Orang tua, dua kata yang sarat makna. Mereka adalah pilar kehidupan, pelabuhan tempat kita kembali, dan cinta tanpa syarat yang takkan pernah lekang oleh waktu. Dalam setiap tarikan napas, ada doa mereka yang terucap. Dalam setiap langkah, ada dukungan mereka yang tak terlihat. Kasih sayang mereka adalah pondasi kokoh yang membimbing kita menapaki dunia.
Puisi untuk Ayah dan Ibu
Duhai Ayah, pundakmu gagah menopang
Dunia kami, segala beban terentang.
Tangan kasar penuh perjuangan terukir,
Demi senyum kami, tak pernah kau getir.
Bunda tercinta, pelukanmu hangat terperi,
Menghapus lara, hilangkan ragu di hati.
Suaramu lembut melantunkan kasih,
Jutaan peluhmu, tak terbalas tiada letih.
Puisi di atas hanyalah secuil ungkapan dari lautan rasa terima kasih dan cinta yang terpendam. Ayah dan Ibu adalah simbol kekuatan dan kelembutan yang saling melengkapi. Ayah, dengan segala kerja kerasnya, mengajarkan kita arti tangguh dan tanggung jawab. Ia membentangkan jalan, membuka peluang, dan menjadi pelindung utama bagi keluarganya. Setiap lelah yang tergambar di wajahnya adalah bukti pengorbanan demi masa depan anak-anaknya. Sementara itu, Ibu, sumber kehangatan dan pengorbanan tiada tara. Kasihnya bagai samudra luas yang tak pernah kering. Dalam dekapan ibulah, kita menemukan kedamaian, ketenangan, dan rasa aman. Ia mengajarkan tentang empati, kesabaran, dan kebaikan. Setiap tangis yang ia usap, setiap sakit yang ia obati, adalah cerminan cinta murninya yang sempurna. Keberadaan mereka adalah anugerah terindah yang patut disyukuri setiap saat. Tanpa bimbingan mereka, tanpa pengorbanan mereka, mungkin kita takkan pernah menjadi pribadi yang utuh seperti sekarang. Doa-doa mereka yang senantiasa mengalir, bahkan saat kita tak menyadarinya, adalah energi tak terlihat yang terus menopang langkah kita. Menulis puisi tentang orang tua bukan hanya sekadar merangkai kata. Ini adalah upaya untuk merefleksikan kembali segala jasa dan budi baik mereka. Ini adalah cara untuk mengabadikan rasa cinta yang mungkin seringkali terpendam di dalam hati, tertutup oleh kesibukan sehari-hari. Puisi ini menjadi jembatan untuk menyampaikan apa yang tak terucap, untuk mengukir kenangan indah, dan untuk mengingatkan diri sendiri tentang betapa berharganya dua sosok mulia dalam hidup kita. Setiap bait dalam puisi, setiap baris dalam prosa, berusaha menangkap esensi dari kasih sayang orang tua yang tak terbatas. Ini adalah pengakuan atas peran vital mereka dalam membentuk karakter, memberikan pendidikan, dan menjadi teladan terbaik. Mereka adalah guru pertama kita, sahabat terdekat, dan malaikat pelindung yang dikirim Tuhan. Marilah kita senantiasa menjaga, menghormati, dan menyayangi orang tua kita selagi mereka masih ada. Jangan pernah ada kata terlambat untuk mengucapkan terima kasih, untuk membalas budi, dan untuk memberikan kebahagiaan di sisa usia mereka. Puisi ini adalah pengingat, sebuah renungan, dan seruan untuk selalu mencintai mereka dengan segenap jiwa.