Simbol Kebanggaan Laskar Antasari
Barito Putera, sebuah nama yang tak asing lagi di kancah sepak bola Indonesia. Klub sepak bola profesional yang berjuluk "Laskar Antasari" ini memiliki sejarah panjang dan penuh dinamika. Berasal dari Kalimantan Selatan, tepatnya Kota Banjarmasin, Barito Putera telah menjadi kebanggaan masyarakat Banua, panggilan akrab untuk wilayah Kalimantan Selatan. Klub ini didirikan pada tanggal 10 April 1988, dan sejak saat itu, telah menorehkan jejaknya dalam berbagai kompetisi sepak bola tanah air.
Perjalanan Barito Putera dimulai dari liga amatir sebelum akhirnya bertransformasi menjadi klub profesional. Nama "Barito" sendiri diambil dari nama sungai besar yang membelah Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, yaitu Sungai Barito. Nama ini mencerminkan kedalaman akar dan koneksi kuat klub dengan wilayah dan masyarakatnya.
Sejak berdiri, Barito Putera telah melalui berbagai era, baik saat kompetisi masih terpecah-pecah maupun saat era Liga Super Indonesia (LSI) dan kini BRI Liga 1. Klub ini pernah merasakan atmosfer kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia, bahkan pernah menjadi runner-up pada musim 1994-1995. Pencapaian ini menjadi salah satu tonggak sejarah penting bagi Laskar Antasari.
Meskipun kadang mengalami pasang surut performa, semangat juang dan determinasi Barito Putera tak pernah padam. Ribuan suporter setia yang tergabung dalam Barito Mania selalu hadir memberikan dukungan penuh, baik di kandang maupun saat tim bertandang. Stadion Demang Lehman, yang terletak di Banjarmasin, telah menjadi saksi bisu perjuangan Laskar Antasari dalam menggapai kemenangan.
Julukan "Laskar Antasari" bukan sekadar nama, melainkan merefleksikan keberanian dan semangat pantang menyerah para pejuang Banjar. Antasari sendiri adalah nama seorang pahlawan nasional dari Kesultanan Banjar. Hal ini menunjukkan bagaimana klub ini mencoba mengusung nilai-nilai kepahlawanan dalam setiap pertandingannya.
Warna kebesaran Barito Putera adalah merah dan kuning. Warna merah melambangkan keberanian dan semangat juang yang membara, sementara warna kuning seringkali dikaitkan dengan kemakmuran dan kejayaan. Kombinasi warna ini sering terlihat pada seragam tempur mereka di lapangan hijau.
Filosofi permainan Barito Putera cenderung mengandalkan kecepatan, permainan kolektif, dan semangat juang yang tinggi. Mereka berusaha menampilkan sepak bola yang menghibur bagi para penggemarnya, sambil tetap berpegang teguh pada nilai-nilai sportivitas. Pengembangan pemain muda juga menjadi salah satu fokus penting klub dalam membangun fondasi yang kuat untuk masa depan.
Tak bisa dipungkiri, kekuatan terbesar Barito Putera datang dari para suporternya. Barito Mania (Bari-Mania) adalah komunitas pendukung yang sangat vokal dan militan. Mereka selalu siap hadir di stadion untuk membakar semangat para pemain dengan nyanyian, yel-yel, dan koreografi yang memukau. Kehadiran mereka menciptakan atmosfer yang intimidatif bagi tim lawan dan memberikan energi positif bagi tim kebanggaan mereka.
Kecintaan Barito Mania terhadap klubnya melampaui batas geografis. Mereka hadir dari berbagai penjuru Kalimantan Selatan, bahkan dari berbagai daerah lain di Indonesia, demi mendukung Laskar Antasari berlaga. Loyalitas dan dedikasi mereka adalah aset tak ternilai bagi perkembangan sepak bola Barito Putera.
Menghadapi persaingan yang semakin ketat di Liga 1, Barito Putera terus berupaya melakukan perbaikan di berbagai lini. Mulai dari manajemen, tim kepelatihan, hingga skuad pemain, semuanya diarahkan untuk mencapai performa terbaik. Harapan besar disematkan agar Laskar Antasari dapat terus berprestasi, mengharumkan nama Kalimantan Selatan, dan memberikan kebahagiaan bagi seluruh masyarakat Banua.
Dengan sejarah yang kaya, identitas yang kuat, dan dukungan suporter yang luar biasa, Barito Putera memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan menjadi salah satu klub sepak bola terpandang di Indonesia. Perjalanan mereka adalah cerminan semangat pantang menyerah dan kecintaan yang mendalam terhadap olahraga kulit bundar.