Simbolisasi sungai dengan aliran air yang membawa berbagai objek.
Sungai, sebagai urat nadi kehidupan, kerap menjadi saksi bisu berbagai fenomena alam dan aktivitas manusia. Salah satu fenomena yang sering terlihat adalah keberadaan kayu dan sampah yang hanyut mengikuti arus sungai. Meskipun sekilas tampak biasa, akumulasi kedua elemen ini dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap ekosistem perairan, kehidupan satwa, hingga kesejahteraan manusia.
Kayu hanyut di sungai umumnya berasal dari pohon-pohon yang tumbang akibat badai, erosi tepi sungai, atau penebangan liar. Kayu-kayu ini, baik berupa batang besar maupun ranting kecil, menjadi bagian dari aliran sungai. Dalam jumlah yang tidak berlebihan, kayu hanyut dapat berkontribusi positif bagi ekosistem. Kayu yang terendap di dasar sungai dapat menjadi habitat bagi invertebrata akuatik, menyediakan tempat berlindung bagi ikan, serta berperan dalam menjaga stabilitas dasar sungai. Proses dekomposisi kayu juga melepaskan nutrisi penting bagi ekosistem.
Namun, masalah muncul ketika jumlah kayu hanyut menjadi berlebihan. Kayu yang menumpuk dapat menyumbat aliran sungai, terutama di tikungan atau area jembatan. Penyumbatan ini dapat menyebabkan peningkatan risiko banjir di daerah hulu, serta perubahan pola aliran air yang dapat mengikis tepian sungai lebih parah. Di daerah hilir, penumpukan kayu dapat mengganggu navigasi kapal dan merusak infrastruktur seperti bendungan atau turbin pembangkit listrik tenaga air. Selain itu, kayu yang membusuk dalam jumlah besar juga dapat mengurangi kadar oksigen terlarut dalam air, berdampak buruk bagi kehidupan akuatik.
Berbeda dengan kayu yang memiliki potensi manfaat ekologis, sampah yang hanyut di sungai hampir seluruhnya menimbulkan dampak negatif. Sumber sampah di sungai sangat beragam, mulai dari limbah rumah tangga yang dibuang langsung ke sungai, sampah dari pasar tradisional di pinggir sungai, hingga sampah kiriman dari daerah hulu akibat sistem pengelolaan sampah yang buruk.
Dampak sampah di sungai sungguh memprihatinkan. Sampah plastik, yang paling sering ditemukan, membutuhkan ratusan bahkan ribuan tahun untuk terurai. Selama proses penguraian yang sangat lambat, plastik dapat terpecah menjadi mikroplastik yang kemudian dikonsumsi oleh organisme air, masuk ke rantai makanan, dan akhirnya berpotensi membahayakan kesehatan manusia. Sampah organik yang membusuk di dalam air akan menyerap oksigen, menciptakan zona mati di mana ikan dan organisme lain tidak dapat bertahan hidup. Sampah juga dapat menjadi sarang vektor penyakit seperti nyamuk dan tikus.
Selain itu, sampah yang menyumbat aliran sungai dapat memperparah dampak banjir, merusak keindahan pemandangan sungai, dan mencemari sumber air bersih. Biaya yang dikeluarkan untuk membersihkan sungai dari sampah juga sangat besar dan menjadi beban bagi pemerintah serta masyarakat.
Terkadang, kayu hanyut dapat menjadi "pembawa" sampah. Ranting-ranting pohon yang hanyut bisa saja tersangkut sampah plastik atau barang-barang lainnya, sehingga ikut terbawa lebih jauh ke hilir. Ketika tumpukan kayu hanyut terjadi, sampah yang tersangkut di dalamnya akan ikut terakumulasi, memperburuk kondisi penyumbatan dan polusi.
Menangani masalah kayu dan sampah hanyut di sungai memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Beberapa langkah penting yang dapat dilakukan antara lain:
Sungai adalah aset bersama yang harus dijaga kelestariannya. Dengan kesadaran dan aksi nyata dari seluruh pihak, kita dapat mengembalikan sungai menjadi jalur air yang bersih, sehat, dan bermanfaat bagi kehidupan.