Komponen dominan batuan beku felsik.
Dalam dunia geologi, batuan beku diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineralogi dan kandungan silika. Salah satu klasifikasi utama adalah batuan felsik. Istilah "felsik" sendiri merupakan akronim yang berasal dari singkatan dua mineral utama pembentuknya: Feldspar (biasanya plagioklas natrium atau ortoklas) dan Sil**ik**a (umumnya dalam bentuk kuarsa). Batuan jenis ini dicirikan oleh kandungan silika (SiO₂) yang tinggi, biasanya melebihi 65%. Karena dominasi mineral silikat terang ini, batuan felsik secara umum memiliki warna yang lebih terang, mulai dari putih, merah muda pucat, hingga abu-abu muda.
Karakteristik visual dan fisik batuan felsik sangat dipengaruhi oleh mineral penyusunnya. Dominasi kuarsa dan feldspar alkali (ortoklas dan plagioklas kaya natrium) menentukan sifatnya. Kuarsa, yang merupakan polimorf utama dari silika, memberikan kekerasan dan ketahanan kimiawi pada batuan. Sementara itu, feldspar alkali menyumbang warna merah muda atau putih yang sering kita lihat pada batuan felsik yang telah terlapuk ringan. Meskipun bersifat terang, batuan ini biasanya masih mengandung sejumlah kecil mineral mafik (gelap) seperti biotit, hornblende, atau piroksen, namun kehadirannya tidak dominan.
Penting untuk membedakan batuan felsik dengan batuan mafik (misalnya basal atau gabro). Batuan mafik memiliki kandungan silika yang lebih rendah (biasanya kurang dari 52%) dan didominasi oleh mineral yang kaya akan magnesium dan besi, seperti olivin dan piroksen, menghasilkan warna batuan yang gelap. Sebaliknya, batuan felsik adalah batuan beku yang lebih kaya akan natrium dan kalium, dan cenderung memiliki kepadatan yang lebih rendah. Perbedaan komposisi kimia ini mencerminkan lingkungan pembentukan magma yang berbeda, di mana magma felsik umumnya lebih kental (viskos).
Seperti batuan beku lainnya, batuan felsik juga diklasifikasikan berdasarkan teksturnya, yang mencerminkan kecepatan pendinginan magma.
Batuan felsik yang terbentuk jauh di bawah permukaan bumi mengalami pendinginan yang sangat lambat. Pendinginan yang lama ini memungkinkan kristal mineral memiliki waktu untuk tumbuh menjadi besar dan saling mengunci, menghasilkan tekstur faneritik (kristal kasar). Contoh paling umum dari batuan felsik plutonik adalah Granit. Granit adalah batuan yang sangat umum, dikenal karena pola bintik-bintiknya yang khas, campuran kuarsa keabu-abuan, feldspar merah muda/putih, dan sedikit mineral gelap.
Ketika magma felsik mencapai permukaan bumi melalui letusan vulkanik, pendinginannya berlangsung sangat cepat. Pendinginan cepat ini mencegah pertumbuhan kristal besar, menghasilkan tekstur afanitik (kristal halus yang tidak terlihat mata telanjang) atau bahkan tekstur gelas. Contoh utama batuan felsik vulkanik adalah Riolit. Riolit secara komposisi mineralogi serupa dengan granit tetapi memiliki butiran yang sangat halus. Batuan lain yang termasuk kelompok ini adalah Obsidian (jika pendinginan seketika membentuk gelas) dan Tuf, yang merupakan fragmen piroklastik batuan felsik.
Batuan felsik sangat penting karena mereka seringkali terkait dengan kerak kontinen. Magma felsik diperkirakan terbentuk dari diferensiasi magma basal atau pelelehan parsial batuan kerak yang sudah ada sebelumnya. Oleh karena itu, penemuan formasi batuan felsik seperti granit di suatu area geologi memberikan petunjuk penting mengenai sejarah tektonik dan proses pembentukan kerak di wilayah tersebut. Batuan ini juga sering menjadi sumber utama mineral ekonomis, termasuk beberapa jenis bijih logam yang terakumulasi selama proses kristalisasi magma. Secara keseluruhan, pemahaman mendalam tentang batuan beku felsik adalah kunci untuk menafsirkan evolusi benua di planet kita.