Batuan andesit adalah salah satu jenis batuan beku ekstrusif (volkanik) yang paling umum ditemukan di kerak bumi, terutama di sepanjang zona subduksi dan busur kepulauan seperti yang membentuk rangkaian pegunungan di Indonesia. Pertanyaan mendasar mengenai batuan andesit terbentuk oleh proses geologis yang melibatkan aktivitas magmatik intensif.
Secara fundamental, andesit adalah batuan beku yang mendingin dan memadat di permukaan bumi (atau sangat dekat dengan permukaan). Nama batuan ini diambil dari pegunungan Andes di Amerika Selatan, tempat batuan ini pertama kali dideskripsikan secara rinci. Komposisi kimiawi andesit berada di antara batuan felsik (kaya silika, seperti riolit) dan batuan mafik (miskin silika, seperti basal). Kandungan silika dioksida ($\text{SiO}_2$) umumnya berkisar antara 57% hingga 63%.
Proses batuan andesit terbentuk oleh adalah kristalisasi magma yang keluar sebagai lava. Magma yang membentuk andesit umumnya berasal dari lelehan parsial mantel bumi atau pencampuran antara mantel yang meleleh dengan kerak kontinental yang meleleh. Proses ini paling sering terjadi di zona konvergensi lempeng tektonik, di mana satu lempeng samudra menyelip di bawah lempeng lain (subduksi).
Ketika lempeng samudra menukik ke bawah, ia membawa air yang terperangkap dalam mineralnya. Air ini menurunkan titik lebur mantel di atasnya, menghasilkan magma yang kaya akan volatil. Magma ini kemudian naik melalui kerak bumi. Karena viskositasnya (kekentalannya) yang sedang—lebih kental daripada basal tetapi lebih encer daripada riolit—ia cenderung menghasilkan letusan yang lebih eksplosif daripada letusan efusif murni.
Warna dominan batuan andesit adalah abu-abu sedang hingga gelap, yang mencerminkan komposisi mineralnya yang mengandung plagioklas feldspar (dominan), piroksen, dan seringkali amfibol. Karena pendinginan lava terjadi relatif cepat di permukaan, mineral tidak memiliki waktu yang cukup untuk membentuk kristal besar. Oleh karena itu, tekstur khas andesit adalah afanitik (butiran sangat halus) atau porfiritik, di mana kristal fenokris (butiran besar yang sudah terbentuk sebelumnya di bawah permukaan) tertanam dalam matriks halus. Fenokris yang paling umum ditemukan adalah plagioklas.
Memahami bagaimana batuan andesit terbentuk oleh memerlukan pembedaan dari batuan vulkanik sejenis. Basal, yang juga terbentuk dari magma yang naik, memiliki kandungan silika lebih rendah dan warnanya lebih gelap karena kaya akan mineral feromagnesia. Sebaliknya, riolit memiliki kandungan silika yang sangat tinggi dan cenderung membentuk batuan dengan warna yang jauh lebih terang. Andesit berada tepat di tengah spektrum ini, menjadikannya batuan yang sangat penting dalam studi vulkanisme busur kepulauan. Letusan gunung berapi yang menghasilkan andesit seringkali dikaitkan dengan bahaya lahar dan aliran piroklastik karena kandungan silika dan volatilnya yang moderat.
Kesimpulannya, batuan andesit terbentuk oleh proses pendinginan cepat lava yang memiliki komposisi intermediet (sedang) antara basaltik dan riolitik. Aktivitas vulkanik di zona subduksi, ditandai dengan pelelehan parsial mantel yang diperkaya air, adalah sumber utama magma yang kemudian memadat menjadi batuan andesit yang kita amati di permukaan bumi. Ini adalah bukti fisik dari dinamika lempeng tektonik yang sedang berlangsung.
Memahami asal-usulnya memberikan wawasan mendalam mengenai sejarah geologi suatu wilayah, khususnya di daerah-daerah yang rentan terhadap kegempaan dan erupsi gunung berapi yang khas di sepanjang Cincin Api Pasifik.