Dalam dunia konstruksi, kapur sering kali dianggap sebagai bahan sederhana. Namun, di balik kesederhanaannya, kapur—yang secara kimiawi didominasi oleh senyawa kalsium—memegang peranan krusial dalam kualitas, daya tahan, dan estetika bangunan. Memahami kandungan kapur bangunan adalah kunci untuk mengaplikasikannya dengan tepat, baik sebagai mortar perekat, plesteran, maupun bahan dasar dalam pembuatan semen.
Kapur bangunan secara garis besar berasal dari batu kapur (limestone) yang mengandung senyawa utama Kalsium Karbonat (CaCO₃). Proses pengolahan selanjutnya akan menentukan jenis kapur yang dihasilkan, seperti kapur tohor (kalsium oksida, CaO) atau kapur padam (kalsium hidroksida, Ca(OH)₂).
Komposisi kimia menentukan perilaku kapur saat digunakan dalam konstruksi. Perbedaan utama terletak pada proses pembakaran dan hidrasi.
Ini adalah bentuk batu kapur alami. Kapur ini tidak memiliki sifat pengikat yang kuat sebelum diproses lebih lanjut melalui pemanasan (pembakaran). Fungsinya di konstruksi modern terbatas, namun ia adalah bahan baku utama.
Dihasilkan dari pembakaran batu kapur pada suhu tinggi (kalsinasi). Kapur tohor sangat reaktif dan bersifat basa kuat. Jika dicampur dengan air (proses yang disebut 'slaking'), ia akan melepaskan panas tinggi dan berubah menjadi kapur padam. Penggunaannya langsung dalam adukan sangat jarang karena sangat berbahaya dan dapat menyebabkan retak susut yang parah.
Ini adalah bentuk kapur yang paling umum digunakan dalam mortar tradisional dan plesteran. Dibuat dengan mereaksikan kapur tohor dengan air. Kapur padam akan mengeras kembali seiring waktu ketika bereaksi dengan karbon dioksida di udara (proses karbonasi), membentuk kembali CaCO₃.
Kandungan utama kapur padam (Ca(OH)₂) memberikan beberapa properti penting pada campuran adukan, yang membuatnya berbeda signifikan dari semen Portland.
Meskipun semen modern didominasi oleh kalsium silikat (yang mengeras melalui hidrasi), kapur tetap digunakan, seringkali dalam campuran (mortar campuran). Kapur memberikan keunggulan dalam hal lentur dan finishing estetika. Namun, perlu diingat bahwa kandungan kapur bangunan yang berlebihan dapat menurunkan kekuatan tekan akhir adukan secara drastis dibandingkan adukan yang berbasis semen murni. Penggunaan yang tepat seringkali adalah proporsi campuran yang seimbang untuk mendapatkan kekuatan yang memadai sekaligus fleksibilitas yang diinginkan.
Kesimpulannya, kapur adalah komponen vital yang menyumbang sifat plastisitas dan daya tahan jangka panjang pada material konstruksi tradisional. Keahlian dalam mengolah dan mencampur kapur berbasis kalsium hidroksida adalah warisan teknik yang masih relevan hingga kini.