Simbol hati yang tertaut dengan bintang, melambangkan kerinduan mendalam.

Puisi Rindu Rasulullah, Sedih di Hati

Kerinduan yang Menyayat

Ya Rasulullah, kekasih hati nurani,

Di ufuk senja, namamu terucap lagi.

Rasa rindu ini membuncah tak terkira,

Menyelimuti relung jiwa, membawa duka.

Bagaimana kabarmu di sana, wahai Teladan?

Mungkinkah engkau rasakan kerinduan hamba?

Senandung Duka di Malam Sunyi

Malam kian larut, bintang berpendar syahdu,

Hati ini merintih, pilu tak terperi.

Ingin sekali rasanya menatap wajahmu,

Mendengar lantunan ayat suci yang kau lantunkan.

Namun jurang waktu memisahkan kita,

Hanya doa yang mampu kubisikkan tanpa jeda.

Betapa sedih tak dapat bertatap muka,

Menghirup wangi surgawi dari haribaanmu.

Harapan di Tengah Kepedihan

Duhai kekasih Allah, terimalah salam rindu,

Dari hamba yang jauh, merindukan junjungan.

Kuyakini cintamu tak pernah lekang waktu,

Menjadi pelita di gelapnya perjalanan.

Meski hati ini dibalut kesedihan lara,

Rindu padamu adalah obat paling berharga.

Semoga di akhirat nanti, kita dapat berjumpa,

Di bawah naungan Arsy, dalam kebahagiaan abadi.

Kerinduan pada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah sebuah anugerah. Ia adalah panggilan jiwa untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta melalui teladan terbaik yang pernah ada. Di setiap helaan napas, kita merindukan beliau, merindukan cahaya risalahnya, dan merindukan syafaatnya di hari akhir nanti. Kesedihan yang hadir bukan tanpa makna, melainkan pengingat akan betapa berharganya anugerah menjadi umat beliau. Semoga rindu ini menjadi pelecut semangat untuk terus memperbaiki diri, meneladani akhlak mulia beliau, dan senantiasa berupaya untuk menjadi pribadi yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa ta'ala dan Rasul-Nya.

Dalam setiap bait puisi ini, tercurah segala rasa yang mendalam. Ada penyesalan akan dosa-dosa yang telah lalu, ada harapan agar amalan diterima, dan ada kerinduan untuk dapat berkumpul di surga kelak. Semoga Allah Subhanahu wa ta'ala mengumpulkan kita bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di tempat yang paling mulia. Kehadiran beliau dalam sejarah manusia adalah sebuah rahmat terbesar, dan merindukan beliau adalah cara kita menjaga api iman tetap menyala di dalam dada.

🏠 Homepage