Bacaan Surat Al Kahfi dan Terjemahan Lengkap
Surah Al-Kahfi, yang berarti "Gua", adalah surah ke-18 dalam Al-Qur'an. Terdiri dari 110 ayat, surah Makkiyah ini memiliki posisi istimewa dalam ajaran Islam, terutama karena pesan-pesan mendalam dan kisah-kisah inspiratif yang terkandung di dalamnya. Banyak umat Muslim yang mengamalkan bacaan surat Al-Kahfi setiap hari Jumat, mengikuti anjuran Nabi Muhammad ﷺ, untuk mendapatkan keberkahan dan perlindungan dari fitnah Dajjal.
Artikel ini akan menyajikan bacaan surat Al-Kahfi secara lengkap beserta terjemahan dalam bahasa Indonesia, diikuti dengan penjelasan mendalam mengenai empat kisah utama yang menjadi inti surah ini: Ashabul Kahfi (Penghuni Gua), Kisah Dua Pemilik Kebun, Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir, serta Kisah Dzulqarnain. Kita juga akan mengupas berbagai pelajaran berharga dan fadilah (keutamaan) membaca surah yang mulia ini.
Bacaan Surat Al-Kahfi Lengkap Beserta Terjemahan
(1) ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ ٱلْكِتَٰبَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُۥ عِوَجَا ۜ
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, dan Dia tidak menjadikannya bengkok;
(2) قَيِّمًا لِّيُنذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِّن لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا
Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan (manusia) akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik,
(3) مَّٰكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا
Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.
(4) وَيُنذِرَ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ وَلَدًا
Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata, "Allah mengambil seorang anak."
(5) مَّا لَهُم بِهِۦ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِءَابَآئِهِمْ ۚ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِن أَفْوَٰهِهِمْ ۚ إِن يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا
Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak berkata (sesuatu) kecuali dusta.
(6) فَلَعَلَّكَ بَٰخِعٌ نَّفْسَكَ عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِمْ إِن لَّمْ يُؤْمِنُوا۟ بِهَٰذَا ٱلْحَدِيثِ أَسَفًا
Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati mengikuti jejak mereka, jika mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur'an).
(7) إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى ٱلْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.
(8) وَإِنَّا لَجَٰعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا
Dan Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah yang tandus lagi kering.
(9) أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَٰبَ ٱلْكَهْفِ وَٱلرَّقِيمِ كَانُوا۟ مِنْ ءَايَٰتِنَا عَجَبًا
Atau engkau mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kebesaran Kami yang menakjubkan?
(10) إِذْ أَوَى ٱلْفِتْيَةُ إِلَى ٱلْكَهْفِ فَقَالُوا۟ رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa, "Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)."
(11) فَضَرَبْنَا عَلَىٰٓ ءَاذَانِهِمْ فِى ٱلْكَهْفِ سِنِينَ عَدَدًا
Maka Kami tidurkan mereka dalam gua itu beberapa tahun.
(12) ثُمَّ بَعَثْنَٰهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ ٱلْحِزْبَيْنِ أَحْصَىٰ لِمَا لَبِثُوٓا۟ أَمَدًا
Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu).
(13) نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُم بِٱلْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ ءَامَنُوا۟ بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَٰهُمْ هُدًى
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.
(14) وَرَبَطْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا۟ فَقَالُوا۟ رَبُّنَا رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ لَن نَّدْعُوَا۟ مِن دُونِهِۦٓ إِلَٰهًا ۖ لَّقَدْ قُلْنَآ إِذًا شَطَطًا
Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran."
(15) هَٰٓؤُلَآءِ قَوْمُنَا ٱتَّخَذُوا۟ مِن دُونِهِۦٓ ءَالِهَةً ۖ لَّوْلَا يَأْتُونَ عَلَيْهِم بِسُلْطَٰنٍۭ بَيِّنٍ ۖ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا
Kaum kami ini telah menjadikan tuhan-tuhan selain Dia. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka)? Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah?
(16) وَإِذِ ٱعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ فَأْوُۥٓا۟ إِلَى ٱلْكَهْفِ يَنشُرْ لَكُمْ رَبُّكُم مِّن رَّحْمَتِهِۦ وَيُهَيِّئْ لَكُم مِّنْ أَمْرِكُم مِّرْفَقًا
Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan bagimu tempat yang cocok dalam urusanmu.
(17) وَتَرَى ٱلشَّمْسَ إِذَا طَلَعَت تَّزَٰوَرُ عَن كَهْفِهِمْ ذَاتَ ٱلْيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَت تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ ٱلشِّمَالِ وَهُمْ فِى فَجْوَةٍ مِّنْهُ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ ۗ مَن يَهْدِ ٱللَّهُ فَهُوَ ٱلْمُهْتَدِ ۖ وَمَن يُضْلِلْ فَلَن تَجِدَ لَهُۥ وَلِيًّا مُّرْشِدًا
Dan engkau akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan apabila matahari terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri, sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itulah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
(18) وَتَحْسَبُهُمْ أَيْقَاظًا وَهُمْ رُقُودٌ ۚ وَنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ ٱلْيَمِينِ وَذَاتَ ٱلشِّمَالِ ۖ وَكَلْبُهُم بَٰسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِٱلْوَصِيدِ ۚ لَوِ ٱطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا وَلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا
Dan engkau mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka membentangkan kedua lengannya di ambang pintu. Sekiranya kamu melihat mereka, tentu kamu akan lari tunggang-langgang dari mereka, dan (tentu) kamu akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka.
(19) وَكَذَٰلِكَ بَعَثْنَٰهُمْ لِيَتَسَآءَلُوا۟ بَيْنَهُمْ ۚ قَالَ قَآئِلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ ۖ قَالُوا۟ لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۚ قَالُوا۟ رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ فَٱبْعَثُوٓا۟ أَحَدَكُم بِوَرِقِكُمْ هَٰذِهِۦٓ إِلَى ٱلْمَدِينَةِ فَلْيَنظُرْ أَيُّهَآ أَزْكَىٰ طَعَامًا فَلْيَأْتِكُم بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ أَحَدًا
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Salah seorang di antara mereka berkata, "Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?" Mereka menjawab, "Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari." Berkata (yang lain lagi), "Tuhanmu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia melihat makanan mana yang lebih baik, lalu membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun.
(20) إِنَّهُمْ إِن يَظْهَرُوا۟ عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوكُمْ أَوْ يُعِيدُوكُمْ فِى مِلَّتِهِمْ وَلَن تُفْلِحُوٓا۟ إِذًا أَبَدًا
Sesungguhnya jika mereka (penduduk kota) mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempari kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka; dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya."
(21) وَكَذَٰلِكَ أَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوٓا۟ أَنَّ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقٌّ وَأَنَّ ٱلسَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيهَآ إِذْ يَتَنَٰزَعُونَ بَيْنَهُمُۥٓ أَمْرَهُمْ ۖ فَقَالُوا۟ ٱبْنُوا۟ عَلَيْهِم بُنْيَٰنًا ۖ رَّبُّهُمْ أَعْلَمُ بِهِمْ ۚ قَالَ ٱلَّذِينَ غَلَبُوا۟ عَلَىٰٓ أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِم مَّسْجِدًا
Dan demikian (pula) Kami memperlihatkan (kepada mereka) agar mereka tahu, bahwa janji Allah benar, dan bahwa hari Kiamat itu tidak ada keraguan padanya. Ketika mereka (Ashabul Kahfi) berselisih tentang urusan mereka, mereka berkata, "Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka." Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata, "Kami pasti akan mendirikan sebuah masjid di atas (gua) mereka."
(22) سَيَقُولُونَ ثَلَٰثَةٌ رَّابِعُهُمْ كَلْبُهُمْ وَيَقُولُونَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًۢا بِٱلْغَيْبِ ۖ وَيَقُولُونَ سَبْعَةٌ وَثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ ۚ قُل رَّبِّىٓ أَعْلَمُ بِعِدَّتِهِم مَّا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا قَلِيلٌ ۗ فَلَا تُمَارِ فِيهِمْ إِلَّا مِرَآءً ظَٰهِرًا وَلَا تَسْتَفْتِ فِيهِم مِّنْهُمْ أَحَدًا
Nanti (ada orang yang) akan mengatakan, "(Jumlah mereka) tiga orang, yang keempat adalah anjingnya," dan (yang lain) mengatakan, "(Jumlah mereka) lima orang, yang keenam adalah anjingnya," sebagai terkaan terhadap yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan, "(Jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya." Katakanlah (Muhammad), "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit." Karena itu janganlah engkau (Muhammad) berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan lahir saja, dan jangan engkau menanyakan tentang mereka (kepada siapa pun di antara) mereka.
(23) وَلَا تَقُولَنَّ لِشَا۟ىْءٍ إِنِّى فَاعِلٌ ذَٰلِكَ غَدًا
Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, "Aku pasti melakukan itu besok pagi,"
(24) إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ ۚ وَٱذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰٓ أَن يَهْدِيَنِ رَبِّى لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا
Kecuali (dengan mengatakan), "Insya Allah." Dan ingatlah Tuhanmu apabila engkau lupa, dan katakanlah, "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenaran dari ini."
(25) وَلَبِثُوا۟ فِى كَهْفِهِمْ ثَلَٰثَ مِا۟ئَةٍ سِنِينَ وَٱزْدَادُوا۟ تِسْعًا
Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun.
(26) قُلِ ٱللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثُوا۟ ۖ لَهُۥ غَيْبُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ أَبْصِرْ بِهِۦ وَأَسْمِعْ ۚ مَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَلِىٍّ وَلَا يُشْرِكُ فِى حُكْمِهِۦٓ أَحَدًا
Katakanlah (Muhammad), "Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); milik-Nya semua yang gaib di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tidak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain Dia; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu dalam menetapkan keputusan."
(27) وَٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِن كِتَابِ رَبِّكَ ۖ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَٰتِهِۦ وَلَن تَجِدَ مِن دُونِهِۦ مُلْتَحَدًا
Dan bacakanlah (Muhammad) apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab Tuhanmu (Al-Qur'an). Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan engkau tidak akan menemukan tempat berlindung selain Dia.
(28) وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا
Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya sudah melewati batas.
(29) وَقُلِ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ ۖ فَمَن شَآءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَآءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّآ أَعْتَدْنَا لِلظَّٰلِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِن يَسْتَغِيثُوا۟ يُغَاثُوا۟ بِمَآءٍ كَٱلْمُهْلِ يَشْوِى ٱلْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتْ مُرْتَفَقًا
Dan katakanlah (Muhammad), "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir." Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
(30) إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلًا
Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Kami benar-benar tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.
(31) أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمْ جَنَّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهِمُ ٱلْأَنْهَٰرُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِن ذَهَبٍ وَيَلْبَسُونَ ثِيَابًا خُضْرًا مِّن سُندُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُّتَّكِـِٔينَ فِيهَا عَلَى ٱلْأَرَآئِكِ ۚ نِعْمَ ٱلثَّوَابُ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا
Mereka itulah bagi mereka surga-surga 'Adn, mengalir di bawahnya sungai-sungai; dalam surga itu mereka diberi perhiasan gelang-gelang dari emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutra halus dan sutra tebal, sedang mereka duduk bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah sebaik-baik pahala dan tempat istirahat yang indah.
(32) وَٱضْرِبْ لَهُم مَّثَلًا رَّجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِأَحَدِهِمَا جَنَّتَيْنِ مِنْ أَعْنَٰبٍ وَحَفَفْنَٰهُمَا بِنَخْلٍ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا زَرْعًا
Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan, dua orang laki-laki, Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya dua buah kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan di antara keduanya (kebun itu) Kami buatkan ladang.
(33) كِلْتَا ٱلْجَنَّتَيْنِ ءَاتَتْ أُكُلَهَا وَلَمْ تَظْلِم مِّنْهُ شَيْـًٔا ۚ وَفَجَّرْنَا خِلَٰلَهُمَا نَهَرًا
Kedua kebun itu menghasilkan buahnya, dan tidak kurang sedikit pun (buahnya), dan di antara keduanya Kami alirkan sungai.
(34) وَكَانَ لَهُۥ ثَمَرٌ ۖ فَقَالَ لِصَٰحِبِهِۦ وَهُوَ يُحَاوِرُهُۥٓ أَنَا۠ أَكْثَرُ مِنكَ مَالًا وَأَعَزُّ نَفَرًا
Dan dia mempunyai kekayaan besar. Maka dia berkata kepada temannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengannya, "Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikutku lebih kuat."
(35) وَدَخَلَ جَنَّتَهُۥ وَهُوَ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِۦ قَالَ مَآ أَظُنُّ أَن تَبِيدَ هَٰذِهِۦٓ أَبَدًا
Dan dia memasuki kebunnya dengan zalim terhadap dirinya sendiri (karena angkuh dan kufur); dia berkata, "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya,"
(36) وَمَآ أَظُنُّ ٱلسَّاعَةَ قَآئِمَةً وَلَئِن رُّدِدتُّ إِلَىٰ رَبِّى لَأَجِدَنَّ خَيْرًا مِّنْهَا مُنقَلَبًا
Dan aku tidak mengira hari Kiamat itu akan datang, dan sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada ini."
(37) قَالَ لَهُۥ صَٰحِبُهُۥ وَهُوَ يُحَاوِرُهُۥٓ أَكَفَرْتَ بِٱلَّذِى خَلَقَكَ مِن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّىٰكَ رَجُلًا
Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya ketika bercakap-cakap dengannya, "Apakah engkau ingkar kepada Tuhan yang menciptakan engkau dari tanah, lalu dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan engkau seorang laki-laki yang sempurna?
(38) لَّٰكِنَّا۠ هُوَ ٱللَّهُ رَبِّى وَلَآ أُشْرِكُ بِرَبِّىٓ أَحَدًا
Tetapi aku (percaya bahwa) Dialah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhanku.
(39) وَلَوْلَآ إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَآءَ ٱللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِٱللَّهِ ۚ إِن تَرَنِ أَنَا۠ أَقَلَّ مِنكَ مَالًا وَوَلَدًا
Dan mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan, 'Ma syaa Allah, laa quwwata illaa billaah' (Sungguh, atas kehendak Allah, semua ini terwujud, tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah). Sekiranya engkau menganggap aku lebih sedikit harta dan keturunan daripadamu,
(40) فَعَسَىٰ رَبِّىٓ أَن يُؤْتِيَنِ خَيْرًا مِّن جَنَّتِكَ وَيُرْسِلَ عَلَيْهَا حُسْبَانًا مِّنَ ٱلسَّمَآءِ فَتُصْبِحَ صَعِيدًا زَلَقًا
Maka mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku (kebun) yang lebih baik dari kebunmu (ini); dan Dia mengirimkan kepada kebunmu azab dari langit, sehingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin;
(41) أَوْ يُصْبِحَ مَآؤُهَا غَوْرًا فَلَن تَسْتَطِيعَ لَهُۥ طَلَبًا
Atau airnya menjadi kering, sehingga engkau tidak akan dapat mencarinya lagi."
(42) وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِۦ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلَىٰ مَآ أَنفَقَ فِيهَا وَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا وَيَقُولُ يَٰلَيْتَنِى لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّىٓ أَحَدًا
Dan harta kekayaannya dibinasakan, lalu dia membolak-balikkan kedua telapak tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang telah dia belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur roboh bersama penyangganya (para-para) lalu dia berkata, "Betapa seandainya aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhanku."
(43) وَلَمْ تَكُن لَّهُۥ فِئَةٌ يَنصُرُونَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَمَا كَانَ مُنتَصِرًا
Dan tidak ada lagi baginya segolongan pun yang akan menolongnya selain Allah; dan dia pun tidak akan dapat menolong dirinya sendiri.
(44) هُنَالِكَ ٱلْوَلَٰيَةُ لِلَّهِ ٱلْحَقِّ ۚ هُوَ خَيْرٌ ثَوَابًا وَخَيْرٌ عُقْبًا
Di sana, pertolongan itu hanya dari Allah, Tuhan Yang Maha Benar. Dia adalah sebaik-baik pemberi pahala dan sebaik-baik pemberi balasan.
(45) وَٱضْرِبْ لَهُم مَّثَلَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا كَمَآءٍ أَنزَلْنَٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَٱخْتَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ ٱلرِّيَٰحُ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ مُّقْتَدِرًا
Dan buatkanlah untuk mereka perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air hujan yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
(46) ٱلْمَالُ وَٱلْبَنُونَ زِينَةُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱلْبَٰقِيَاتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.
(47) وَيَوْمَ نُسَيِّرُ ٱلْجِبَالَ وَتَرَى ٱلْأَرْضَ بَارِزَةً وَحَشَرْنَٰهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami perjalankan gunung-gunung dan engkau akan melihat bumi itu rata dan Kami kumpulkan mereka (seluruh manusia), dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka.
(48) وَعُرِضُوا۟ عَلَىٰ رَبِّكَ صَفًّا لَّقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَٰكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ ۚ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّن نَّجْعَلَ لَكُم مَّوْعِدًا
Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. (Allah berfirman), "Sungguh, kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada pertama kali; bahkan kamu menganggap bahwa Kami tidak akan menetapkan waktu (bertemu) bagimu."
(49) وَوُضِعَ ٱلْكِتَٰبُ فَتَرَى ٱلْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَٰوَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا ٱلْكِتَٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّآ أَحْصَىٰهَا ۚ وَوَجَدُوا۟ مَا عَمِلُوا۟ حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
Dan diletakkanlah Kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang-orang yang berdosa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya," dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang pun.
(50) وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِءَادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ ٱلْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِۦٓ ۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُۥ وَذُرِّيَّتَهُۥٓ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِى وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ ۚ بِئْسَ لِلظَّٰلِمِينَ بَدَلًا
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam," maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka dia mendurhakai perintah Tuhannya. Pantaskah kamu menjadikan dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain Aku, padahal mereka adalah musuhmu? Sangat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang yang zalim.
(51) مَّآ أَشْهَدتُّهُمْ خَلْقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَلَا خَلْقَ أَنفُسِهِمْ وَمَا كُنتُ مُتَّخِذَ ٱلْمُضِلِّينَ عَضُدًا
Aku tidak menghadirkan mereka (iblis dan keturunannya) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan Aku tidak akan menjadikan orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong.
(52) وَيَوْمَ يَقُولُ نَادُوا۟ شُرَكَآءِىَ ٱلَّذِينَ زَعَمْتُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُوا۟ لَهُمْ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُم مَّوْبِقًا
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Dia berfirman, "Panggillah olehmu sekutu-sekutu-Ku yang kamu sangka itu." Lalu mereka memanggilnya, tetapi sekutu-sekutu itu tidak menyambut (panggilan) mereka, dan Kami adakan di antara mereka tempat kebinasaan (neraka).
(53) وَرَأَى ٱلْمُجْرِمُونَ ٱلنَّارَ فَظَنُّوٓا۟ أَنَّهُم مُّوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا۟ عَنْهَا مَصْرِفًا
Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, lalu mereka yakin bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling darinya.
(54) وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِى هَٰذَا ٱلْقُرْءَانِ لِلنَّاسِ مِن كُلِّ مَثَلٍ ۚ وَكَانَ ٱلْإِنسَٰنُ أَكْثَرَ شَىْءٍ جَدَلًا
Dan sungguh, dalam Al-Qur'an ini telah Kami jelaskan berulang-ulang kepada manusia segala macam perumpamaan. Tetapi manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.
(55) وَمَا مَنَعَ ٱلنَّاسَ أَن يُؤْمِنُوٓا۟ إِذْ جَآءَهُمُ ٱلْهُدَىٰ وَيَسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّهُمْ إِلَّآ أَن تَأْتِيَهُمْ سُنَّةُ ٱلْأَوَّلِينَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ ٱلْعَذَابُ قُبُلًا
Dan tidak ada yang menghalangi manusia untuk beriman ketika petunjuk telah datang kepada mereka, dan tidak (pula) memohon ampun kepada Tuhannya, kecuali (keinginan menanti) datangnya kebiasaan (Allah yang berlaku pada) umat-umat yang dahulu atau datangnya azab atas mereka secara langsung.
(56) وَمَا نُرْسِلُ ٱلْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ ۚ وَيُجَٰدِلُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِٱلْبَٰطِلِ لِيُدْحِضُوا۟ بِهِ ٱلْحَقَّ ۖ وَٱتَّخَذُوٓا۟ ءَايَٰتِى وَمَآ أُنذِرُوا۟ هُزُوًا
Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul itu melainkan sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan (cara) yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan kebenaran, dan mereka menganggap remeh ayat-ayat-Ku dan apa yang diperingatkan kepada mereka.
(57) وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِۦ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِىَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ ۚ إِنَّا جَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَن يَفْقَهُوهُ وَفِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَقْرًا ۖ وَإِن تَدْعُهُمْ إِلَى ٱلْهُدَىٰ فَلَن يَهْتَدُوٓا۟ إِذًا أَبَدًا
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling darinya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sungguh, Kami telah menjadikan hati mereka tertutup, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan telinga mereka tersumbat. Kalaupun engkau (Muhammad) menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk untuk selama-lamanya.
(58) وَرَبُّكَ ٱلْغَفُورُ ذُو ٱلرَّحْمَةِ ۖ لَوْ يُؤَاخِذُهُم بِمَا كَسَبُوا۟ لَعَجَّلَ لَهُمُ ٱلْعَذَابَ ۚ بَل لَّهُم مَّوْعِدٌ لَّن يَجِدُوا۟ مِن دُونِهِۦ مَوْئِلًا
Dan Tuhanmulah Yang Maha Pengampun, memiliki rahmat. Sekiranya Dia hendak menyiksa mereka karena perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan azab bagi mereka. Tetapi bagi mereka ada waktu tertentu (untuk mendapat azab) yang sekali-kali mereka tidak akan menemukan tempat berlindung dari-Nya.
(59) وَتِلْكَ ٱلْقُرَىٰٓ أَهْلَكْنَٰهُمْ لَمَّا ظَلَمُوا۟ وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِم مَّوْعِدًا
Dan (penduduk) negeri-negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu untuk kebinasaan mereka.
(60) وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَىٰهُ لَآ أَبْرَحُ حَتَّىٰٓ أَبْلُغَ مَجْمَعَ ٱلْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِىَ حُقُبًا
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan berjalan terus sampai bertahun-tahun."
(61) فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوتَهُمَا فَٱتَّخَذَ سَبِيلَهُۥ فِى ٱلْبَحْرِ سَرَبًا
Maka ketika mereka sampai ke pertemuan dua laut itu, mereka lupa akan ikannya, lalu ikan itu melesat mengambil jalannya ke laut.
(62) فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتَىٰهُ ءَاتِنَا غَدَآءَنَا لَقَدْ لَقِينَا مِن سَفَرِنَا هَٰذَا نَصَبًا
Maka ketika mereka telah melewati (tempat itu), Musa berkata kepada pembantunya, "Bawalah kemari makanan kita; sungguh kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini."
(63) قَالَ أَرَءَيْتَ إِذْ أَوَيْنَآ إِلَى ٱلصَّخْرَةِ فَإِنِّى نَسِيتُ ٱلْحُوتَ وَمَآ أَنسَىٰنِيهُ إِلَّا ٱلشَّيْطَٰنُ أَنْ أَذْكُرَهُۥ ۚ وَٱتَّخَذَ سَبِيلَهُۥ فِى ٱلْبَحْرِ عَجَبًا
Dia (pembantunya) menjawab, "Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang membuat aku lupa untuk mengingatnya kecuali setan, dan (ikan) itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali."
(64) قَالَ ذَٰلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ ۚ فَٱرْتَدَّا عَلَىٰٓ ءَاثَارِهِمَا قَصَصًا
Dia (Musa) berkata, "Itulah (tempat) yang kita cari." Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
(65) فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ ءَاتَيْنَٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَعَلَّمْنَٰهُ مِن لَّدُنَّا عِلْمًا
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
(66) قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰ هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰٓ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا
Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu) yang benar di antara ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
(67) قَالَ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِىَ صَبْرًا
Dia (Khidir) menjawab, "Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku.
(68) وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَىٰ مَا لَمْ تُحِطْ بِهِۦ خُبْرًا
Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu yang engkau belum mengetahuinya secara terang?"
(69) قَالَ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ صَابِرًا وَلَآ أَعْصِى لَكَ أَمْرًا
Dia (Musa) berkata, "Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apa pun."
(70) قَالَ فَإِنِ ٱتَّبَعْتَنِى فَلَا تَسْـَٔلْنِى عَن شَىْءٍ حَتَّىٰٓ أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا
Dia (Khidir) berkata, "Jika engkau mengikutiku, maka janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun, sampai aku sendiri yang menerangkannya kepadamu."
(71) فَٱنطَلَقَا حَتَّىٰٓ إِذَا رَكِبَا فِى ٱلسَّفِينَةِ خَرَقَهَا ۖ قَالَ أَهْوَ لِخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا لَقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا إِمْرًا
Maka berjalanlah keduanya; hingga ketika mereka menaiki perahu lalu dia melubanginya. Musa berkata, "Mengapa engkau melubangi perahu itu, apakah untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh, engkau telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar."
(72) قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِىَ صَبْرًا
Dia (Khidir) berkata, "Bukankah sudah kukatakan, bahwa sesungguhnya engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku?"
(73) قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِى بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرْهِقْنِى مِنْ أَمْرِى عُسْرًا
Dia (Musa) berkata, "Janganlah engkau menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah engkau membebaniku kesulitan dalam urusanku."
(74) فَٱنطَلَقَا حَتَّىٰٓ إِذَا لَقِيَا غُلَٰمًا فَقَتَلَهُۥ ۖ قَالَ أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ لَّقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا نُّكْرًا
Maka berjalanlah keduanya; hingga ketika mereka berjumpa dengan seorang anak muda, maka dia membunuhnya. Musa berkata, "Mengapa engkau membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh, engkau telah melakukan sesuatu yang mungkar."
(75) قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكَ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِىَ صَبْرًا
Dia (Khidir) berkata, "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku?"
(76) قَالَ إِن سَأَلْتُكَ عَن شَىْءٍۭ بَعْدَهَا فَلَا تُصَٰحِبْنِى ۖ قَدْ بَلَغْتَ مِن لَّدُنِّى عُذْرًا
Dia (Musa) berkata, "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, maka janganlah engkau memperbolehkan aku menyertaimu. Sesungguhnya engkau sudah cukup (bersabar) memberiku alasan."
(77) فَٱنطَلَقَا حَتَّىٰٓ إِذَآ أَتَيَآ أَهْلَ قَرْيَةٍ ٱسْتَطْعَمَآ أَهْلَهَا فَأَبَوْا۟ أَن يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَن يَنقَضَّ فَأَقَامَهُۥ ۖ قَالَ لَوْ شِئْتَ لَتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا
Maka berjalanlah keduanya; hingga ketika mereka sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka meminta dijamu oleh penduduknya, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, lalu mereka mendapati di sana dinding rumah yang roboh, lalu dia (Khidir) menegakkannya. Musa berkata, "Sekiranya engkau mau, niscaya engkau dapat meminta upah untuk itu."
(78) قَالَ هَٰذَا فِرَاقُ بَيْنِى وَبَيْنِكَ ۚ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِع عَّلَيْهِ صَبْرًا
Dia (Khidir) berkata, "Inilah perpisahan antara aku dengan engkau; aku akan memberitahukan kepadamu makna dari apa yang engkau tidak sanggup bersabar atasnya."
(79) أَمَّا ٱلسَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَٰكِينَ يَعْمَلُونَ فِى ٱلْبَحْرِ فَأَرَدتُّ أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَآءَهُم مَّلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا
Adapun perahu itu adalah milik orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bermaksud merusaknya, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang selalu merampas setiap perahu.
(80) وَأَمَّا ٱلْغُلَٰمُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَآ أَن يُرْهِقَهُمَا طُغْيَٰنًا وَكُفْرًا
Dan adapun anak muda itu, kedua orang tuanya mukmin, dan kami khawatir dia akan mendorong kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekufuran.
(81) فَأَرَدْنَآ أَن يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِّنْهُ زَكَوٰةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا
Maka kami menghendaki, Tuhan mereka menggantinya dengan (seorang anak) yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu dan lebih sayang (kepada ibu bapaknya).
(82) وَأَمَّا ٱلْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَٰمَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِى ٱلْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُۥ كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَٰلِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبْلُغَآ أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزَهُمَا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُۥ عَنْ أَمْرِى ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِع عَّلَيْهِ صَبْرًا
Dan adapun dinding itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayah mereka adalah orang saleh. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Itulah makna (takwil) perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya.
(83) وَيَسْـَٔلُونَكَ عَن ذِى ٱلْقَرْنَيْنِ ۖ قُلْ سَأَتْلُوا۟ عَلَيْكُم مِّنْهُ ذِكْرًا
Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Zulkarnain. Katakanlah, "Aku akan bacakan kepadamu sebagian dari kisahnya."
(84) إِنَّا مَكَّنَّا لَهُۥ فِى ٱلْأَرْضِ وَءَاتَيْنَٰهُ مِن كُلِّ شَىْءٍ سَبَبًا
Sungguh, Kami telah memberi kedudukan kepadanya di bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan untuk mencapai segala sesuatu.
(85) فَأَتْبَعَ سَبَبًا
Maka dia menempuh suatu jalan.
(86) حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ ٱلشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِى عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِندَهَا قَوْمًا ۗ قُلْنَا يَٰذَا ٱلْقَرْنَيْنِ إِمَّآ أَن تُعَذِّبَ وَإِمَّآ أَن تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا
Hingga apabila dia sampai di tempat terbenam matahari, dia melihatnya (matahari) terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan di sana ditemukannya suatu kaum (yang kafir). Kami berfirman, "Wahai Zulkarnain! Engkau boleh menyiksa atau berbuat kebaikan kepada mereka."
(87) قَالَ أَمَّا مَن ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهُۥ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَىٰ رَبِّهِۦ فَيُعَذِّبُهُۥ عَذَابًا نُّكْرًا
Dia (Zulkarnain) berkata, "Barangsiapa berbuat zalim, kami akan menyiksanya, kemudian dia akan dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang sangat pedih.
(88) وَأَمَّا مَنْ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًا فَلَهُۥ جَزَآءً ٱلْحُسْنَىٰ ۖ وَسَنَقُولُ لَهُۥ مِنْ أَمْرِنَا يُسْرًا
Adapun orang yang beriman dan beramal saleh, baginya ada balasan yang terbaik, dan kami akan mengatakan kepadanya (perintah) yang mudah dari urusan kami."
(89) ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا
Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain).
(90) حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ مَطْلِعَ ٱلشَّمْسِ وَجَدَهَا تَطْلُعُ عَلَىٰ قَوْمٍ لَّمْ نَجْعَل لَّهُم مِّن دُونِهَا سِتْرًا
Hingga apabila dia sampai di tempat terbit matahari, dia mendapatinya (matahari) bersinar di atas suatu kaum yang tidak Kami buatkan bagi mereka pelindung dari (cahaya) matahari itu.
(91) كَذَٰلِكَ ۖ وَقَدْ أَحَطْنَا بِمَا لَدَيْهِ خُبْرًا
Demikianlah, dan sesungguhnya Kami mengetahui semua yang ada padanya.
(92) ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا
Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi).
(93) حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ بَيْنَ ٱلسَّدَّيْنِ وَجَدَ مِن دُونِهِمَا قَوْمًا لَّا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا
Hingga apabila dia sampai di antara dua gunung, dia mendapati di belakang keduanya suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan.
(94) قَالُوا۟ يَٰذَا ٱلْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِى ٱلْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَىٰٓ أَن تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا
Mereka berkata, "Wahai Zulkarnain! Sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj adalah pembuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami memberimu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?"
(95) قَالَ مَا مَكَّنِّى فِيهِ رَبِّى خَيْرٌ فَأَعِينُونِى بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا
Dia (Zulkarnain) berkata, "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku lebih baik (dari imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka."
(96) ءَاتُونِى زُبَرَ ٱلْحَدِيدِ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا سَاوَىٰ بَيْنَ ٱلصَّدَفَيْنِ قَالَ ٱنفُخُوا۟ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَعَلَهُۥ نَارًا قَالَ ءَاتُونِىٓ أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا
"Berilah aku potongan-potongan besi!" Hingga apabila (potongan) besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, dia (Zulkarnain) berkata, "Tiup (api itu)!" Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu)."
(97) فَمَا ٱسْطَٰعُوٓا۟ أَن يَظْهَرُوهُ وَمَا ٱسْتَطَٰعُوا۟ لَهُۥ نَقْبًا
Maka mereka (Ya'juj dan Ma'juj) tidak dapat mendakinya dan tidak dapat pula melubanginya.
(98) قَالَ هَٰذَا رَحْمَةٌ مِّن رَّبِّى ۖ فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ رَبِّى جَعَلَهُۥ دَكَّآءَ ۖ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّى حَقًّا
Dia (Zulkarnain) berkata, "Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila janji Tuhanku tiba, Dia akan menghancurleburkannya; dan janji Tuhanku itu benar."
(99) وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَئِذٍ يَمُوجُ فِى بَعْضٍ ۖ وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَجَمَعْنَٰهُمْ جَمْعًا
Dan pada hari itu Kami biarkan mereka (Ya'juj dan Ma'juj) berbaur antara satu dengan yang lain, dan sangkakala ditiup, lalu Kami kumpulkan mereka semua.
(100) وَعَرَضْنَا جَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لِّلْكَٰفِرِينَ عَرْضًا
Dan pada hari itu Kami perlihatkan neraka Jahanam kepada orang-orang kafir secara terang-terangan,
(101) ٱلَّذِينَ كَانَتْ أَعْيُنُهُمْ فِى غِطَآءٍ عَن ذِكْرِى وَكَانُوا۟ لَا يَسْتَطِيعُونَ سَمْعًا
Yaitu orang-orang yang mata (hati)nya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda (kekuasaan)-Ku, dan mereka tidak sanggup mendengar.
(102) أَفَحَسِبَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَن يَتَّخِذُوا۟ عِبَادِى مِن دُونِىٓ أَوْلِيَآءَ ۚ إِنَّآ أَعْتَدْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَٰفِرِينَ نُزُلًا
Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sungguh, Kami telah menyediakan neraka Jahanam sebagai tempat tinggal bagi orang-orang kafir.
(103) قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِٱلْأَخْسَرِينَ أَعْمَٰلًا
Katakanlah (Muhammad), "Maukah Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya?"
(104) ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Yaitu orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
(105) أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمْ وَلِقَآئِهِۦ فَحَبِطَتْ أَعْمَٰلُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ وَزْنًا
Mereka itu adalah orang yang mengingkari ayat-ayat Tuhan mereka dan (ingkar terhadap) pertemuan dengan Dia. Maka sia-sia seluruh amal mereka, dan Kami tidak memberikan penimbangan (amal) sedikit pun bagi mereka pada hari Kiamat.
(106) ذَٰلِكَ جَزَآؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا۟ وَٱتَّخَذُوٓا۟ ءَايَٰتِى وَرُسُلِى هُزُوًا
Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahanam, disebabkan kekafiran mereka dan karena mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olokan.
(107) إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّٰتُ ٱلْفِرْدَوْسِ نُزُلًا
Sungguh, orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus sebagai tempat tinggal,
(108) خَٰلِدِينَ فِيهَا لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلًا
Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari sana.
(109) قُل لَّوْ كَانَ ٱلْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمَٰتِ رَبِّى لَنَفِدَ ٱلْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَٰتُ رَبِّى وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِۦ مَدَدًا
Katakanlah (Muhammad), "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)."
(110) قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًا
Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa." Barangsiapa berharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah dia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.
Empat Kisah Utama dalam Surah Al-Kahfi: Pelajaran Hidup dan Hikmah
Surah Al-Kahfi adalah permata hikmah yang menuturkan empat kisah fundamental. Setiap kisah bukan sekadar narasi masa lalu, melainkan metafora abadi yang berbicara tentang berbagai fitnah (ujian) kehidupan: fitnah agama (keimanan), fitnah harta, fitnah ilmu, dan fitnah kekuasaan. Memahami keempat kisah ini akan membuka gerbang pemahaman kita terhadap esensi Surah Al-Kahfi dan bagaimana ia mempersiapkan kita menghadapi tantangan zaman, terutama fitnah Dajjal.
1. Kisah Ashabul Kahfi (Penghuni Gua): Fitnah Agama/Keimanan
Kisah ini menceritakan tentang beberapa pemuda yang beriman teguh kepada Allah di tengah masyarakat yang menyembah berhala dan dipimpin oleh seorang raja zalim bernama Decius (atau Dido dalam beberapa riwayat). Ketika iman mereka terancam, mereka memilih untuk melarikan diri dan mencari perlindungan di sebuah gua.
Di dalam gua tersebut, dengan kehendak Allah, mereka tertidur selama 309 tahun. Selama periode itu, tubuh mereka dibolak-balikkan oleh Allah agar tidak rusak, dan anjing peliharaan mereka, Qitmir, setia menjaga di ambang gua. Ketika mereka terbangun, mereka mengira hanya tertidur sehari atau sebagian hari. Salah satu dari mereka kemudian dikirim ke kota untuk membeli makanan, dan di sanalah terungkap bahwa dunia telah berubah drastis.
Pelajaran dari Kisah Ashabul Kahfi:
- Keteguhan Iman: Kisah ini adalah simbol kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi penindasan. Para pemuda memilih meninggalkan kenyamanan dunia demi mempertahankan akidah mereka.
- Pertolongan Allah: Allah SWT melindungi mereka dengan cara yang luar biasa, membuat mereka tidur berabad-abad dan menjaga mereka dari kerusakan. Ini menunjukkan bahwa pertolongan Allah selalu dekat bagi hamba-Nya yang bertawakal.
- Kuasa Allah atas Waktu dan Kematian: Tidur selama berabad-abad dan kemudian terbangun adalah demonstrasi kekuasaan Allah atas waktu dan kemampuan-Nya untuk menghidupkan kembali orang mati, sebuah bukti nyata akan hari kebangkitan.
- Pentingnya Lingkungan Baik: Para pemuda ini menguatkan satu sama lain dalam keimanan, menunjukkan pentingnya berkumpul dengan orang-orang saleh untuk menjaga iman.
- Fitnah Dajjal: Kisah ini secara khusus dihubungkan dengan perlindungan dari fitnah Dajjal karena Dajjal akan mengklaim kekuasaan atas waktu dan kehidupan. Kisah Ashabul Kahfi mengingatkan bahwa hanya Allah yang memegang kendali penuh atas segala hal.
"Rabbana atina milladunka rahmatan wa hayyi' lana min amrina rashada."
"Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." (QS. Al-Kahfi: 10)
Doa para pemuda ini mencerminkan tawakal dan permintaan petunjuk yang lurus dalam menghadapi cobaan, sebuah teladan bagi kita di setiap kesulitan.
2. Kisah Dua Pemilik Kebun: Fitnah Harta
Kisah berikutnya adalah tentang dua orang laki-laki, salah satunya kaya raya dengan dua kebun anggur dan kurma yang subur, mengalir sungai di tengahnya. Namun, ia menjadi sombong dan lupa diri, mengira kekayaannya akan kekal dan tidak percaya pada hari Kiamat. Ia bahkan meremehkan temannya yang mukmin dan sederhana.
Temannya yang mukmin menasihatinya untuk bersyukur kepada Allah dan mengucapkan "Masya Allah, La Quwwata Illa Billah" (Apa yang dikehendaki Allah, tidak ada kekuatan kecuali dengan Allah) ketika melihat kebunnya. Namun, si kaya menolak nasihat tersebut dan tetap sombong.
Akhirnya, Allah mengazab kebunnya dengan badai yang dahsyat, menghancurkan segalanya hingga menjadi tanah tandus. Si kaya menyesali perbuatannya, tetapi penyesalan itu datang terlambat.
Pelajaran dari Kisah Dua Pemilik Kebun:
- Harta adalah Ujian: Kekayaan adalah ujian keimanan. Dapat membuat seseorang sombong, lupa diri, dan ingkar terhadap Tuhan.
- Pentingnya Bersyukur dan Tawakal: Nasihat "Masya Allah, La Quwwata Illa Billah" adalah pengingat bahwa semua karunia datang dari Allah dan kekuatan sejati hanya milik-Nya.
- Kesombongan Menjerumuskan: Sifat angkuh dan meremehkan orang lain karena harta adalah dosa besar yang akan membawa kepada kehancuran.
- Kekayaan Dunia Bersifat Sementara: Kisah ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu di dunia ini fana. Kebun yang subur dapat musnah dalam sekejap, menunjukkan ketidakpastian duniawi.
- Peringatan akan Hari Kiamat: Si kaya yang tidak percaya pada hari Kiamat adalah contoh orang yang lalai akan kehidupan akhirat, yang merupakan kerugian terbesar.
"Al-Mal wal Banun zinatul hayatid dunya wal baqiyatus salihat khairun 'inda Rabbika tsawaban wa khairun amala."
"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (QS. Al-Kahfi: 46)
Ayat ini menegaskan bahwa nilai sejati tidak terletak pada harta atau keturunan, melainkan pada amal saleh yang kekal.
3. Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir: Fitnah Ilmu
Kisah ini mengisahkan perjalanan Nabi Musa AS dalam mencari ilmu dari seorang hamba Allah yang saleh, yaitu Nabi Khidir (walaupun namanya tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur'an, banyak riwayat menyebutkannya). Nabi Musa diizinkan mengikuti Khidir dengan syarat tidak bertanya apa pun sampai Khidir sendiri yang menjelaskannya.
Selama perjalanan, Khidir melakukan tiga tindakan yang secara lahiriah tampak salah atau kejam:
- Melubangi Perahu: Mereka menaiki perahu milik orang miskin, lalu Khidir melubanginya. Nabi Musa protes karena tindakan itu membahayakan penumpang.
- Membunuh Anak Muda: Mereka bertemu seorang anak muda, lalu Khidir membunuhnya. Nabi Musa sangat marah dan protes keras.
- Mendirikan Dinding: Di sebuah desa yang enggan menjamu mereka, Khidir memperbaiki dinding yang hampir roboh tanpa meminta upah. Nabi Musa lagi-lagi protes, menganggap Khidir seharusnya meminta upah.
Pada setiap protes Musa, Khidir mengingatkan janji Musa untuk tidak bertanya. Akhirnya, Khidir menjelaskan makna di balik setiap perbuatannya:
- Perahu: Raja zalim akan merampas semua perahu yang baik. Dengan melubangi perahu itu, Khidir "merusaknya" agar tidak dirampas raja, sehingga orang miskin pemilik perahu dapat memperbaikinya nanti dan terus mencari nafkah.
- Anak Muda: Anak itu ditakdirkan menjadi orang kafir yang akan menyusahkan kedua orang tuanya yang mukmin. Allah menghendaki mereka diganti dengan anak yang lebih saleh dan penyayang.
- Dinding: Di bawah dinding itu ada harta milik dua anak yatim yang ayahnya saleh. Allah menghendaki harta itu tetap tersembunyi sampai mereka dewasa dan dapat mengambilnya.
Pelajaran dari Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir:
- Keterbatasan Ilmu Manusia: Kisah ini menunjukkan bahwa ilmu manusia sangat terbatas, dan ada ilmu yang hanya diketahui oleh Allah atau orang-orang pilihan-Nya. Apa yang terlihat buruk di permukaan bisa jadi mengandung kebaikan besar di balik tabir takdir.
- Pentingnya Kesabaran: Nabi Musa, meskipun seorang nabi ulul azmi, diuji kesabarannya. Ini mengajarkan kita untuk bersabar dan tidak tergesa-gesa menilai sesuatu berdasarkan pandangan lahiriah.
- Hikmah di Balik Takdir: Banyak peristiwa yang kita anggap musibah atau kemalangan ternyata memiliki hikmah dan kebaikan tersembunyi dari Allah.
- Merendahkan Diri dalam Menuntut Ilmu: Meskipun Musa adalah seorang nabi yang mulia, beliau rela merendahkan diri untuk menuntut ilmu dari Khidir, menunjukkan pentingnya tawadhu' (kerendahan hati) dalam mencari pengetahuan.
- Allah Maha Mengetahui dan Maha Adil: Keputusan Allah untuk mengambil nyawa anak itu atau melindungi harta anak yatim menunjukkan keadilan dan pengetahuan-Nya yang sempurna tentang masa depan.
"Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu yang engkau belum mengetahuinya secara terang?" (QS. Al-Kahfi: 68)
Ayat ini menjadi pengingat bagi kita agar tidak mudah menghakimi sesuatu tanpa pengetahuan yang utuh, dan untuk selalu berprasangka baik terhadap takdir Allah.
4. Kisah Dzulqarnain: Fitnah Kekuasaan
Kisah keempat adalah tentang Dzulqarnain, seorang raja perkasa yang diberi kekuasaan besar oleh Allah untuk menaklukkan bumi. Ia melakukan tiga perjalanan besar:
- Perjalanan ke Barat: Dia mencapai tempat terbenamnya matahari, di mana ia menemukan kaum yang fasik. Allah memberinya pilihan untuk menghukum atau berbuat baik kepada mereka. Dzulqarnain memilih untuk menghukum yang zalim dan memberi kemudahan bagi yang beriman.
- Perjalanan ke Timur: Dia sampai di tempat terbitnya matahari, menemukan kaum yang hidup sederhana dan belum mengenal peradaban. Ia tidak menghukum mereka karena mereka bukan ancaman.
- Perjalanan ke Antara Dua Gunung: Dia tiba di antara dua gunung, di mana ia bertemu kaum yang tidak mengerti banyak bahasa. Mereka mengeluhkan tentang Ya'juj dan Ma'juj (Gog dan Magog) yang selalu berbuat kerusakan di bumi dan meminta Dzulqarnain membangun penghalang.
Dengan kekuatan yang diberikan Allah dan bantuan kaum tersebut, Dzulqarnain membangun sebuah benteng yang sangat kokoh dari besi dan tembaga cair untuk menghalangi Ya'juj dan Ma'juj. Dia menolak imbalan karena percaya bahwa kekuasaan dan harta dari Allah sudah lebih dari cukup. Setelah selesai, ia berkata bahwa benteng itu adalah rahmat dari Tuhannya, dan akan hancur ketika janji Tuhannya tiba (mendekati hari Kiamat).
Pelajaran dari Kisah Dzulqarnain:
- Kekuasaan adalah Amanah: Dzulqarnain adalah contoh pemimpin yang saleh, menggunakan kekuasaannya untuk kebaikan, menegakkan keadilan, dan menolong yang lemah, bukan untuk kesombongan pribadi.
- Tidak Mengambil Imbalan untuk Kebaikan: Dzulqarnain menolak imbalan dari kaum yang dibantunya, menunjukkan keikhlasan dalam beramal dan bahwa kekayaan sejati adalah apa yang datang dari Allah.
- Penggunaan Kekuatan untuk Perdamaian: Kekuasaannya digunakan untuk membangun, melindungi, dan membawa ketertiban, bukan untuk menindas atau meluaskan wilayah secara zalim.
- Kerendahan Hati dan Mengembalikan Segala kepada Allah: Meskipun memiliki kekuatan besar, Dzulqarnain selalu mengakui bahwa semua itu berasal dari rahmat Allah dan akan berakhir sesuai kehendak-Nya ("Ini adalah rahmat dari Tuhanku").
- Tanda-tanda Akhir Zaman: Kisah benteng Ya'juj dan Ma'juj adalah salah satu tanda besar kiamat, mengingatkan kita akan akhirat dan kepastian janji Allah.
"Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila janji Tuhanku tiba, Dia akan menghancurleburkannya; dan janji Tuhanku itu benar." (QS. Al-Kahfi: 98)
Ayat ini mengajarkan kita untuk selalu bersandar pada kehendak Allah dalam segala urusan, terutama ketika memiliki kekuasaan dan kekuatan.
Fadilah (Keutamaan) Membaca Surah Al-Kahfi
Membaca Surah Al-Kahfi memiliki banyak keutamaan, terutama jika diamalkan pada hari Jumat. Beberapa fadilahnya antara lain:
- Penerangan Cahaya di Hari Kiamat: Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda, "Barangsiapa membaca Surah Al-Kahfi pada hari Jumat, ia akan diterangi cahaya antara dua Jumat." (HR. An-Nasai, Al-Hakim, Baihaqi). Cahaya ini tidak hanya bersifat fisik tetapi juga spiritual, menerangi jalan kebenaran bagi pembacanya.
- Perlindungan dari Fitnah Dajjal: Salah satu keutamaan paling terkenal adalah perlindungan dari fitnah Dajjal. Nabi Muhammad ﷺ bersabda, "Barangsiapa menghafal sepuluh ayat pertama dari Surah Al-Kahfi, dia akan dilindungi dari Dajjal." (HR. Muslim). Dalam riwayat lain disebutkan, "Barangsiapa membaca Surah Al-Kahfi pada hari Jumat, maka dia akan dipancarkan cahaya di bawah kakinya hingga ke langit, yang akan menyinarinya pada hari kiamat, dan diampuni dosanya di antara dua Jumat." (HR. Ibnu Mardawaih).
- Ketenteraman Hati dan Jiwa: Dengan merenungi kisah-kisah di dalamnya, pembaca akan mendapatkan ketenangan hati dan pencerahan jiwa, menyadari bahwa setiap ujian adalah bagian dari rencana Ilahi dan bahwa pertolongan Allah selalu ada.
- Pengingat akan Akhirat: Surah ini juga mengingatkan akan kehidupan akhirat, hari perhitungan, dan balasan bagi amal perbuatan, sehingga memotivasi kita untuk terus berbuat kebajikan.
- Menjauhkan dari Sifat Sombong dan Kufur Nikmat: Kisah dua pemilik kebun mengajarkan pentingnya bersyukur dan menghindari kesombongan, sementara kisah Ashabul Kahfi mengajarkan keteguhan iman di tengah godaan dunia.
Pelajaran Umum dan Refleksi dari Surah Al-Kahfi
Selain hikmah dari masing-masing kisah, Surah Al-Kahfi secara keseluruhan membawa beberapa pelajaran fundamental yang sangat relevan untuk kehidupan Muslim modern:
- Ujian Hidup adalah Keniscayaan: Keempat kisah dalam surah ini mewakili empat jenis ujian utama yang akan dihadapi manusia: ujian keimanan (Ashabul Kahfi), ujian harta (Dua Pemilik Kebun), ujian ilmu (Musa dan Khidir), dan ujian kekuasaan (Dzulqarnain). Surah ini mempersiapkan kita untuk menghadapi berbagai fitnah dunia.
- Pentingnya Tawakal kepada Allah: Dalam setiap situasi sulit, baik itu ancaman terhadap iman, kehilangan harta, kebingungan ilmu, atau tanggung jawab kekuasaan, kuncinya adalah bertawakal penuh kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya.
- Kerendahan Hati (Tawadhu'): Baik dalam kepemilikan harta, ilmu, maupun kekuasaan, sikap rendah hati adalah esensial. Kisah si pemilik kebun yang sombong dan Nabi Musa yang rela belajar dari Khidir adalah contoh nyata.
- Dampak Dosa Syirik: Surah ini berulang kali menekankan bahaya syirik (menyekutukan Allah) dan pentingnya mengesakan Allah dalam segala aspek kehidupan. Hal ini terlihat dari awal surah yang mengutuk orang yang mengklaim Allah memiliki anak, hingga penutup surah yang menegaskan bahwa hanya Allah-lah Tuhan yang patut disembah.
- Optimisme dan Harapan: Meskipun Surah Al-Kahfi banyak membahas ujian, ia juga dipenuhi dengan janji-janji pertolongan Allah bagi orang-orang beriman dan ganjaran surga bagi mereka yang beramal saleh. Ini menumbuhkan optimisme dan harapan di hati Muslim.
- Ingat Akhirat dan Hari Kiamat: Surah ini secara tegas menyebutkan hari Kiamat, hari perhitungan amal, dan balasan surga atau neraka, berfungsi sebagai pengingat konstan akan tujuan akhir kehidupan.
- Pentingnya Zikir (Mengingat Allah): Perintah untuk selalu mengingat Allah, terutama dengan ucapan "Insya Allah" ketika berjanji, dan "Masya Allah, La Quwwata Illa Billah" ketika melihat karunia, menegaskan sentralitas zikir dalam menjaga keimanan.
Cara Mengamalkan dan Merenungkan Surah Al-Kahfi
Membaca Surah Al-Kahfi bukan hanya sekadar melafalkan ayat-ayatnya, tetapi juga merenungi makna dan mengambil pelajaran darinya. Berikut beberapa cara mengamalkan surah ini:
- Membaca Setiap Jumat: Usahakan untuk membaca Surah Al-Kahfi setiap hari Jumat, baik seluruhnya maupun sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir, sesuai anjuran Nabi Muhammad ﷺ. Waktu membaca yang disarankan adalah dari terbenam matahari hari Kamis hingga terbenam matahari hari Jumat.
- Mempelajari Tafsirnya: Luangkan waktu untuk mempelajari tafsir atau penjelasan makna dari setiap ayat dan kisah-kisah di dalamnya. Pemahaman yang mendalam akan menguatkan iman dan memberikan hikmah.
- Merenungkan Pelajaran Kisah: Setelah membaca atau mendengar kisah-kisah tersebut, renungkan bagaimana pelajaran dari Ashabul Kahfi, dua pemilik kebun, Musa dan Khidir, serta Dzulqarnain dapat diterapkan dalam kehidupan Anda.
- Mengambil Ibrah (Pelajaran) untuk Menghadapi Fitnah: Identifikasi fitnah-fitnah yang ada di sekitar Anda (fitnah syubhat, syahwat, harta, kekuasaan, dll.) dan gunakan Surah Al-Kahfi sebagai benteng dan panduan untuk menghadapinya.
- Berdoa dengan Doa-doa dalam Surah Ini: Doa Ashabul Kahfi ("Rabbana atina milladunka rahmatan wa hayyi' lana min amrina rashada") adalah doa yang sangat baik untuk memohon rahmat dan petunjuk dalam setiap urusan.
- Menjaga Keikhlasan dan Tawadhu': Ingatlah bahwa semua kekuatan, harta, dan ilmu berasal dari Allah. Jaga diri dari kesombongan dan selalu bersyukur atas nikmat-Nya.
- Beristighfar dan Bersabar: Kisah Musa dan Khidir mengajarkan pentingnya kesabaran dan mengakui keterbatasan ilmu manusia. Ketika menghadapi hal yang tidak kita pahami, beristighfar dan bersabar adalah kunci.
Kesimpulan
Surah Al-Kahfi adalah salah satu surah yang paling kaya akan hikmah dan pelajaran. Melalui kisah-kisah yang disajikannya, Allah SWT memberikan panduan tentang bagaimana menghadapi berbagai fitnah kehidupan, menjaga keimanan, mengelola harta, mencari ilmu, dan menggunakan kekuasaan dengan bijaksana. Mengamalkan bacaan surat Al-Kahfi dan terjemahan setiap Jumat bukan hanya mendatangkan pahala dan perlindungan dari Dajjal, tetapi juga menjadi sumber pencerahan yang tak terbatas bagi jiwa yang haus akan petunjuk.
Semoga dengan membaca dan merenungi Surah Al-Kahfi ini, kita semua dapat mengambil ibrah, menguatkan iman, dan menjadi pribadi yang lebih baik di sisi Allah SWT.