Simbol hati yang menyatu dalam bingkai ka'bah, melambangkan cinta yang terbingkai dalam ridha Allah.
Dalam ajaran Islam, cinta bukanlah sekadar emosi belaka. Ia adalah sebuah anugerah dari Allah SWT yang memiliki dimensi spiritual mendalam. Cinta yang sejati berakar pada keimanan, dihiasi dengan takwa, dan dibimbing oleh tuntunan wahyu. Berbeda dengan pandangan duniawi yang seringkali mengutamakan ego dan kepemilikan, cinta Islami menempatkan kerelaan, kasih sayang, dan pengorbanan di atas segalanya. Cinta ini tidak hanya terbatas pada pasangan hidup, namun meluas kepada keluarga, sesama Muslim, bahkan seluruh ciptaan Allah.
Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa cinta sejati adalah cinta yang dirahmati Allah. Beliau bersabda, "Tiga perkara yang barangsiapa memilikinya, ia akan merasakan manisnya iman: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya; (2) Mencintai seseorang, tidaklah mencintainya kecuali karena Allah; (3) Benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya darinya sebagaimana bencinya dilempar ke dalam neraka." (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini menegaskan bahwa fondasi cinta yang sesungguhnya adalah kecintaan kepada Sang Pencipta.
Cinta dalam Islam juga dimaknai sebagai bentuk kepedulian yang tulus. Pasangan suami istri diperintahkan untuk saling mencintai, menghormati, dan menyayangi sebagaimana firman Allah dalam Surah Ar-Rum ayat 21: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." Cinta ini termanifestasi dalam tindakan nyata, saling mendukung dalam kebaikan, dan menjaga kehormatan satu sama lain.
Bahkan, konsep cinta dalam Islam mencakup rasa cinta kepada Allah yang melampaui segalanya. Ketika hati dipenuhi cinta kepada Allah, segala bentuk cinta yang lain akan menjadi lebih indah dan bermakna. Cinta kepada sesama manusia juga menjadi cerminan cinta kepada Allah. Semakin tulus seseorang mencintai sesama, semakin dekat hatinya kepada Sang Pencipta. Cinta ini adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk berbuat baik, menolong yang lemah, dan menyebarkan kebaikan di muka bumi.
Pada hakikatnya, seluruh bentuk cinta yang baik di dunia ini adalah manifestasi dari cinta Allah yang Maha Luas. Ketika kita merindukan kedamaian dan kebahagiaan hakiki, arahkanlah hati kita kepada sumber segala cinta, yaitu Allah SWT. Melalui ibadah, dzikir, dan usaha mendekatkan diri kepada-Nya, kita akan menemukan arti cinta yang sesungguhnya, cinta yang abadi dan tidak akan pernah mengecewakan.
Cinta dalam Islam bukanlah tentang posesif, melainkan tentang merawat, melindungi, dan mendampingi. Cinta sejati akan membimbing kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih sabar, lebih pemaaf, dan lebih bertakwa. Ia adalah kekuatan yang mampu meruntuhkan egoisme, menumbuhkan empati, dan membangun jembatan persaudaraan. Marilah kita renungkan makna cinta ini dalam setiap relasi kita, agar hidup senantiasa diwarnai keberkahan dan kebahagiaan yang hakiki.
Mengutamakan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya adalah langkah awal untuk menata hati. Ketika cinta ini bersemayam kuat, barulah cinta kepada makhluk-Nya akan tumbuh dalam koridor yang diridhai. Cinta kepada pasangan hidup akan menjadi ibadah, cinta kepada anak adalah amanah, dan cinta kepada sesama adalah bentuk solidaritas yang diajarkan agama. Semua berujung pada satu tujuan: meraih cinta dan ridha Allah SWT.
Dalam konteks pergaulan, Islam mengajarkan batasan-batasan yang jelas agar cinta tidak disalahgunakan. Cinta yang dibalut syahwat semata tanpa ikatan yang sah akan menjauhkan dari rahmat Allah. Sebaliknya, cinta yang dipelihara dalam pernikahan yang suci adalah sumber ketenangan, kasih sayang, dan keberkahan. Keduanya saling melengkapi, menopang, dan tumbuh bersama dalam naungan cinta Ilahi.
Oleh karena itu, jadikanlah setiap ungkapan cinta, baik dalam lisan maupun perbuatan, senantiasa berpijak pada nilai-nilai Islami. Niatkan segala kebaikan yang kita lakukan sebagai wujud cinta kita kepada Allah. Dengan demikian, cinta kita akan menjadi cinta yang bermakna, berujung pada kebahagiaan dunia dan akhirat.