Mengenal Batuan Foliasi: Tekstur dan Pembentukannya

Ilustrasi Sederhana Batuan Foliasi Tekanan (Stress)

Ilustrasi visualisasi bagaimana mineral menyusun diri sejajar akibat tekanan diferensial.

Batuan beku dan batuan sedimen terbentuk dari pendinginan magma atau pengendapan material di permukaan bumi. Namun, ketika batuan tersebut mengalami proses geologi yang intensif di bawah kerak bumi—terutama yang melibatkan tekanan dan suhu tinggi—struktur internalnya dapat berubah drastis. Salah satu hasil paling mencolok dari metamorfisme dinamis ini adalah pembentukan **batuan foliasi**.

Secara geologis, foliasi adalah tekstur khas yang ditandai dengan orientasi butiran mineral yang teratur dan sejajar. Orientasi ini menciptakan bidang planar atau garis-garis paralel yang dapat dilihat secara kasat mata pada permukaan batuan. Kata 'foliasi' sendiri berasal dari bahasa Latin, 'folium', yang berarti daun, menggambarkan tampilan berlapis atau berlembar dari batuan ini.

Bagaimana Foliasi Terbentuk?

Pembentukan foliasi adalah proses yang kompleks dan bergantung pada tiga faktor utama: jenis batuan induk (protolith), tingkat tekanan dan suhu selama metamorfosis, dan keberadaan fluida. Proses kuncinya disebut metamorfisme dinamis atau deformasi progresif.

Ketika suatu massa batuan tertekan secara tidak merata—dikenal sebagai tekanan diferensial—mineral di dalamnya dipaksa untuk tumbuh atau berotasi sejajar dengan arah tegasan yang paling lemah atau tegak lurus terhadap arah tekanan maksimum. Bayangkan Anda menekan sebongkah tanah liat dari dua sisi yang berlawanan; material di dalamnya akan memanjang ke arah tegak lurus terhadap tekanan tersebut. Dalam skala geologi, proses ini terjadi selama jutaan tahun saat lempeng tektonik bertabrakan atau selama proses orogenesa (pembentukan pegunungan).

Mineral yang cenderung membentuk foliasi adalah mineral pipih seperti mika (biotit, muskovit), klorit, dan amfibol. Ketika mineral-mineral ini tumbuh kembali (rekristalisasi) di bawah kondisi metamorf, mereka akan menyelaraskan sumbu terpanjangnya sejajar dengan bidang tekanan maksimum, menghasilkan susunan seperti setumpuk kartu.

Jenis-Jenis Batuan Foliasi Berdasarkan Tingkat Metamorfisme

Tingkat intensitas foliasi seringkali digunakan oleh ahli geologi untuk menentukan tingkat metamorfisme yang dialami batuan tersebut, yang secara langsung berhubungan dengan suhu dan tekanan yang diberikan. Foliasi dapat diklasifikasikan dari yang paling halus hingga yang paling kasar:

  1. Slaty Cleavage (Belahan Sabak): Ini adalah foliasi yang paling halus, ditemukan pada batuan tingkat metamorfisme sangat rendah, seperti batuan yang berasal dari serpih (shale). Batuan ini memiliki kemampuan membelah menjadi lempengan tipis dan rata dengan permukaan yang halus.
  2. Phyllitic Texture (Tekstur Filik): Tingkat metamorfisme sedikit lebih tinggi dari slate. Mineral mika mulai tumbuh lebih besar, memberikan batuan kilau yang lembut atau seperti sutra pada permukaannya (disebut kilau filitik). Contoh batuan adalah filit.
  3. Schistosity (Skistositas): Ditemukan pada batuan tingkat menengah hingga tinggi. Mineral mika telah tumbuh cukup besar sehingga foliasi menjadi sangat jelas terlihat, menciptakan struktur berlapis yang kasar. Batuan yang menunjukkan tekstur ini disebut sekis (schist).
  4. Foliation Gneissic (Gneissic Banding): Ini adalah tekstur yang paling kasar dan menunjukkan tingkat metamorfisme tertinggi. Pada tahap ini, panas sudah cukup tinggi sehingga terjadi pemisahan mineral secara dramatis. Mineral terang (seperti kuarsa dan feldspar) memisahkan diri dari mineral gelap (seperti biotit dan hornblende), menghasilkan pita-pita (band) warna yang tebal dan berbeda. Batuan ini adalah Gneiss.

Perbedaan dengan Struktur Lain

Penting untuk membedakan foliasi dari struktur berlapis lainnya, seperti perlapisan pada batuan sedimen (bedding). Perlapisan sedimen terbentuk oleh perubahan komposisi material yang diendapkan secara horizontal seiring waktu, bukan akibat tekanan deformasi. Pada foliasi, orientasi mineral bersifat *kristalografis* dan sejajar tegak lurus terhadap arah tekanan maksimum, sementara pada batuan sedimen, struktur sejajar mengikuti permukaan pengendapan awal.

Studi mengenai batuan foliasi memberikan wawasan krusial tentang sejarah tektonik suatu wilayah. Kehadiran batuan sekis atau gneiss di suatu lokasi memberi petunjuk bahwa area tersebut pernah mengalami orogenesa besar di masa lalu, melibatkan tekanan dan suhu yang signifikan saat kerak bumi mengalami kompresi hebat.

🏠 Homepage