Lingkungan yang bersih adalah cerminan dari kesehatan dan kesejahteraan suatu tempat. Ia bukan hanya soal estetika, tetapi juga fondasi penting bagi kelangsungan hidup makhluk di dalamnya. Dalam konteks budaya Jawa, seni geguritan hadir sebagai medium yang indah untuk menyampaikan pesan-pesan moral, termasuk pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Kebersihan lingkungan memiliki dampak yang sangat luas. Secara fisik, lingkungan yang bersih meminimalisir penyebaran penyakit yang disebabkan oleh vektor seperti nyamuk, lalat, dan tikus. Air yang jernih bebas polusi memastikan ketersediaan sumber air minum yang aman. Udara yang segar dan bebas dari sampah memberikan kualitas hidup yang lebih baik, mengurangi risiko penyakit pernapasan.
Lebih dari itu, kebersihan lingkungan juga berhubungan erat dengan kesehatan mental. Berada di alam yang asri, bersih, dan terawat dapat memberikan efek menenangkan, mengurangi stres, dan meningkatkan suasana hati. Keindahan alam yang terjaga mampu membangkitkan rasa syukur dan apresiasi terhadap ciptaan Tuhan.
Kerusakan lingkungan, seperti penumpukan sampah plastik, pencemaran sungai, dan polusi udara, bukan hanya merusak keindahan alam, tetapi juga mengancam ekosistem dan keberlangsungan hidup manusia. Hewan-hewan laut yang mati karena memakan sampah plastik, hutan yang gundul akibat penebangan liar, dan udara yang tercemar adalah bukti nyata dari kelalaian kita dalam menjaga amanah ini.
Bumi pertiwi, papan kang suci,
Ayo kulo lan panjenengan jagi.
Resik, endah, dadi bukti,
Tresnane jiwa marang nagari.
Sampah ing kali, tan pareng wonten,
Mrikang polusi, aja diopeni.
Alam kang suci, nggih kagem benjing,
Warisan luhur, tumrap turune.
Gunung lan segara, tansah mami,
Kanthi jagi resik, urip ayem tentrem.
Yen alam asri, jiwa nggih bagya,
Lestari alamku, uripku semerbak.
Geguritan, sebagai bentuk puisi berbahasa Jawa, memiliki kekuatan tersendiri dalam menyampaikan pesan. Bahasa yang indah, pemilihan kata yang tepat, dan irama yang mengalir mampu menyentuh hati para pendengarnya. Tema kebersihan lingkungan dalam geguritan seringkali diangkat untuk mengingatkan masyarakat akan tanggung jawab mereka.
Melalui bait-bait puisi, kita diajak untuk merenungkan kembali bagaimana perilaku kita sehari-hari berdampak pada alam sekitar. Geguritan bisa menjadi suara hati nurani yang mengingatkan agar tidak membuang sampah sembarangan, menghemat penggunaan air, menanam pohon, dan berbagai tindakan positif lainnya. Peringatan ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk membuka kesadaran.
Selain sebagai peringatan, geguritan juga berfungsi sebagai sumber inspirasi. Puisi yang menggambarkan keindahan alam yang bersih dan lestari dapat membangkitkan rasa cinta dan kepedulian. Bayangkan betapa indahnya hidup jika setiap sudut lingkungan kita terjaga kebersihannya. Hal ini mendorong individu untuk tidak hanya menjadi penikmat, tetapi juga menjadi penjaga alam.
Kali bening mili kang sarwa gubet,
Tan wonten sampah kang ngembet-embet.
Nalika samana, alam manjing tentrem,
Ati kula lan panjenengan dados padhang.
Ayo rumeksa, tetep njaga resik,
Saka ngomah nganti ing dalan gedhe.
Praktek cilik, gawene ajeg,
Gawe lingkungan ayem lan rene.
Bumi iki omah, kagem urip kabeh,
Manungsa lan kewan, padha mbutuhake.
Yen resik lan sehat, dadi berkah akeh,
Geguritan iki dadi pangemut awake.
Menjaga kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab kolektif. Dimulai dari diri sendiri, dari rumah kita, lalu meluas ke lingkungan sekitar. Dengan kesadaran dan tindakan nyata, kita dapat mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, dan lestari. Geguritan bertema kebersihan lingkungan menjadi salah satu cara efektif untuk menanamkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, agar alam yang kita cintai dapat terus memberikan kehidupan dan keindahan.