadis-hadis yang menunjukkan Nabi SAW membaca Basmalah secara jahr, serta mushaf Utsmani yang mencantumkan Basmalah sebagai ayat pertama Al-Fatihah.
5.2. Madzhab Hanafi
Status Basmalah: Madzhab Hanafi tidak menganggap Basmalah sebagai bagian dari Al-Fatihah atau bagian dari surat-surat Al-Qur'an lainnya. Bagi mereka, Basmalah adalah ayat terpisah yang diturunkan untuk memulai setiap surat sebagai pemisah dan keberkahan.
Hukum Membaca: Membaca Basmalah dalam shalat hukumnya sunnah (dianjurkan) tetapi tidak wajib. Jika seseorang tidak membacanya, shalatnya tetap sah.
Cara Membaca (Jahr/Sirr): Disunnahkan membacanya secara sirr (pelan) dalam semua shalat, baik shalat jahr maupun shalat sirr. Mereka berpendapat bahwa mengeraskan Basmalah adalah makruh.
Dalil: Mereka berpegangan pada hadis-hadis yang menunjukkan Nabi SAW sering membaca Basmalah secara sirr, atau bahwa shalat Nabi SAW tidak dimulai dengan mengeraskan Basmalah.
5.3. Madzhab Maliki
Status Basmalah: Seperti Hanafi, Madzhab Maliki juga tidak menganggap Basmalah sebagai bagian dari Al-Fatihah atau surat lainnya.
Hukum Membaca: Madzhab Maliki memiliki pandangan yang cukup khas. Mereka menganggap makruh membaca Basmalah dalam shalat fardhu (wajib), baik secara jahr maupun sirr, saat membaca Al-Fatihah maupun surat setelahnya. Namun, dibolehkan membacanya dalam shalat sunnah.
Dalil: Mereka berdalil dengan praktik penduduk Madinah (amal ahlil Madinah) yang tidak mengeraskan Basmalah dalam shalat, dan mereka menganggapnya sebagai praktek yang paling dekat dengan sunnah Nabi SAW.
5.4. Madzhab Hanbali
Status Basmalah: Madzhab Hanbali berpendapat bahwa Basmalah adalah sebuah ayat dari Al-Qur'an, tetapi bukan bagian dari Al-Fatihah atau surat-surat lainnya, kecuali sebagai ayat pembuka yang berdiri sendiri di awal setiap surat.
Hukum Membaca: Membaca Basmalah sebelum Al-Fatihah hukumnya sunnah, bukan wajib. Jika seseorang tidak membacanya, shalatnya tetap sah.
Cara Membaca (Jahr/Sirr): Mereka menganjurkan untuk membacanya secara sirr (pelan) dalam semua shalat.
Dalil: Mirip dengan Hanafi, mereka juga berpegangan pada hadis-hadis yang menunjukkan Nabi SAW membaca Basmalah secara sirr atau tidak mengeraskannya.
5.5. Pentingnya Toleransi dalam Perbedaan Pendapat
Perbedaan pandangan ulama mengenai Basmalah dalam shalat ini adalah contoh klasik dari kekayaan fiqih Islam dan keluasan interpretasi terhadap dalil-dalil syariat. Ini bukanlah hal yang perlu dipertentangkan secara ekstrim. Seorang Muslim hendaknya memahami bahwa:
Semua Berpegang pada Dalil: Setiap madzhab memiliki dalil dan hujjahnya masing-masing yang kuat.
Kemudahan dalam Beragama: Adanya perbedaan ini justru menunjukkan kemudahan dalam beragama dan kelonggaran syariat.
Mengikuti yang Kuat/Yakin: Seseorang bisa mengikuti pandangan madzhab yang diyakininya lebih kuat dalilnya, atau mengikuti ulama setempat yang terpercaya.
Menghormati Perbedaan: Sangat penting untuk menghormati pilihan orang lain yang mengikuti madzhab atau pandangan ulama yang berbeda. Tidak sepantasnya saling menyalahkan atau mengklaim satu-satunya kebenaran dalam masalah khilafiyah (perbedaan pendapat) seperti ini.
Intinya, membaca Basmalah sebelum Al-Fatihah adalah amalan yang sangat dianjurkan dan membawa keberkahan, terlepas dari perbedaan pendapat mengenai status wajib atau sunnahnya dalam shalat.
6. Keutamaan Umum Memulai dengan Nama Allah dan Berlindung dari Setan dalam Kehidupan Sehari-hari
Konsep Ta'awwudz dan Basmalah tidak hanya terbatas pada konteks membaca Al-Qur'an atau shalat. Prinsip dasar di baliknya—memohon perlindungan dari keburukan dan memulai segala sesuatu dengan nama Allah untuk mencari keberkahan—adalah pedoman yang seharusnya diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan seorang Muslim.
6.1. Perlindungan dari Keburukan dan Godaan Setan
Setan tidak hanya mengganggu saat beribadah, tetapi ia senantiasa berusaha menyesatkan manusia dalam setiap langkah kehidupannya. Dengan membiasakan diri mengucapkan Ta'awwudz, seorang Muslim membangun benteng spiritual terhadap godaan-godaan ini:
Saat Marah: Salah satu momen paling rentan bagi manusia adalah saat marah. Rasulullah SAW mengajarkan, jika seseorang marah, hendaknya ia membaca Ta'awwudz. Kemarahan adalah salah satu pintu besar bagi setan untuk merusak hubungan dan menyebabkan penyesalan.
Saat Mengalami Pikiran Buruk atau Was-was: Setan seringkali membisikkan keraguan, ketakutan, atau pikiran-pikiran negatif. Membaca Ta'awwudz dapat membantu mengusir bisikan-bisikan tersebut dan menenangkan hati.
Saat Melihat Hal yang Tidak Menyenangkan: Memohon perlindungan dapat membantu menjaga hati dari pengaruh buruk atau fitnah yang mungkin timbul.
Sebelum Memulai Pembelajaran: Memohon perlindungan dari setan juga relevan saat memulai belajar atau mencari ilmu, agar tidak terdistraksi oleh keraguan atau kebingungan.
6.2. Pembuka Keberkahan dalam Setiap Aktivitas
Mengucapkan Basmalah (Bismillahir-rahmanir-rahim) sebelum memulai aktivitas adalah kebiasaan mulia yang mendatangkan keberkahan dan menanamkan kesadaran ilahi:
Makan dan Minum: Rasulullah SAW bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia menyebut nama Allah Ta'ala (membaca Bismillah). Jika ia lupa menyebut nama Allah Ta'ala di awal, hendaklah ia mengucapkan, 'Bismillahi awwalahu wa akhirahu' (Dengan nama Allah di awal dan akhirnya)." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Memulai makan dengan Basmalah menjadikan makanan itu berkah dan menghindarkan setan dari ikut serta dalam santapan.
Memulai Pekerjaan atau Belajar: Setiap pekerjaan, tugas sekolah, atau proyek yang dimulai dengan Basmalah insya Allah akan diberkahi, dipermudah, dan hasilnya lebih baik karena telah disandarkan kepada Allah.
Memasuki dan Keluar Rumah: Mengucapkan Basmalah saat masuk rumah dapat mengusir setan dan membawa ketenangan bagi penghuninya.
Berpakaian dan Melepas Pakaian: Ini adalah sunnah kecil yang mengingatkan kita akan kehadiran Allah bahkan dalam tindakan sehari-hari yang sederhana.
Sebelum Tidur: Membaca Basmalah sebelum tidur membantu melindungi dari gangguan setan dan membuat tidur lebih tenang.
Melakukan Hubungan Suami Istri: Doa sebelum berhubungan intim juga diawali dengan Basmalah, memohon perlindungan dari setan untuk diri dan keturunan yang akan lahir.
Bepergian: Saat memulai perjalanan, Basmalah diucapkan sebagai permohonan keselamatan dan kelancaran dari Allah.
Menyembelih Hewan: Ini adalah syarat sahnya penyembelihan dalam Islam.
Dengan demikian, Ta'awwudz dan Basmalah tidak hanya sekadar "doa sebelum Al Fatihah," tetapi merupakan bagian integral dari adab dan etika Islam yang membentuk kesadaran spiritual seorang Muslim dalam setiap aspek kehidupannya. Kedua bacaan ini secara kolektif membimbing seorang hamba untuk senantiasa terhubung dengan Allah, mencari perlindungan-Nya, dan memohon keberkahan-Nya dalam setiap tindakan.
7. Dimensi Spiritual dan Hikmah Mendalam
Lebih dari sekadar lafal yang diucapkan, Ta'awwudz dan Basmalah mengandung dimensi spiritual yang sangat kaya, menawarkan hikmah mendalam bagi siapa pun yang merenungkannya. Keduanya adalah jembatan yang menghubungkan hati hamba dengan Sang Pencipta, sebelum hamba itu menyelami firman-Nya yang suci.
7.1. Pembentukan Niat (Niyyah) yang Murni
Niat adalah fondasi dari setiap amalan dalam Islam. Dengan mengucapkan Ta'awwudz dan Basmalah, seorang Muslim secara sadar mengarahkan niatnya semata-mata untuk Allah. Ini bukan hanya tindakan lisan, tetapi juga komitmen hati:
Niat untuk Ibadah: Ketika seseorang membaca Al-Qur'an setelah Ta'awwudz dan Basmalah, ia menegaskan niatnya bahwa membaca itu adalah ibadah yang tulus kepada Allah, bukan untuk pamer, mencari pujian, atau tujuan duniawi lainnya.
Niat untuk Mencari Ridha Allah: Setiap huruf yang dibaca, setiap makna yang direnungkan, diharapkan menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan keridhaan-Nya.
Niat untuk Memahami dan Mengamalkan: Niat yang murni akan mendorong seseorang untuk tidak hanya membaca, tetapi juga untuk merenungkan, memahami, dan berusaha mengamalkan ajaran Al-Qur'an dalam kehidupannya.
7.2. Penanaman Kesadaran Diri dan Ketergantungan pada Allah
Lafal Ta'awwudz dan Basmalah secara inheren menanamkan kesadaran tentang dua realitas fundamental:
Kelemahan Manusia: "A'udzu billah..." adalah pengakuan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, rentan terhadap godaan dan bisikan jahat. Tanpa perlindungan Ilahi, ia tidak memiliki kekuatan untuk menolak kejahatan. Kesadaran ini menumbuhkan kerendahan hati dan menghilangkan kesombongan.
Kekuatan dan Keagungan Allah: "Billahi..." dan "Bismillah..." adalah pengakuan bahwa Allah adalah sumber segala kekuatan, perlindungan, dan keberkahan. Hanya kepada-Nyalah kita bergantung, dan hanya dengan nama-Nyalah segala sesuatu menjadi baik dan berkah. Ini menumbuhkan rasa takut (khauf) akan azab-Nya dan harapan (raja') akan rahmat-Nya.
Kesadaran ini memperkuat hubungan hamba dengan Tuhannya, menjadikannya pribadi yang lebih tawakal, bersyukur, dan sabar.
7.3. Pemurnian Hati dan Pikiran
Proses spiritual ini berfungsi sebagai ritual pemurnian sebelum memasuki ruang suci firman Allah:
Mengusir Gangguan: Ta'awwudz adalah upaya aktif untuk mengusir pikiran-pikiran duniawi, kekhawatiran, dan bisikan setan yang dapat mengganggu konsentrasi. Ini adalah "pembersihan" dari luar.
Menenangkan Jiwa: Basmalah membawa ketenangan dan keberkahan, mengisi ruang yang telah dibersihkan dengan cahaya Ilahi. Ini adalah "pengisian" dari dalam.
Membangun Fokus: Dengan hati dan pikiran yang telah disucikan dan diisi, seorang Muslim lebih mampu untuk fokus sepenuhnya pada makna ayat-ayat Al-Qur'an, sehingga pembacaannya tidak hanya menjadi gerak lisan tetapi juga perjalanan spiritual.
7.4. Membangun Hubungan Intim dengan Al-Qur'an
Melalui Ta'awwudz dan Basmalah, seorang Muslim diajarkan untuk mendekati Al-Qur'an bukan sebagai teks biasa, melainkan sebagai surat cinta dari Sang Pencipta. Pendekatan ini mengubah pembacaan menjadi dialog, perenungan, dan pencarian petunjuk:
Penghormatan terhadap Kalamullah: Memulai dengan cara yang diajarkan menunjukkan penghormatan yang tinggi terhadap keagungan firman Allah.
Mencari Hidayah: Dengan memohon perlindungan dan keberkahan, seorang pembaca secara implisit menyatakan bahwa ia mencari hidayah dan pencerahan dari Al-Qur'an.
Meningkatkan Kualitas Interaksi: Interaksi dengan Al-Qur'an yang diawali dengan Ta'awwudz dan Basmalah akan jauh lebih berkualitas, mendalam, dan transformatif daripada tanpa keduanya.
Bulan sabit dan bintang, simbol keindahan dan petunjuk dalam kegelapan.
Kesimpulan
Membaca Ta'awwudz ("A'udzu billahi minash-shaytanir-rajim") dan Basmalah ("Bismillahir-rahmanir-rahim") sebelum Surat Al-Fatihah, baik dalam shalat maupun di luar shalat, bukanlah sekadar kebiasaan atau tradisi. Ini adalah praktik spiritual yang kaya makna, diperintahkan dalam Al-Qur'an, dan ditekankan dalam Sunnah Nabi Muhammad SAW.
Ta'awwudz adalah gerbang perlindungan yang mengusir bisikan setan, membersihkan hati dan pikiran dari segala gangguan yang dapat merusak kekhusyukan dan konsentrasi. Ia adalah pengakuan atas kelemahan diri di hadapan musuh yang tak terlihat dan sekaligus penyerahan total kepada Allah sebagai satu-satunya Pelindung.
Sementara itu, Basmalah adalah pembuka keberkahan, deklarasi niat yang tulus untuk memulai setiap perbuatan atas nama Allah, dengan memohon rahmat-Nya yang luas (Ar-Rahman) dan kasih sayang-Nya yang khusus bagi orang beriman (Ar-Rahim). Ia menanamkan kesadaran akan kehadiran Ilahi dalam setiap langkah, mengubah aktivitas duniawi menjadi ibadah dan mendatangkan keberkahan yang berlimpah.
Gabungan kedua doa mulia ini menciptakan sebuah lingkungan spiritual yang optimal bagi seorang Muslim untuk berinteraksi dengan Al-Qur'an, khususnya Al-Fatihah yang merupakan intisari kitab suci. Mereka mempersiapkan jiwa untuk menerima hidayah, merenungkan makna, dan mengamalkan ajaran Allah dengan hati yang bersih dan niat yang murni.
Perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai hukum Basmalah dalam shalat adalah bukti kekayaan fiqih Islam dan hendaknya disikapi dengan toleransi dan pemahaman. Yang terpenting adalah semangat untuk senantiasa mengingat Allah, mencari perlindungan-Nya, dan memohon keberkahan-Nya dalam setiap sendi kehidupan.
Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menghidupkan sunnah yang mulia ini, menjadikan Ta'awwudz dan Basmalah bukan hanya sebagai lafal yang diucapkan, melainkan sebagai pintu gerbang menuju kekhusyukan, keberkahan, dan hubungan yang lebih mendalam dengan Allah SWT dalam setiap interaksi kita dengan firman-Nya dan dalam setiap detik kehidupan kita.