Batu permata telah lama memikat umat manusia dengan keindahan, warna, dan kilauannya. Namun, di balik pesonanya, terdapat ilmu pengetahuan dan sistem klasifikasi yang mengatur nilai serta kualitasnya. Salah satu aspek paling fundamental dalam memahami batu permata adalah mengetahui 'urutan' atau hierarki yang digunakan para ahli gemologi. Urutan ini tidak hanya berkaitan dengan harga, tetapi juga dengan kekerasan, kelangkaan, dan keindahan optik alaminya. Memahami urutan batu permata membantu pembeli, kolektor, dan perhiasan dalam menentukan nilai sejati sebuah batu.
Ketika kita berbicara mengenai urutan, seringkali muncul pertanyaan: Apakah yang menentukan posisi sebuah batu permata di puncak hierarki? Jawabannya multifaset, melibatkan skala kekerasan Mohs, kejernihan (kehadiran inklusi), potongan (cut), dan yang paling utama, kelangkaan di alam.
Dalam dunia gemologi, batu permata sering dikelompokkan berdasarkan nilai intrinsik dan kelangkaannya. Meskipun tidak ada satu pun daftar "urutan resmi" yang diakui secara universal (karena pasar selalu berubah), terdapat konsensus umum mengenai beberapa batu yang selalu menduduki peringkat teratas. Urutan ini seringkali dipengaruhi oleh empat kriteria utama: Kekerasan, Warna, Kejernihan, dan Kelangkaan.
Kekerasan adalah indikator utama ketahanan batu terhadap goresan. Batu dengan kekerasan tinggi cenderung lebih tahan lama untuk perhiasan sehari-hari. Berlian (10) jelas mendominasi kategori ini. Berikut adalah beberapa urutan berdasarkan kekerasan yang relevan untuk batu-batu mulia utama:
Batu yang lebih keras seringkali berada di urutan yang lebih tinggi karena janji umur panjangnya.
Secara historis dan komersial, ada tiga jenis batu permata yang secara tradisional dianggap berada di puncak rantai nilai, terutama jika kualitasnya prima (warna intens, bebas inklusi):
Seringkali, urutan ini berlanjut dengan Zamrud (Emerald), Alexandrite, dan beberapa jenis Topaz atau Turmalin kualitas terbaik.
Urutan batu permata dapat bergeser secara dramatis tergantung pada ketersediaan di pasar saat ini. Sebagai contoh, batu yang sangat langka dan baru ditemukan, seperti Painite atau Red Beryl, meskipun mungkin tidak sekeras berlian, nilainya per karat bisa jauh melampaui safir atau rubi biasa karena kelangkaannya yang ekstrem.
Saat mengurutkan berdasarkan nilai jual per karat untuk kualitas batu yang setara (fine quality):
Penting untuk dicatat bahwa batu-batu yang memiliki fenomena optik unik, seperti Alexandrite yang berubah warna atau batu dengan efek "kucing mata" (cat's eye), mendapatkan lonjakan nilai yang menempatkannya di urutan yang lebih tinggi dalam kategori kolektor.
Mengidentifikasi urutan batu permata adalah sebuah seni sekaligus sains. Tidak ada satu tabel tunggal yang mencakup semua kemungkinan, namun pemahaman tentang Kekerasan Mohs dan posisi Berlian, Rubi, serta Safir di puncak hierarki komersial adalah kunci awal. Bagi para penggemar, pesona sebuah batu permata seringkali melampaui sekadar posisinya dalam urutan; keunikan setiap permata yang tercipta melalui proses geologis jutaan tahun itulah yang menjadikannya tak ternilai harganya.