Surah Ad-Dhuha (Surah ke-93 dalam Al-Qur'an) merupakan salah satu surat pendek yang turun di Mekkah, dikenal memiliki makna yang mendalam tentang kasih sayang, penghiburan, dan janji pertolongan dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Turunnya surah ini di kala jeda wahyu sangat penting sebagai peneguhan hati. Namun, keutamaannya tidak hanya terbatas pada Nabi, umatnya pun dapat meraih berbagai fadhilah luar biasa dengan senantiasa membaca dan merenungkan maknanya.
1. Penghapus Kesedihan dan Penenang Hati
Fadhilah utama dari Surah Ad-Dhuha adalah kemampuannya untuk menjadi penawar alami bagi kegelisahan dan kesedihan. Ayat-ayat awal, "Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalah) dan demi malam apabila telah sunyi," bersumpah dengan waktu-waktu yang penuh hikmah. Ini mengingatkan pembaca bahwa sebagaimana Allah tidak meninggalkan Nabi-Nya dalam masa sulit (masa jeda wahyu), Dia juga tidak akan meninggalkan kita.
2. Jaminan Rezeki dan Kesejahteraan Dunia Akhirat
Salah satu janji yang sangat menggembirakan terkandung dalam firman Allah, "Dan sungguh, Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga kamu menjadi puas." (QS. Ad-Dhuha: 5). Ayat ini merupakan janji eksplisit mengenai limpahan karunia (rezeki, kebahagiaan, dan kedudukan yang baik) di dunia.
Bagi seorang Muslim, kepuasan (ridha) adalah puncak kebahagiaan. Fadhilah ini mendorong kita untuk tidak berputus asa dalam mencari rezeki yang halal, karena Allah telah menjamin kepuasan tersebut asalkan kita terus berusaha dan bersyukur.
3. Keutamaan Bersedekah dan Berbakti kepada Yatim
Surah Ad-Dhuha secara spesifik menyinggung perlunya berbuat baik kepada orang-orang lemah, terutama anak yatim. Ayat 9 berbunyi, "Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang." Meskipun ayat ini ditujukan kepada Nabi, ini menjadi pedoman universal bagi umat Islam.
Mengamalkan isi kandungan ini, yaitu menyantuni anak yatim dan berbagi rezeki yang telah kita terima, merupakan pembuka pintu rezeki yang lebih besar lagi. Hal ini sesuai dengan kaidah umum dalam Islam bahwa sedekah melipatgandakan harta, bukan menguranginya.
4. Menghindari Perbuatan Tercela dan Memperkuat Keimanan
Surah ini juga mengajarkan tentang pentingnya menahan diri dari hal-hal yang tidak diridhai Allah. Ketika Nabi Muhammad SAW merasa sedih karena jeda wahyu, setan berusaha memfitnah bahwa Allah telah meninggalkan beliau. Surah Ad-Dhuha datang untuk membersihkan tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa akhir kehidupan Nabi akan jauh lebih mulia daripada permulaan.
Dengan memahami bahwa masa sulit hanyalah ujian sementara menuju kemuliaan yang abadi, seorang pembaca akan termotivasi untuk menjaga lisan, perbuatan, dan hati agar selalu berada di jalan ketaatan. Fadhilahnya adalah penguatan iman yang kokoh, yang tidak mudah goyah oleh cobaan duniawi.
5. Menghadirkan Rasa Syukur (Syukur) yang Maksimal
Mengingat kembali bahwa Allah telah mengangkat derajat Nabi dari keadaan yang sulit (sebagai yatim piatu) menjadi manusia paling mulia, secara otomatis menumbuhkan rasa syukur yang mendalam dalam diri pembaca. Syukur adalah kunci keberkahan.
Ketika seseorang rajin membaca Ad-Dhuha, ia selalu diingatkan akan dua kondisi kontras dalam hidup: masa sulit dan masa lapang yang akan datang. Pengingat ini mencegah kesombongan saat senang dan mencegah keputusasaan saat susah, menghasilkan rasa syukur yang seimbang dan konsisten sepanjang waktu.