Ilustrasi visualisasi proses vulkanik
Ketika gunung berapi meletus, istilah seperti magma, lava, dan lahar sering kali digunakan secara bergantian dalam percakapan sehari-hari. Meskipun ketiganya berkaitan erat dengan aktivitas vulkanik dan dapat menimbulkan bahaya yang sama destruktifnya, secara ilmiah, ketiganya memiliki perbedaan mendasar yang terletak pada lokasi, suhu, dan komposisinya saat bergerak. Memahami perbedaan ini penting untuk mempelajari geologi dan mitigasi risiko bencana.
Magma adalah materi batuan cair yang sangat panas dan berada di bawah permukaan bumi. Kata 'magma' berasal dari bahasa Yunani yang berarti 'adonan tebal'. Zat ini terbentuk akibat peningkatan suhu dan penurunan tekanan di dalam mantel atau kerak bumi, yang menyebabkan batuan padat meleleh.
Inti Magma: Batuan cair yang masih terperangkap di dalam kantung atau reservoir di bawah kerak bumi. Magma sering mengandung gas terlarut (seperti uap air, karbon dioksida, dan sulfur dioksida) yang berada di bawah tekanan tinggi.
Komposisi kimia magma sangat bervariasi, memengaruhi sifat erupsi di masa depan. Magma yang kaya silika (Felsik) cenderung lebih kental (viskos) dan dapat memerangkap gas, sering kali menyebabkan letusan eksplosif. Sebaliknya, magma yang miskin silika (Mafik) lebih encer dan cenderung menghasilkan letusan yang lebih tenang. Selama magma masih berada di dalam bumi, ia disebut magma.
Perbedaan paling krusial antara magma dan lava adalah lokasinya. Begitu material panas yang meleleh ini berhasil menembus permukaan bumi melalui kawah atau celah gunung berapi, ia segera berganti nama menjadi Lava.
Inti Lava: Magma yang telah keluar dari kawah dan mengalir di permukaan bumi. Ketika mencapai permukaan, gas-gas yang terperangkap di dalamnya mulai dilepaskan ke atmosfer (proses degasing).
Karena pelepasan gas, lava biasanya sedikit lebih dingin dan lebih padat dibandingkan saat ia masih berupa magma. Lava yang baru keluar memiliki suhu sangat tinggi, seringkali antara 700°C hingga 1200°C. Cara lava mengalir sangat bergantung pada viskositasnya:
Setelah mendingin, lava akan memadat dan membentuk batuan beku ekstrusif baru, seperti basal atau andesit.
Berbeda dari magma dan lava yang merupakan batuan cair panas, Lahar adalah jenis bencana sekunder yang melibatkan campuran material vulkanik padat (abu, kerikil, bongkahan batu) yang bercampur dengan air dalam jumlah besar. Lahar sering dijuluki "banjir bandang vulkanik".
Inti Lahar: Aliran material vulkanik yang bercampur dengan air (dari hujan deras, lelehan salju/es kawah, atau danau kawah yang jebol). Lahar memiliki kepadatan yang luar biasa dan dapat mengalir jauh dari lereng gunung.
Lahar dapat terjadi saat letusan aktif, tetapi seringkali terjadi jauh setelah letusan berakhir—bahkan bertahun-tahun kemudian—jika terdapat timbunan material lepas di lereng gunung yang kemudian tersapu oleh hujan lebat. Kecepatan lahar bisa sangat tinggi, mencapai puluhan kilometer per jam, dan daya hancurnya sangat besar karena membawa material padat yang berat. Meskipun lahar tidak panas seperti lava, lahar dapat mengubur seluruh desa dengan cepat.
Untuk mempermudah pemahaman, berikut adalah perbandingan langsung dari ketiga istilah tersebut:
| Terminologi | Kondisi | Komposisi Utama |
|---|---|---|
| Magma | Di bawah permukaan bumi (intrusi). | Batuan cair, mengandung gas terlarut. |
| Lava | Di permukaan bumi (ekstrusi). | Batuan cair yang telah kehilangan sebagian besar gasnya. |
| Lahar | Di lereng atau lembah gunung (aliran sekunder). | Campuran material padat (abu, batu) dan air. |
Singkatnya, perjalanannya dimulai di dalam bumi sebagai magma. Ketika ia berhasil keluar dan mengalir di lereng gunung, ia berubah menjadi lava. Dan jika material lepas vulkanik ini bercampur dengan air, ia menjadi aliran lumpur yang destruktif, yaitu lahar. Ketiga fenomena ini adalah manifestasi berbeda dari kekuatan eksplosif yang sama di jantung gunung api.