Profil Umum Lapisan Nikel Laterit
Nikel laterit adalah jenis bijih nikel yang terbentuk melalui proses pelapukan kimia intensif pada batuan ultramafik yang kaya magnesium dan silika, seperti peridotit, di iklim tropis atau subtropis yang hangat dan sangat basah. Proses geologis ini, yang berlangsung jutaan tahun, mengikis unsur-unsur yang lebih mudah larut seperti silika dan magnesium, meninggalkan konsentrasi logam yang lebih tahan lapuk, terutama besi dan nikel, dalam bentuk oksida atau hidroksida.
Berbeda dengan bijih nikel sulfida yang terbentuk di lingkungan magmatik bawah permukaan, nikel laterit ditemukan di permukaan bumi sebagai endapan sisa (residual deposit). Struktur endapan ini tidak homogen; ia terdistribusi dalam lapisan-lapisan yang berbeda, masing-masing memiliki karakteristik kimia dan mineralogi yang unik, yang sangat menentukan metode penambangan dan pengolahannya.
Karakteristik utama yang membuat eksplorasi dan pengolahan nikel laterit menantang adalah zonasi vertikalnya. Secara umum, penampang tipikal dari endapan nikel laterit dapat dibagi menjadi beberapa zona utama dari atas ke bawah:
Lapisan paling atas seringkali terdiri dari tanah vegetatif, material hasil pelapukan yang sangat terhidrasi, dan seringkali kaya akan zat besi (hematit atau goethit). Zona ini umumnya memiliki kadar nikel yang sangat rendah dan harus disingkirkan sebelum mencapai zona bernilai ekonomis.
Tepat di bawah penutup, terdapat zona yang didominasi oleh oksida besi, kadang-kadang disebut sebagai "topi besi". Meskipun masih dianggap bagian dari saprolit, zona ini seringkali memiliki kadar nikel yang rendah tetapi kadar kobalt yang relatif lebih tinggi dibandingkan zona di bawahnya. Materialnya seringkali sangat lunak dan mudah diolah.
Ini adalah zona yang paling dicari dalam banyak proyek laterit. Di sini, pelapukan telah menghasilkan mineral lempung nikel (seperti garnierit) yang mengandung kadar nikel signifikan, seringkali berkisar antara 1% hingga 2.5%. Lapisan ini merupakan fokus utama bagi metode pengolahan yang disebut High-Pressure Acid Leaching (HPAL) karena kandungan silikanya yang masih cukup tinggi.
Lapisan paling bawah adalah zona transisi di mana mineral nikel mulai berubah kembali ke bentuk mineral silikat yang belum sepenuhnya terlarut. Di bawahnya terdapat batuan induk (serpentinit atau peridotit) yang belum mengalami pelapukan signifikan. Kadang-kadang, bijih nikel limonit yang lebih keras ditemukan di zona transisi ini, yang memerlukan metode pemrosesan berbeda, seperti Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) untuk memproduksi Ferro-Nikel (FeNi).
Eksploitasi nikel laterit berbeda secara fundamental dari nikel sulfida. Tantangan utama terletak pada sifat kimia dan fisik bijihnya. Sifat mineralogis yang beragam antar lapisan menuntut solusi pengolahan yang spesifik. Misalnya, bijih saprolit yang lunak dan mengandung banyak silika lebih cocok untuk hidrometalurgi (HPAL), sementara bijih limonit yang lebih keras dan kaya besi lebih cocok untuk pirometalurgi (RKEF) untuk menghasilkan Ferro-Nikel.
Keputusan mengenai teknologi pengolahan sangat bergantung pada kombinasi kadar nikel, kadar kobalt, rasio Ni/Fe, dan kandungan magnesium serta silika yang tersebar di setiap lapisan. Oleh karena itu, pemetaan geologi dan pemahaman mendalam tentang zonasi vertikal dari lapisan nikel laterit adalah langkah krusial sebelum operasi penambangan dan pemrosesan skala besar dapat dimulai dengan efisien dan ekonomis.