Puisi Empat Bait untuk Sahabat
Di lorong waktu yang membentang jauh,
Kau hadir, lentera penembus kelam.
Tawa riang, berbagi keluh kesah,
Engkau sahabat, tak lekang oleh zaman.
Bait pertama ini menggambarkan bagaimana seorang sahabat bisa muncul di saat yang paling kita butuhkan. Seperti lentera yang menerangi kegelapan, kehadiran sahabat mampu memberikan harapan dan kejelasan di tengah ketidakpastian. Waktu dan jarak mungkin memisahkan, namun ikatan persahabatan yang tulus akan selalu menemukan jalannya untuk saling menguatkan. Kenangan akan tawa bersama, cerita-cerita yang dibagikan, dan dukungan saat menghadapi masalah adalah fondasi kuat yang membuat persahabatan bertahan.
Beban berat terasa ringan,
Saat pundakmu siap 'tuk bersandar.
Perih luka, kau obati perlahan,
Dengan sabar, tanpa pernah gusar.
Dalam bait kedua, kita melihat peran seorang sahabat sebagai sumber kekuatan dan penghibur. Ketika beban hidup terasa begitu berat, kehadiran sahabat menjadi penopang yang luar biasa. Bahu mereka siap untuk kita bersandar, berbagi lelah dan duka. Luka yang mungkin menggores hati, perlahan akan terobati oleh kebaikan dan kesabaran seorang sahabat. Mereka tidak menghakimi, tidak mengeluh, melainkan memberikan dukungan yang tulus, menjadikan proses penyembuhan terasa lebih ringan dan penuh harapan.
Kau lihat aku dalam goresan cela,
Tetap terima, apa adanya diri.
Tanpa syarat, tanpa perlu setia,
Kau sahabat, pelukan sejati.
Bait ketiga menekankan pada penerimaan tanpa syarat yang menjadi ciri khas persahabatan sejati. Sahabat mampu melihat kekurangan dan kesalahan kita, namun mereka tidak menjauh. Sebaliknya, mereka menerima kita apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangan. Kehadiran mereka adalah pelukan tulus yang memberikan rasa aman dan nyaman. Kita tidak perlu berpura-pura atau berusaha menjadi orang lain di hadapan mereka. Inilah esensi persahabatan yang sesungguhnya: penerimaan yang murni dan cinta yang tanpa pamrih.
Meski badai datang menerpa,
Jejak langkah takkan terhapus.
Ikatan suci, abadi selamanya,
Kau sahabatku, permata terharus.
Terakhir, bait keempat menegaskan bahwa persahabatan yang kuat mampu bertahan dari segala ujian kehidupan. Badai cobaan, tantangan, dan rintangan mungkin datang silih berganti, namun ikatan yang terjalin akan tetap kokoh. Persahabatan sejati adalah jejak yang takkan pernah terhapus oleh waktu maupun kesulitan. Ia adalah permata berharga yang terus bersinar, menjadi pengingat akan betapa beruntungnya kita memiliki seseorang yang selalu ada, kini dan nanti.