Jenis Batuan Reservoir dalam Eksplorasi Migas

Representasi Batuan Reservoir dengan Porositas Batuan Penutup (Seal) BATUAN RESERVOIR Batuan Dasar

Dalam industri minyak dan gas bumi, batuan reservoir memegang peranan krusial. Batuan ini adalah formasi geologi bawah permukaan yang mampu menampung hidrokarbon (minyak dan gas) dalam jumlah signifikan sekaligus memungkinkannya mengalir menuju sumur bor. Kualitas suatu batuan sebagai reservoir ditentukan oleh dua sifat utama: porositas dan permeabilitas. Porositas mengukur volume ruang kosong dalam batuan, sedangkan permeabilitas mengukur kemampuan ruang kosong tersebut saling terhubung sehingga fluida dapat bergerak.

Secara umum, batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori besar berdasarkan asal pembentukannya: batuan sedimen (klastik dan non-klastik) dan batuan beku/metamorf yang mengalami rekahan atau pelapukan signifikan. Pemahaman mendalam mengenai jenis batuan reservoir sangat penting karena metode eksplorasi, pengeboran, dan metode peningkatan perolehan minyak (EOR) akan sangat bergantung pada karakteristik litologi tersebut.

1. Batuan Reservoir Sedimen Klastik

Batuan sedimen klastik adalah jenis reservoir yang paling umum ditemukan di seluruh dunia. Batuan ini terbentuk dari fragmen (klast) batuan lain yang tererosi, terangkut, dan terdeposisi, kemudian mengalami pemadatan (litifikasi).

2. Batuan Reservoir Sedimen Non-Klastik (Karbonat)

Batuan karbonat tersusun terutama oleh mineral kalsium karbonat ($\text{CaCO}_3$), seperti kalsit dan dolomit. Reservoir karbonat seringkali menghasilkan cadangan hidrokarbon yang sangat besar, namun karakteristiknya lebih kompleks dibandingkan batupasir. Porositas dan permeabilitas pada karbonat umumnya bersifat sekunder, terbentuk akibat proses diagenesis atau pelarutan.

3. Batuan Reservoir Sekunder dan Rekahan

Selain batuan sedimen primer, beberapa batuan beku atau metamorf juga dapat bertindak sebagai reservoir jika terdapat kondisi khusus yang meningkatkan kemampuan penampungan dan alirannya.

Tantangan dalam Mengidentifikasi Reservoir

Identifikasi reservoir yang efektif memerlukan interpretasi data geofisika (seismik), data sumur (logging), dan inti batuan (core). Batupasir cenderung lebih mudah diprediksi karena porositasnya umumnya intergranular. Sebaliknya, reservoir karbonat dan rekahan sangat heterogen; porositas bisa sangat tinggi di satu titik namun nol di titik sebelahnya karena variasi proses pelarutan atau patahan yang tidak terdeteksi seismik secara detail. Oleh karena itu, pemodelan geologi yang akurat sangat vital untuk memastikan keberhasilan operasi pengeboran dan produksi migas.

🏠 Homepage