Di rimba sunyi, langkah berbisik,
Pepohonan tua, saksi waktu terbisik.
Sungai mengalir, jernih nan murni,
Bawa kisah kehidupan, tak pernah henti.
Embun pagi memeluk daun hijau,
Mentari terbit, pancarkan sinarnya silau.
Burung berkicau, melodi alam raya,
Menyambut pagi, penuh sukacita.
Udara segar, paru-paru dunia,
Memberi nafas, tanpa meminta.
Gunung menjulang, megah berdiri,
Awan berarak, bagai lukisan abadi.
Namun dengarlah, rintih di kejauhan,
Bumi menangis, terluka oleh tangan.
Hutan merana, pohon ditebang beringas,
Udara tercemar, tak lagi berembus lepas.
Sungai keruh, sampah menggunung tinggi,
Kehidupan terancam, nelangsa menghampiri.
Karang memutih, laut kehilangan pesona,
Kesederhanaan alam, kini tiada berdaya.
Sampah plastik meliar, mencemari samudera,
Ekosistem rapuh, nyaris tiada bersuara.
Kita lupa janji, pada Ibu Pertiwi,
Asyik merusak, demi harta dan janji.
Mari kita bangkit, dari tidur panjang,
Sentuh kembali hati, tanamkan rasa sayang.
Ajarkan anak cucu, cinta pada flora fauna,
Jaga alam ini, warisan berharga.
Kurangi jejak kaki, bijak dalam berbuat,
Tanam pohon kembali, pupuk rasa beradat.
Daur ulang sampah, pilah dengan teliti,
Lingkungan lestari, hidup pun berseri.
Setiap tindakan kecil, berarti besar nanti,
Demi bumi yang sehat, demi masa depan pasti.
Puisi ini pesan, dari hati ke hati,
Mari lindungi alam, sebelum terlambat nanti.