Ilustrasi visualisasi sumber energi batu bara.
Batu bara adalah bahan bakar fosil padat yang terbentuk dari sisa-sisa tanaman purba yang terkubur jutaan tahun lalu di bawah tekanan dan suhu tinggi. Dalam klasifikasi batu bara berdasarkan tingkat karbonasinya, batu bara bitumen (atau bituminous coal) menempati posisi menengah hingga tinggi. Batu bara jenis ini terbentuk dari tahapan lignit (batu bara muda) yang mengalami proses pematangan lebih lanjut. Ciri khas utama batu bara bitumen adalah kandungan karbonnya yang relatif tinggi, biasanya berkisar antara 45% hingga 86% berdasarkan berat kering tanpa abu.
Secara fisik, batu bara bitumen seringkali berwarna hitam legam, memiliki kilau yang lebih terang dibandingkan antrasit, dan cenderung lebih lunak dibandingkan batuan keras. Salah satu karakteristik penting dari batu bara bitumen adalah kecenderungannya untuk meleleh atau melunak ketika dipanaskan sebelum terbakar sepenuhnya, yang disebabkan oleh kandungan senyawa volatilnya yang cukup tinggi. Kandungan volatil ini sangat menentukan seberapa mudah batu bara tersebut dinyalakan dan seberapa besar asap yang dihasilkan selama pembakaran.
Pembentukan batu bara bitumen terjadi selama periode geologis yang panjang. Ketika materi tanaman purba terdekomposisi di lingkungan bebas oksigen (rawa), ia berubah menjadi gambut. Seiring waktu, sedimen menumpuk di atas gambut, meningkatkan tekanan dan suhu. Proses ini, yang dikenal sebagai "peringkat" atau coal rank, menghilangkan air dan senyawa volatil, meninggalkan peningkatan konsentrasi karbon. Batu bara bitumen terbentuk ketika peringkatnya berada di antara sub-bitumen (batu bara cokelat tingkat tinggi) dan antrasit (batu bara tingkat tertinggi).
Kualitas batu bara bitumen sangat bervariasi. Batubara dengan peringkat lebih rendah cenderung lebih banyak menghasilkan asap dan abu, sementara yang peringkatnya mendekati antrasit memiliki nilai kalor yang sangat tinggi, menjadikannya pilihan utama untuk aplikasi industri berat. Di Indonesia, batu bara bitumen seringkali diolah lebih lanjut untuk menghasilkan produk turunan bernilai tambah tinggi.
Batu bara bitumen memegang peranan fundamental dalam perekonomian global, khususnya sebagai sumber energi utama untuk pembangkit listrik termal. Energi yang dilepaskan saat membakar batu bara jenis ini sangat efisien, menjadikannya andalan untuk memenuhi permintaan energi dasar (baseload power) di banyak negara. Negara-negara dengan cadangan batu bara bitumen yang signifikan seringkali mengandalkannya untuk mencapai ketahanan energi nasional.
Selain sebagai bahan bakar pembangkit listrik, batu bara bitumen merupakan bahan baku kritis dalam industri metalurgi. Ketika dipanaskan tanpa udara, ia dapat diubah menjadi kokas (coke), material yang esensial dalam proses peleburan bijih besi untuk memproduksi baja. Kualitas kokas yang dihasilkan sangat bergantung pada komposisi kimia batu bara bitumen awal. Oleh karena itu, permintaan global untuk batu bara bitumen tidak hanya didorong oleh sektor energi, tetapi juga oleh sektor industri berat seperti manufaktur baja.
Meskipun perannya vital, penggunaan batu bara, termasuk batu bara bitumen, menghadapi tantangan besar terkait isu lingkungan. Pembakaran batu bara melepaskan gas rumah kaca, terutama karbon dioksida, yang berkontribusi pada perubahan iklim. Oleh karena itu, industri saat ini sedang berupaya keras mencari solusi untuk memitigasi dampak lingkungan. Teknologi seperti penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) sedang dikembangkan untuk mengurangi emisi dari pembangkit listrik berbahan bakar batu bara bitumen.
Di sisi lain, transisi energi menuju sumber terbarukan mendorong perlunya diversifikasi energi. Namun, mengingat cadangan batu bara bitumen yang masih melimpah dan kebutuhannya yang tak tergantikan dalam produksi baja, batu bara ini diperkirakan akan tetap menjadi bagian dari bauran energi global selama beberapa dekade ke depan, meskipun dengan regulasi emisi yang semakin ketat. Optimalisasi penggunaan dan peningkatan efisiensi pembakaran menjadi kunci untuk menyeimbangkan kebutuhan energi dengan tanggung jawab lingkungan di masa depan.