Dalam hening malam, saat bintang bertabur, dan bumi terdiam dalam pekatnya gelap, hati merintih, jiwa meratap. Jiwa yang lelah, terbebani dosa, bersujud pada Sang Maha Kuasa, memohon pengampunan-Nya.
Setiap langkah yang tergelincir, setiap kata yang terucap tak terkendali, setiap niat yang terselip kelam, meninggalkan jejak noda di lembaran kehidupan. Betapa seringnya kita alpa, betapa mudahnya khilaf melanda. Dosa kecil maupun besar, menumpuk bagai bukit tak terhingga, mengikis ketenangan batin, menggelapkan pandangan hati.
Namun, di tengah keputusasaan dan rasa malu yang melanda, tersisa secercah harapan. Harapan yang bersumber dari kebesaran kasih sayang-Nya. Allah, Sang Pengampun, Maha Penerima Taubat. Dzat yang tak pernah jemu mendengarkan rintihan hamba-Nya, tak pernah lelah membuka pintu taubat bagi siapa saja yang mau kembali.
Puisi ini terlahir dari lubuk hati yang terdalam, sebuah ekspresi kerendahan diri, sebuah permohonan yang tulus kepada-Nya. Bukan untuk pamer keindahan kata, bukan pula untuk mencari pujian manusia, melainkan semata-mata untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta, untuk membersihkan diri dari segala kesalahan.
Ya Rabb, Tuhanku yang Maha Esa,
Ampuni daku segala khilaf dan dosa.
Langkahku goyah, iman terkadang luruh,
Dalam gelap malam, hatiku merapuh.
Janji terucap, namun seringku ingkari,
Akal tergelincir, hati tak mengerti.
Betapa kecilnya diri di hadapan-Mu,
Betapa luasnya rahmat yang ku rindu.
Tangan tertadah, basah oleh air mata,
Memohon ampunan, wahai Maha Pencipta.
Taubat adalah jembatan yang menghubungkan kembali hamba yang terpisah dengan Tuhannya. Ia bukan sekadar pengakuan lisan, melainkan penyesalan yang mendalam di hati, disertai tekad kuat untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Ia adalah pembersihan jiwa, penyucian hati, dan pembaharuan diri.
Sungguh, rahmat Allah lebih luas dari segala murka-Nya. Ampunan-Nya menanti bagi mereka yang bersungguh-sungguh. Betapa beruntungnya hamba yang menyadari kekhilafannya dan segera kembali kepada-Nya. Kehidupan di dunia ini adalah ladang ujian, dan setiap ujian adalah kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Jangan pernah putus asa dari rahmat Allah, sekecil apapun kesalahan yang pernah kita lakukan. Selama ruh masih bersemayam di jasad, pintu taubat selalu terbuka. Mari kita genggam erat kesempatan ini, bersihkan hati, sucikan jiwa, dan mohonlah ampunan dengan penuh kerendahan hati. Semoga Allah menerima taubat kita, mengampuni segala dosa kita, dan membimbing kita di jalan kebenaran-Nya.
Bumi yang kelam, saksi bisu perjalananku,
Mengumpulkan noda, menggoreskan pilu.
Namun di dasar hati, asa masih ada,
Menyala redup, merindukan cahaya.
Ampunilah, Ya Allah, segala durhaka,
Bersihkan jiwa, sucikan raga.
Bimbing langkahku di jalan nan lurus,
Jauhkan dari jurang neraka yang serius.
Dengan rahmat-Mu, semoga ku kembali,
Menjadi hamba yang taat dan berarti.
Memohon ampunan kepada Allah adalah sebuah ritual spiritual yang mendalam, sebuah pengakuan atas keterbatasan dan ketidaksempurnaan diri di hadapan kesempurnaan-Nya. Dalam setiap doa dan permohonan ampun, terselip harapan untuk kembali ke fitrah, menjadi pribadi yang lebih bersih dan mendekatkan diri pada keridhaan-Nya.
Ini adalah perjalanan panjang seorang hamba untuk terus memperbaiki diri, belajar dari kesalahan, dan berjuang melawan godaan nafsu. Dengan terus memohon ampun, kita menjaga hati agar tidak menjadi keras dan gelap oleh dosa. Ini adalah bentuk ibadah yang terus-menerus, sebuah pengingat bahwa kita selalu membutuhkan-Nya.