Dalam ilmu geologi, batuan sedimen diklasifikasikan berdasarkan asal usul material penyusunnya. Secara umum, batuan sedimen dibagi menjadi dua kelompok utama: klastik dan non-klastik. Jika batuan sedimen klastik (atau detrital) tersusun dari fragmen atau kepingan batuan dan mineral yang sudah ada sebelumnya (seperti pasir, lumpur, atau kerikil), maka **sedimen non-klastik** memiliki mekanisme pembentukan yang sama sekali berbeda.
Sedimen non-klastik adalah material sedimen yang tidak tersusun dari pecahan-pecahan batuan yang tererosi dan terangkut. Sebaliknya, material ini terbentuk melalui proses kimiawi atau biokimiawi langsung di dalam lingkungan pengendapan (in-situ). Proses pembentukan ini melibatkan presipitasi (pengendapan) mineral terlarut dari larutan air, baik karena perubahan kondisi fisikokimia (seperti evaporasi) maupun aktivitas organisme hidup.
Dua Jenis Utama Sedimen Non-Klastik
Klasifikasi sedimen non-klastik didasarkan pada proses pembentukannya:
1. Sedimen Kimiawi (Chemical Sediments)
Sedimen kimiawi terbentuk ketika mineral terlarut dalam air (biasanya air laut, air danau, atau air tanah) mencapai titik jenuh dan kemudian mengendap keluar dari larutan. Proses ini sering dipicu oleh perubahan signifikan pada kondisi lingkungan:
- Evaporasi: Ketika air yang mengandung garam terlarut menguap, konsentrasi zat terlarut meningkat hingga batas maksimal. Mineral kemudian mengendap membentuk batuan seperti garam batu (halit) dan gipsum. Endapan ini dikenal sebagai sekwens evaporit.
- Presipitasi Langsung: Beberapa mineral dapat mengendap langsung dari larutan karena perubahan suhu atau pH, meskipun tanpa penguapan total. Contohnya adalah pembentukan kalsit di gua-gua (menghasilkan stalaktit dan stalagmit) atau beberapa jenis sedimen silika.
- Oolit: Meskipun kadang-kadang dikaitkan dengan proses biogenik ringan, oolit adalah butiran kecil berbentuk bola yang terbentuk melalui pengendapan konsentris material kalsit di sekitar inti kecil di perairan dangkal yang aktif.
2. Sedimen Biokimiawi (Biochemical Sediments)
Sedimen biokimiawi adalah endapan yang material penyusunnya dihasilkan atau dipengaruhi secara langsung oleh aktivitas organisme hidup. Organisme ini memainkan peran penting dalam mengambil zat kimia dari air dan kemudian mengendapkannya sebagai sisa-sisa tubuh keras atau produk sampingan metabolisme.
Contoh paling umum dari sedimen biokimiawi adalah batuan karbonat. Organisme seperti kerang, foraminifera, dan terumbu karang menggunakan kalsium karbonat (CaCO3) untuk membangun cangkang atau kerangka mereka. Setelah organisme tersebut mati, sisa-sisa biologis ini terakumulasi di dasar laut membentuk batu gamping (limestone) yang masif. Jika sisa-sisa organisme bersilikon, seperti diatom atau radiolaria, terakumulasi, mereka akan membentuk rijang (chert) atau diatomit.
Perbedaan Krusial dengan Sedimen Klastik
Memahami bahwa sedimen non-klastik tidak melibatkan transportasi jarak jauh dan pengikisan mekanis adalah kunci. Sementara batuan klastik seperti batu pasir menunjukkan bukti aliran air (misalnya, laminasi silang atau pemilahan butir), batuan non-klastik seringkali menunjukkan tekstur kristalin yang teratur, komposisi mineral yang homogen, atau tekstur fosil yang jelas (pada batuan biokimiawi). Tidak adanya matriks halus yang menyisip di antara butiran besar juga sering menjadi petunjuk bahwa material tersebut tidak diangkut oleh air dalam fase fluvial atau laut biasa.
Secara geologis, mempelajari endapan non-klastik memberikan wawasan penting mengenai kondisi paleoklimat (suhu, salinitas) dan paleolingkungan (kedalaman air, ketersediaan nutrisi) di masa lampau. Misalnya, luasnya endapan evaporit mengindikasikan periode pengeringan atau terperangkapnya cekungan laut yang terisolasi.