Penemu Bata Ringan: Siapa di Balik Inovasi Bangunan Modern?

Ilustrasi bata ringan Gambar stilistik menunjukkan beberapa blok bata ringan yang tersusun rapi. Bata Ringan

Di era konstruksi modern, bata ringan telah menjadi material pilihan yang populer berkat keunggulan efisiensi, insulasi, dan bobotnya yang ringan. Material ini menawarkan solusi inovatif untuk berbagai jenis bangunan, mulai dari rumah tinggal hingga gedung bertingkat. Namun, di balik popularitasnya, seringkali muncul pertanyaan mengenai siapa sosok penemu bata ringan yang sebenarnya. Apakah ada satu nama yang identik dengan penemuan material revolusioner ini?

Sejarah Awal Material Ringan

Meskipun bata ringan modern seperti Autoclaved Aerated Concrete (AAC) atau bata ringan hebel baru dikenal luas di abad ke-20, konsep menciptakan material bangunan yang lebih ringan dari bata merah tradisional sebenarnya sudah ada jauh lebih lama. Ide ini muncul sebagai respons terhadap beberapa keterbatasan bata merah, seperti bobotnya yang berat yang menyulitkan transportasi dan pemasangan, serta konduktivitas termalnya yang kurang baik sehingga bangunan cenderung lebih panas di musim kemarau dan dingin di musim hujan.

Salah satu cikal bakal material yang mendekati konsep bata ringan modern bisa ditelusuri kembali ke awal abad ke-19. Seorang arsitek asal Swedia bernama Axel Erikson diketahui telah bereksperimen dengan campuran bahan seperti semen, kapur, pasir, dan aluminium untuk menciptakan material yang lebih berpori dan ringan. Namun, metode produksinya belum secanggih dan seefisien teknologi yang ada saat ini, sehingga inovasinya belum mendapatkan perhatian luas.

Kelahiran Bata Ringan AAC

Penemuan dan pengembangan bata ringan yang kita kenal sekarang, terutama yang berbasis Autoclaved Aerated Concrete (AAC), umumnya dikreditkan kepada seorang ilmuwan Swedia bernama Dr. Johan Axel Eriksson. Ia bekerja di Royal Swedish Institute for Engineering Research dan secara resmi mematenkan proses produksi AAC pada tahun 1923. Eriksson melakukan riset intensif untuk menciptakan material bangunan yang tidak hanya ringan tetapi juga memiliki sifat insulasi termal yang sangat baik, kekuatan yang memadai, dan tahan api.

Proses yang dikembangkan Eriksson melibatkan pencampuran bahan baku seperti semen, kapur, pasir halus, air, dan agen pengembang. Agen pengembang yang umum digunakan adalah bubuk aluminium. Ketika bubuk aluminium bereaksi dengan alkali dalam campuran semen dan kapur, ia menghasilkan gas hidrogen. Gas ini menciptakan gelembung-gelembung udara yang tersebar merata di dalam adonan, menyebabkan adonan mengembang seperti adonan roti. Setelah mengembang, campuran dibiarkan mengeras sebagian, kemudian dipotong menjadi blok-blok berukuran standar.

Blok-blok yang telah dipotong ini kemudian menjalani proses pengawetan (curing) menggunakan uap bertekanan tinggi dalam autoklaf. Proses autoklav inilah yang memberikan nama pada material ini, yaitu Autoclaved Aerated Concrete (AAC). Panas dan tekanan tinggi dalam autoklaf membuat struktur material menjadi lebih stabil, kuat, dan kering.

Perkembangan dan Komersialisasi

Meskipun Dr. Johan Axel Eriksson diakui sebagai penemu proses AAC, pengembangan lebih lanjut dan komersialisasi material ini melibatkan beberapa pihak lain. Pabrik pertama yang memproduksi bata ringan AAC didirikan di Swedia pada tahun 1929 oleh perusahaan Yxhult. Produk ini kemudian dipasarkan dengan merek "Ytong", yang kemudian menjadi salah satu merek bata ringan paling terkenal di dunia.

Seiring waktu, teknologi produksi terus diperbaiki, dan material ini mulai diadopsi di berbagai negara. Kebutuhan akan material bangunan yang lebih efisien dan ramah lingkungan mendorong pertumbuhan popularitas bata ringan. Di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, bata ringan dengan berbagai merek terus berkembang dan menjadi alternatif utama dibandingkan bata merah konvensional. Keunggulan seperti kecepatan pemasangan, pengurangan biaya tenaga kerja, efisiensi energi dalam bangunan, serta ketahanan terhadap gempa menjadi daya tarik utamanya.

Jadi, ketika kita berbicara tentang penemu bata ringan, nama Dr. Johan Axel Eriksson muncul sebagai tokoh kunci yang mematenkan proses produksi Autoclaved Aerated Concrete (AAC). Namun, penting untuk diingat bahwa inovasi seringkali merupakan hasil dari proses panjang yang melibatkan banyak penelitian, pengembangan, dan kontribusi dari berbagai pihak dari waktu ke waktu untuk mencapai bentuk dan performa yang kita nikmati saat ini.

🏠 Homepage