1. Pengantar Surat Al-Lail
Surat Al-Lail, yang berarti "Malam", adalah surah pendek yang terdiri dari 21 ayat. Dinamakan Al-Lail karena diawali dengan sumpah Allah SWT demi malam, sebagaimana dijelaskan dalam ayat pertamanya. Surah ini menjelaskan tentang perbedaan antara dua golongan manusia: mereka yang berinfak, bertakwa, dan membenarkan kebaikan, serta mereka yang bakhil, merasa cukup, dan mendustakan kebaikan. Allah SWT menegaskan bahwa setiap perbuatan akan mendapatkan balasan yang setimpal.
1.1 Kedudukan dan Tema Utama
Sebagai surah Makkiyah, Al-Lail diturunkan di Mekkah sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Ciri khas surah Makkiyah adalah penekanannya pada tauhid (keesaan Allah), hari kebangkitan, dan akhlak mulia. Surat Al-Lail secara khusus menyoroti kontras antara dua jalan kehidupan yang berlawanan dan balasan yang menanti di akhirat. Ini adalah pengingat kuat akan pentingnya beramal saleh dan menjauhi kemaksiatan.
Tema utamanya meliputi:
- Sumpah Allah atas ciptaan-Nya (malam, siang, penciptaan laki-laki dan perempuan).
- Perbedaan usaha dan tujuan manusia.
- Janji balasan surga bagi orang yang berinfak, bertakwa, dan membenarkan kebaikan.
- Ancaman neraka bagi orang yang kikir, merasa cukup, dan mendustakan kebaikan.
- Peringatan tentang api neraka yang menyala-nyala dan tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka.
- Pahala bagi orang yang paling bertakwa yang memberikan hartanya untuk membersihkan diri.
2. Pentingnya Belajar Tajwid dalam Membaca Al-Quran
Membaca Al-Quran adalah ibadah yang mulia, namun membacanya dengan tartil (benar dan perlahan) adalah perintah Allah SWT. Di sinilah peran ilmu tajwid menjadi sangat vital. Tajwid secara harfiah berarti "memperindah" atau "memperbaiki". Dalam konteks membaca Al-Quran, tajwid adalah ilmu yang mempelajari cara mengucapkan huruf-huruf Al-Quran dengan benar, sesuai makhraj (tempat keluar huruf) dan sifat (karakteristik huruf) masing-masing, serta memperhatikan hukum-hukum bacaan lainnya.
2.1 Dalil Kewajiban Tajwid
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Muzammil ayat 4:
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
"Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur'an itu dengan tartil."
Ayat ini secara jelas memerintahkan kita untuk membaca Al-Quran dengan tartil. Para ulama tafsir menjelaskan bahwa tartil mencakup pengucapan huruf yang benar, memperhatikan panjang pendek bacaan (mad), jeda (waqaf), dan menyambung bacaan (washal), serta merenungkan maknanya. Imam Ibnu Jazari, seorang ulama besar dalam bidang qiraat, bahkan mengatakan:
"Membaca Al-Quran dengan tajwid adalah suatu keharusan. Barang siapa yang tidak membaca Al-Quran dengan tajwid, ia berdosa. Karena dengannya Al-Quran diturunkan oleh Allah. Dan demikianlah yang sampai kepada kita dari-Nya."
2.2 Manfaat Mempelajari Tajwid
- **Menjaga Kemurnian Makna:** Kesalahan dalam pengucapan huruf atau panjang pendek dapat mengubah makna ayat secara drastis, yang dapat berakibat fatal dalam pemahaman agama.
- **Mendapatkan Pahala Sempurna:** Membaca Al-Quran sesuai kaidah tajwid adalah bentuk ketaatan terhadap perintah Allah dan sunah Nabi, sehingga pahalanya lebih besar.
- **Menghindari Kesalahan Fatal:** Tajwid membantu kita menghindari lahn jaly (kesalahan jelas yang mengubah makna) dan lahn khafy (kesalahan tersembunyi yang mengurangi keindahan bacaan).
- **Meningkatkan Kekhusyukan:** Dengan bacaan yang benar dan indah, hati akan lebih mudah tersentuh dan khusyuk saat membaca atau mendengarkan Al-Quran.
- **Meneladani Rasulullah SAW:** Nabi Muhammad SAW sendiri membaca Al-Quran dengan tartil dan tajwid yang sempurna. Mempelajari tajwid adalah upaya meneladani sunah beliau.
3. Hukum-Hukum Dasar Tajwid yang Relevan untuk Surat Al-Lail
Sebelum masuk ke analisis per ayat, mari kita ulas beberapa hukum tajwid dasar yang akan sering kita temui dalam Surat Al-Lail. Memahami ini akan menjadi fondasi kuat untuk bacaan yang benar.
3.1 Hukum Nun Sukun dan Tanwin
Hukum ini berlaku ketika huruf nun sukun (نْ) atau tanwin ( ـًـٍـٌ ) bertemu dengan huruf hijaiyah tertentu.
3.1.1 Izhar Halqi (اِظْهَارْ حَلْقِيْ)
Berarti jelas dan terang. Jika nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu dari enam huruf halqi (huruf tenggorokan): أ, ه, ع, ح, غ, خ. Dibaca jelas tanpa dengung.
Contoh di luar Al-Lail: مِنْ هَادٍ (Min haadin) – Nun sukun bertemu Ha'.
3.1.2 Idgham (إِدْغَامْ)
Berarti memasukkan atau melebur. Jika nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu dari enam huruf ي, ر, م, ل, و, ن (terangkum dalam kata يَرْمَلُونَ).
- **Idgham Bighunnah (dengan dengung):** Jika bertemu ي, ن, م, و. Dibaca melebur disertai dengungan sepanjang 2 harakat.
- **Idgham Bilaghunnah (tanpa dengung):** Jika bertemu ل, ر. Dibaca melebur tanpa dengungan.
Contoh di luar Al-Lail: مَنْ يَقُولُ (May yaqulu) – Nun sukun bertemu Ya'.
Contoh di luar Al-Lail: مِنْ لَدُنْكَ (Mil ladunka) – Nun sukun bertemu Lam.
3.1.3 Iqlab (إِقْلَابْ)
Berarti mengubah atau membalik. Jika nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf ب (Ba'). Nun sukun atau tanwin diubah menjadi mim mati (مْ) dan dibaca dengung 2 harakat.
Contoh di luar Al-Lail: مِنْ بَعْدِ (Mim ba'di) – Nun sukun bertemu Ba'.
3.1.4 Ikhfa' Haqiqi (إِخْفَاءْ حَقِيقِيْ)
Berarti menyamarkan. Jika nun sukun atau tanwin bertemu dengan 15 huruf sisa (selain huruf Izhar, Idgham, dan Iqlab). Dibaca samar-samar antara Izhar dan Idgham, disertai dengung 2 harakat.
Hurufnya: ت, ث, ج, د, ذ, ز, س, ش, ص, ض, ط, ظ, ف, ق, ك.
Contoh di luar Al-Lail: مَنْ صَبَرَ (Man shobara) – Nun sukun bertemu Shad.
3.2 Hukum Mim Sukun (مْ)
Hukum ini berlaku ketika huruf mim sukun (مْ) bertemu dengan huruf hijaiyah tertentu.
3.2.1 Ikhfa' Syafawi (إِخْفَاءْ شَفَوِيْ)
Jika mim sukun bertemu huruf ب (Ba'). Dibaca samar dengan dengungan 2 harakat.
Contoh di luar Al-Lail: وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ (Wa maa hum bi mu'miniina).
3.2.2 Idgham Mimi (إِدْغَامْ مِيمِيْ)
Jika mim sukun bertemu huruf م (Mim) yang berharakat. Mim sukun melebur ke mim kedua dan dibaca dengung 2 harakat.
Contoh di luar Al-Lail: لَهُم مَّا يَشْتَهُونَ (Lahum maa yashtahuun).
3.2.3 Izhar Syafawi (إِظْهَارْ شَفَوِيْ)
Jika mim sukun bertemu dengan semua huruf hijaiyah selain ب dan م. Dibaca jelas tanpa dengung.
Contoh di luar Al-Lail: هُمْ فِيهَا (Hum fiihaa).
3.3 Hukum Madd (Panjang)
Madd berarti memanjangkan bacaan. Ini adalah salah satu hukum paling sering ditemui.
3.3.1 Madd Thabi'i (مَدّ طَبِيعِيْ) / Madd Asli
Terjadi ketika:
- Huruf berharakat fathah diikuti alif (ا).
- Huruf berharakat kasrah diikuti ya sukun (يْ).
- Huruf berharakat dammah diikuti wawu sukun (وْ).
Contoh: قَالَ (Qaala), قِيلَ (Qiila), يَقُولُ (Yaqulu).
3.3.2 Madd Far'i (Cabang)
Madd ini adalah cabang dari Madd Thabi'i yang panjangnya lebih dari 2 harakat karena adanya sebab tertentu (hamzah atau sukun).
- **Madd Wajib Muttasil (مَدّ وَاجِبْ مُتَّصِلْ):** Madd Thabi'i bertemu hamzah dalam satu kata. Panjang 4 atau 5 harakat.
- **Madd Jaiz Munfasil (مَدّ جَائِزْ مُنْفَصِلْ):** Madd Thabi'i bertemu hamzah di kata yang berbeda. Panjang 2, 4, atau 5 harakat (umumnya 4).
- **Madd Aridh Lissukun (مَدّ عَارِضْ لِلسُّكُوْنِ):** Madd Thabi'i diikuti huruf yang diwaqafkan (disukunkan karena berhenti). Panjang 2, 4, atau 6 harakat.
- **Madd Iwadl (مَدّ عِوَضْ):** Tanwin fathatain (اً) yang diwaqafkan, selain ta' marbutah. Dibaca panjang 2 harakat.
- **Madd Lazim (مَدّ لَازِمْ):** Madd yang harus dibaca panjang 6 harakat. Ada beberapa jenis (kalimi muthaqqal, kalimi mukhaffaf, harfi muthaqqal, harfi mukhaffaf), umumnya Madd Thabi'i bertemu sukun asli atau tasydid.
- **Madd Lin (مَدّ لِينْ):** Huruf wawu sukun (وْ) atau ya sukun (يْ) didahului huruf berharakat fathah, lalu setelahnya ada huruf yang disukunkan karena waqaf. Panjang 2, 4, atau 6 harakat.
Contoh: سَوَاءٌ (Sawaa-un).
Contoh: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ (Innaa a'thoynaaka).
Contoh: الْعَالَمِينَ (Al-ʻaalamiin) – jika berhenti.
Contoh: أَلِيمًا (Aliimaa) – jika berhenti.
Contoh: الضَّالِّينَ (Adh-Dhaalliin).
Contoh: خَوْفٍ (Khawf) – jika berhenti.
3.4 Hukum Qalqalah (قَلْقَلَةْ)
Qalqalah berarti getaran atau pantulan suara pada huruf mati. Terjadi pada lima huruf: ق, ط, ب, ج, د (terangkum dalam kata قُطْبُ جَدٍّ).
- **Qalqalah Sughra (kecil):** Jika huruf qalqalah mati di tengah kata. Pantulan suara tidak terlalu kuat.
- **Qalqalah Kubra (besar):** Jika huruf qalqalah mati di akhir kata karena waqaf (berhenti). Pantulan suara lebih kuat.
Contoh: يَدْعُونَ (Yad'uuna).
Contoh: أَحَدٌ (Ahad) – jika berhenti.
3.5 Ghunnah (غُنَّةْ)
Ghunnah adalah suara dengungan yang keluar dari rongga hidung. Selalu ada pada huruf mim dan nun yang bertasydid (مّ, نّ). Panjang dengungan 2 harakat.
Contoh: إِنَّ (Inna), ثُمَّ (Tsumma).
4. Analisis Per Ayat Surat Al-Lail: Tajwid dan Tafsir Singkat
Mari kita bedah Surat Al-Lail ayat demi ayat. Perhatikan setiap hukum tajwid yang akan dijelaskan dan cobalah untuk mengucapkannya dengan benar.
Ayat 1:
وَالَّيْلِ إِذَا يَغْشَىٰ
Wa laili idzā yaghsyā
"Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),"
Hukum Tajwid:
- وَالَّيْلِ (Wal laili): Huruf Lam (ل) pada "Lail" adalah Lam Syamsiyah, melebur ke huruf Ya' (ي) bertasydid setelahnya. Artinya, Lam tidak dibaca melainkan langsung melebur ke Ya'. Lalu ada Madd Lin pada الَّيْلِ jika diwaqafkan (dihentikan). Namun, karena di sini disambung (washal) dengan ayat berikutnya, Madd Lin tidak berlaku dan tidak dipanjangkan.
- إِذَا (idzā): Huruf Dzal (ذ) keluar dari ujung lidah, dibaca lembut. Pada ذَا, terdapat Madd Thabi'i karena ada fathah diikuti alif, dibaca panjang 2 harakat.
- يَغْشَىٰ (yaghsyā): Huruf Ghain (غ) dibaca tebal dan mengalir. Pada شَىٰ, terdapat Madd Thabi'i karena ada fathah diikuti alif layyinah (alif yang berbentuk Ya' tanpa titik), dibaca panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Allah bersumpah demi malam yang pekat ketika ia menutupi segala sesuatu dengan kegelapannya. Sumpah ini menunjukkan keagungan ciptaan malam dan fenomena alam yang luar biasa.
Ayat 2:
وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ
Wan nahāri idzā tajallā
"dan siang apabila terang benderang,"
Hukum Tajwid:
- وَالنَّهَارِ (Wan nahāri): Huruf Nun (ن) bertasydid (نَّ), sehingga ada Ghunnah (dengung) 2 harakat. Lam pada "An-Nahar" adalah Lam Syamsiyah, melebur ke Nun. Pada هَارِ, terdapat Madd Thabi'i, dibaca panjang 2 harakat.
- إِذَا (idzā): Sama seperti ayat 1, Madd Thabi'i 2 harakat pada ذَا.
- تَجَلَّىٰ (tajallā): Terdapat Madd Thabi'i pada لَّىٰ (alif layyinah di akhir kata), dibaca panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Allah juga bersumpah demi siang yang terang benderang, menyingkap kegelapan dan menampakkan segala sesuatu. Malam dan siang adalah tanda-tanda kebesaran Allah.
Ayat 3:
وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَىٰ
Wa mā khalaqadz-dzakara wal-untsā
"dan penciptaan laki-laki dan perempuan,"
Hukum Tajwid:
- وَمَا (wa mā): Terdapat Madd Thabi'i, dibaca panjang 2 harakat.
- خَلَقَ (khalaqa): Huruf Kha (خ) dibaca tebal (tafkhim) dan mengalir. Huruf Qaf (ق) juga dibaca tebal (tafkhim).
- الذَّكَرَ (adz-dzakara): Lam pada "Adz-dzakar" adalah Lam Syamsiyah, melebur ke huruf Dzal (ذ) yang bertasydid.
- وَالْأُنْثَىٰ (wal-untsā): Pada الْأُ, Lam adalah Lam Qamariyah, dibaca jelas. Pada نْثَىٰ, Nun sukun bertemu Tsa' (ث), hukumnya Ikhfa' Haqiqi, dibaca samar disertai dengungan 2 harakat. Pada ثَىٰ, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Sumpah ketiga adalah demi penciptaan manusia berpasangan: laki-laki dan perempuan. Ini menunjukkan keajaiban penciptaan dan perbedaan peran yang Allah tetapkan.
Ayat 4:
إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّىٰ
Inna sa'yakum lasyattā
"Sungguh, usaha kamu memang berlainan."
Hukum Tajwid:
- إِنَّ (Inna): Huruf Nun (ن) bertasydid (نَّ), ada Ghunnah (dengung) 2 harakat.
- سَعْيَكُمْ (sa'yakum): Mim sukun (كُم) bertemu Lam (ل) pada kata berikutnya, hukumnya Izhar Syafawi, dibaca jelas tanpa dengung.
- لَشَتَّىٰ (lasyattā): Terdapat Madd Thabi'i pada تَّىٰ, dibaca panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Setelah tiga sumpah agung, Allah menegaskan bahwa sesungguhnya usaha dan amal perbuatan manusia itu berbeda-beda. Ada yang berusaha untuk kebaikan, ada pula yang untuk keburukan, dan setiap usaha akan dibalas sesuai niat dan perbuatannya.
Ayat 5:
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ
Fa ammā man a'thā wattaqā
"Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,"
Hukum Tajwid:
- فَأَمَّا (fa ammā): Mim (م) bertasydid (مَّ), ada Ghunnah 2 harakat. Pada مَّا, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
- مَنْ أَعْطَىٰ (man a'thā): Nun sukun (نْ) bertemu Hamzah (أ), hukumnya Izhar Halqi, dibaca jelas tanpa dengung. Pada أَعْطَىٰ, huruf Ain (ع) dan Tha (ط) dibaca jelas. Pada طَىٰ, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
- وَاتَّقَىٰ (wattaqā): Huruf Qaf (ق) dibaca tebal (tafkhim). Pada قَىٰ, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Ayat ini mulai menjelaskan golongan pertama: mereka yang dermawan dengan hartanya di jalan Allah, taat kepada-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.
Ayat 6:
وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ
Wa shaddaqqa bil-ḥusnā
"dan membenarkan adanya kebaikan (balasan yang baik),"
Hukum Tajwid:
- وَصَدَّقَ (wa shaddaqqa): Huruf Shad (ص) dibaca tebal (tafkhim). Huruf Qaf (ق) juga dibaca tebal (tafkhim).
- بِالْحُسْنَىٰ (bil-ḥusnā): Lam pada "Al-Husna" adalah Lam Qamariyah, dibaca jelas. Pada سْنَىٰ, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Golongan ini juga adalah orang-orang yang membenarkan janji Allah tentang kebaikan (pahala, surga) sebagai balasan bagi amal saleh mereka.
Ayat 7:
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ
Fasanuyassiruhū lil-yusrā
"maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan),"
Hukum Tajwid:
- فَسَنُيَسِّرُهُ (fasanuyassiruhū): Huruf Ha dhamir (هُ) bertemu Lam (ل) pada kata berikutnya. Karena tidak bertemu Hamzah dan dibaca washal (disambung), hukumnya adalah Madd Silah Qasirah, dibaca panjang 2 harakat.
- لِلْيُسْرَىٰ (lil-yusrā): Pada سْرَىٰ, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Sebagai balasan atas kedermawanan, ketakwaan, dan pembenaran mereka, Allah akan memudahkan jalan bagi mereka menuju segala kebaikan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Ayat 8:
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ
Wa ammā mam bakhila wastagnā
"Dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup,"
Hukum Tajwid:
- وَأَمَّا (wa ammā): Mim (م) bertasydid (مَّ), ada Ghunnah 2 harakat. Pada مَّا, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
- مَنْ بَخِلَ (mam bakhila): Nun sukun (نْ) bertemu Ba' (ب), hukumnya Iqlab. Nun sukun diubah menjadi mim mati (مْ) dan didengungkan 2 harakat. Huruf Kha (خ) dibaca tebal (tafkhim) dan mengalir.
- وَاسْتَغْنَىٰ (wastagnā): Huruf Ghain (غ) dibaca tebal (tafkhim) dan mengalir. Pada غْنَىٰ, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Ayat ini beralih ke golongan kedua: mereka yang kikir, enggan berinfak, dan merasa dirinya sudah kaya dan tidak butuh kepada Allah (angkuh).
Ayat 9:
وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ
Wa kadzdzaba bil-ḥusnā
"serta mendustakan kebaikan (balasan yang baik),"
Hukum Tajwid:
- وَكَذَّبَ (wa kadzdzaba): Huruf Dzal (ذ) keluar dari ujung lidah, dibaca lembut.
- بِالْحُسْنَىٰ (bil-ḥusnā): Sama seperti ayat 6, Lam adalah Lam Qamariyah dan terdapat Madd Thabi'i 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Golongan ini juga adalah orang-orang yang mendustakan janji Allah tentang kebaikan atau balasan yang baik di akhirat.
Ayat 10:
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَىٰ
Fasanuyassiruhū lil-'usrā
"maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan),"
Hukum Tajwid:
- فَسَنُيَسِّرُهُ (fasanuyassiruhū): Sama seperti ayat 7, Ha dhamir (هُ) bertemu Lam (ل), hukumnya Madd Silah Qasirah, panjang 2 harakat.
- لِلْعُسْرَىٰ (lil-'usrā): Terdapat Madd Thabi'i pada سْرَىٰ, panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Sebagai balasan atas kekikiran dan kedustaan mereka, Allah akan mempersulit jalan hidup mereka, membawa mereka kepada kesengsaraan di dunia dan akhirat.
Ayat 11:
وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّىٰ
Wa mā yughnī 'anhu māluhū idzā taraddā
"Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa."
Hukum Tajwid:
- وَمَا (wa mā): Terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
- يُغْنِي (yughnī): Huruf Ghain (غ) dibaca tebal. Pada نِي, terdapat Madd Thabi'i (Ya' sukun setelah kasrah), panjang 2 harakat.
- عَنْهُ ('anhu): Nun sukun (نْ) bertemu Ha' (ه), hukumnya Izhar Halqi, dibaca jelas tanpa dengung.
- مَالُهُ إِذَا (māluhū idzā): Terdapat Madd Thabi'i pada مَا. Huruf Ha dhamir (هُ) bertemu Hamzah (إ) pada kata berikutnya. Hukumnya adalah Madd Silah Thawilah, dibaca panjang 2, 4, atau 5 harakat (umumnya 4 harakat).
- إِذَا (idzā): Terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
- تَرَدَّىٰ (taraddā): Terdapat Madd Thabi'i pada دَّىٰ, panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Ayat ini menegaskan bahwa harta yang dikumpulkan dengan kikir tidak akan sedikitpun bermanfaat bagi pemiliknya ketika ia menghadapi kematian dan azab di akhirat.
Ayat 12:
إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدَىٰ
Inna 'alainā lal-hudā
"Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk,"
Hukum Tajwid:
- إِنَّ (Inna): Nun (ن) bertasydid (نَّ), ada Ghunnah 2 harakat.
- عَلَيْنَا ('alainā): Huruf Wawu sukun (يْ) didahului fathah, hukumnya Madd Lin jika diwaqafkan (namun di sini washal). Pada نَا, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
- لَلْهُدَىٰ (lal-hudā): Lam pada "Al-Huda" adalah Lam Qamariyah, dibaca jelas. Pada دَىٰ, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Allah menyatakan bahwa Dialah yang memiliki hak dan kekuasaan untuk memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya, baik petunjuk umum maupun petunjuk khusus menuju keimanan.
Ayat 13:
وَإِنَّ لَنَا لَلْآخِرَةَ وَالْأُولَىٰ
Wa inna lanā lal-ākhirata wal-ūlā
"dan sesungguhnya milik Kamilah akhirat dan dunia."
Hukum Tajwid:
- وَإِنَّ (wa inna): Nun (ن) bertasydid (نَّ), ada Ghunnah 2 harakat.
- لَنَا (lanā): Terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
- لَلْآخِرَةَ (lal-ākhirata): Lam pada "Al-Akhirah" adalah Lam Qamariyah. Pada الْآ, terdapat Madd Badal (Hamzah bertemu Alif panjang 2 harakat). Huruf Kha (خ) dibaca tebal (tafkhim) dan mengalir.
- وَالْأُولَىٰ (wal-ūlā): Lam pada "Al-Ula" adalah Lam Qamariyah. Pada لَىٰ, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Allah menegaskan bahwa Dialah pemilik mutlak segala sesuatu di akhirat dan di dunia. Oleh karena itu, petunjuk yang datang dari-Nya adalah yang paling benar dan mengarahkan kepada kebaikan sejati.
Ayat 14:
فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّىٰ
Fa andzartukum nāran talaẓẓā
"Maka Aku memperingatkan kamu dengan api yang menyala-nyala (neraka),"
Hukum Tajwid:
- فَأَنْذَرْتُكُمْ (fa andzartukum): Nun sukun (نْ) bertemu Dzal (ذ), hukumnya Ikhfa' Haqiqi, dibaca samar disertai dengung 2 harakat. Mim sukun (كُم) bertemu Nun (ن) pada kata berikutnya, hukumnya Izhar Syafawi, dibaca jelas tanpa dengung.
- نَارًا تَلَظَّىٰ (nāran talaẓẓā): Terdapat Madd Thabi'i pada نَا. Tanwin fathatain (رًا) bertemu Ta' (ت), hukumnya Ikhfa' Haqiqi, dibaca samar disertai dengung 2 harakat. Pada لَظَّىٰ, huruf Dha (ظ) dibaca tebal. Pada ظَّىٰ, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Allah memperingatkan manusia tentang dahsyatnya api neraka yang menyala-nyala sebagai balasan bagi mereka yang mendustakan kebenaran.
Ayat 15:
لَا يَصْلَاهَا إِلَّا الْأَشْقَى
Lā yaṣlāhā illal-asyqā
"Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka,"
Hukum Tajwid:
- لَا (lā): Terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
- يَصْلَاهَا (yaṣlāhā): Huruf Shad (ص) dibaca tebal (tafkhim). Kedua لَا dan هَا adalah Madd Thabi'i, masing-masing dibaca panjang 2 harakat.
- إِلَّا (illā): Huruf Lam (ل) bertasydid. Pada لَّا, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
- الْأَشْقَى (al-asyqā): Lam pada "Al-Asyqa" adalah Lam Qamariyah. Pada قَى, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Neraka yang menyala-nyala itu tidak akan dimasuki kecuali oleh orang-orang yang paling celaka, yaitu mereka yang paling kufur dan mendustakan.
Ayat 16:
الَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰ
Alladzī kadzdzaba wa tawallā
"yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari keimanan)."
Hukum Tajwid:
- الَّذِي (alladzī): Lam pada "Alladzi" adalah Lam Syamsiyah, melebur ke huruf Dzal (ذ) yang bertasydid. Pada ذِي, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
- كَذَّبَ (kadzdzaba): Huruf Dzal (ذ) keluar dari ujung lidah, dibaca lembut.
- وَتَوَلَّىٰ (wa tawallā): Terdapat Madd Thabi'i pada لَّىٰ, panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Orang yang paling celaka itu adalah mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling dari petunjuk-Nya, menolak untuk beriman dan beramal saleh.
Ayat 17:
وَسَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى
Wa sayujanabuhal-atqā
"Dan akan dijauhkan darinya (neraka) orang yang paling bertakwa,"
Hukum Tajwid:
- وَسَيُجَنَّبُهَا (wa sayujanabuhā): Nun (ن) bertasydid (نَّ), ada Ghunnah 2 harakat. Pada بُهَا, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
- الْأَتْقَى (al-atqā): Lam pada "Al-Atqa" adalah Lam Qamariyah. Huruf Qaf (ق) dibaca tebal (tafkhim). Pada قَى, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Kebalikannya, neraka itu akan dijauhkan dari orang-orang yang paling bertakwa, yaitu mereka yang senantiasa menjaga perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Ayat 18:
الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّىٰ
Alladzī yu'tī mālahū yatazakkā
"yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (dirinya),"
Hukum Tajwid:
- الَّذِي (alladzī): Sama seperti ayat 16, Lam adalah Lam Syamsiyah dan terdapat Madd Thabi'i 2 harakat.
- يُؤْتِي (yu'tī): Pada تِي, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
- مَالَهُ يَتَزَكَّىٰ (mālahū yatazakkā): Terdapat Madd Thabi'i pada مَا. Huruf Ha dhamir (هُ) bertemu Ya' (ي) pada kata berikutnya, hukumnya Madd Silah Qasirah, panjang 2 harakat. Pada زَكَّىٰ, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Orang yang paling bertakwa itu adalah mereka yang menginfakkan hartanya bukan karena riya' atau mengharap balasan dunia, melainkan semata-mata untuk membersihkan diri dari dosa dan meraih keridhaan Allah.
Ayat 19:
وَمَا لِأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَىٰ
Wa mā li'aḥadin 'indahū min ni'matin tujzā
"dan tiada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya,"
Hukum Tajwid:
- وَمَا (wa mā): Terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
- لِأَحَدٍ عِنْدَهُ (li'aḥadin 'indahū): Tanwin kasrah (دٍ) bertemu Ain (ع), hukumnya Izhar Halqi, dibaca jelas. Nun sukun (نْ) bertemu Dal (د), hukumnya Ikhfa' Haqiqi, dibaca samar disertai dengung 2 harakat. Ha dhamir (هُ) bertemu Mim (م) pada kata berikutnya (jika disambung), hukumnya Madd Silah Qasirah, panjang 2 harakat.
- مِنْ نِعْمَةٍ (min ni'matin): Nun sukun (نْ) bertemu Nun (ن) yang bertasydid, hukumnya Idgham Bighunnah, melebur disertai dengung 2 harakat.
- نِعْمَةٍ تُجْزَىٰ (ni'matin tujzā): Tanwin kasrah (ةٍ) bertemu Ta' (ت), hukumnya Ikhfa' Haqiqi, dibaca samar disertai dengung 2 harakat. Pada تُجْزَىٰ, huruf Jim (ج) yang sukun di tengah kata adalah Qalqalah Sughra (memantul kecil). Pada زَىٰ, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Ayat ini menekankan keikhlasan orang yang bertakwa dalam berinfak. Mereka tidak berbuat baik karena ingin membalas budi atau mengharap imbalan dari siapapun, melainkan semata-mata karena Allah.
Ayat 20:
إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَىٰ
Illab-tighā'a wajhi rabbihil-a'lā
"tetapi (dia memberikan itu) hanya karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi."
Hukum Tajwid:
- إِلَّا (illā): Terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
- ابْتِغَاءَ (ibtighā'a): Huruf Ba' (ب) yang sukun adalah Qalqalah Sughra (memantul kecil). Pada غَاءَ, terdapat Madd Wajib Muttasil (Madd Thabi'i bertemu hamzah dalam satu kata), dibaca panjang 4 atau 5 harakat.
- وَجْهِ (wajhi): Huruf Jim (ج) berharakat kasrah, sehingga tidak ada qalqalah.
- رَبِّهِ الْأَعْلَىٰ (rabbihil-a'lā): Ha dhamir (هِ) bertemu Lam (ل) pada kata berikutnya (jika disambung), hukumnya Madd Silah Qasirah, panjang 2 harakat. Lam pada "Al-A'la" adalah Lam Qamariyah. Pada لَىٰ, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat.
Tafsir Singkat:
Satu-satunya motivasi mereka berinfak dan beramal saleh adalah untuk mencari keridhaan Allah Yang Maha Tinggi. Ini adalah puncak keikhlasan dalam beribadah.
Ayat 21:
وَلَسَوْفَ يَرْضَىٰ
Wa lasawfa yarḍā
"Dan kelak dia benar-benar akan puas (dengan pemberian Tuhannya)."
Hukum Tajwid:
- وَلَسَوْفَ (wa lasawfa): Huruf Wawu sukun (وْ) didahului fathah, hukumnya Madd Lin (jika diwaqafkan, tapi di sini wash).
- يَرْضَىٰ (yarḍā): Huruf Ra' (ر) dibaca tebal (tafkhim) karena sukun didahului fathah. Huruf Dhad (ض) dibaca tebal (tafkhim). Pada ضَىٰ, terdapat Madd Thabi'i, panjang 2 harakat. Jika diwaqafkan (berhenti di akhir ayat), hukumnya menjadi Madd Aridh Lissukun, yang bisa dibaca panjang 2, 4, atau 6 harakat.
Tafsir Singkat:
Sebagai balasan atas keikhlasan dan ketakwaan mereka, Allah menjanjikan bahwa mereka akan benar-benar puas dan ridha dengan segala karunia dan nikmat yang diberikan Allah kepada mereka di surga.
5. Tips Praktis Memperbaiki Bacaan Surat Al-Lail
Memahami teori tajwid adalah satu hal, mengaplikasikannya dalam bacaan adalah hal lain. Berikut beberapa tips yang bisa Anda terapkan untuk meningkatkan kualitas bacaan Surat Al-Lail Anda:
5.1 Mendengarkan Qari' Terkemuka
Salah satu cara terbaik untuk belajar tajwid adalah dengan mendengarkan. Dengarkan murottal Surat Al-Lail dari qari' yang terkemuka dan diakui keilmuan tajwidnya, seperti Syaikh Mishary Rashid Al-Afasy, Syaikh Abdul Basit Abdus Samad, atau Syaikh Maher Al-Muaiqly. Perhatikan bagaimana mereka mengucapkan setiap huruf, memanjangkan mad, mendengungkan ghunnah, dan melakukan qalqalah. Ikuti dan tirukan bacaan mereka. Sumber daya online seperti YouTube atau aplikasi Quran adalah alat yang sangat berguna untuk ini.
5.2 Membaca Bersama Guru (Talaqqi Musyafahah)
Tidak ada metode belajar Al-Quran yang lebih baik daripada talaqqi musyafahah, yaitu belajar langsung dari seorang guru yang memiliki sanad (rantai keilmuan yang bersambung sampai Rasulullah SAW). Guru dapat langsung mengoreksi kesalahan Anda dalam makhraj dan sifat huruf, serta aplikasi hukum tajwid yang mungkin tidak Anda sadari. Interaksi langsung ini memungkinkan koreksi instan dan personalisasi pelajaran.
5.3 Rekam dan Dengarkan Bacaan Anda Sendiri
Gunakan ponsel atau perekam suara untuk merekam bacaan Anda. Setelah itu, dengarkan kembali dan bandingkan dengan bacaan qari' favorit Anda. Ini akan membantu Anda mengidentifikasi kesalahan dan area yang perlu diperbaiki yang mungkin tidak Anda sadari saat membaca secara langsung. Ulangi proses ini secara berkala untuk memantau kemajuan Anda.
5.4 Latihan Berulang dengan Fokus
Pilih satu atau dua ayat Surat Al-Lail dan fokuslah pada hukum tajwid di ayat tersebut. Ulangi berkali-kali sampai Anda merasa yakin bahwa pengucapannya sudah benar. Lakukan ini secara bertahap untuk semua ayat. Konsistensi dalam latihan, meskipun hanya 15-30 menit setiap hari, jauh lebih efektif daripada latihan panjang yang jarang.
5.5 Memahami Makharijul Huruf dan Sifatul Huruf
Kuasai dasar-dasar makharijul huruf (tempat keluar huruf) dan sifatul huruf (karakteristik huruf). Misalnya, perbedaan antara huruf س (sin) dan ص (shad), atau ت (ta') dan ط (tha'). Ini sangat penting agar setiap huruf dapat dibedakan dengan jelas dan tidak saling tertukar, yang bisa mengubah makna. Banyak buku dan video tutorial yang membahas makharijul dan sifatul huruf secara mendalam.
5.6 Belajar Terus-Menerus dan Berdoa
Belajar Al-Quran adalah proses seumur hidup. Jangan pernah berhenti belajar dan memperbaiki, meskipun Anda merasa sudah mahir. Selalu ada ruang untuk peningkatan dan penyempurnaan. Selain itu, jangan lupakan kekuatan doa. Mohonlah kepada Allah SWT agar dimudahkan dalam memahami, membaca, dan mengamalkan Al-Quran, karena tanpa pertolongan-Nya, segala usaha akan sia-sia.
6. Keutamaan dan Pelajaran dari Surat Al-Lail
Selain keutamaan membaca Al-Quran secara umum, Surat Al-Lail juga menyimpan banyak pelajaran berharga bagi kehidupan seorang Muslim. Dengan memahami keutamaan dan pesan-pesannya, kita dapat meningkatkan kekhusyukan dan penghayatan dalam setiap bacaan.
6.1 Keutamaan Membaca Al-Quran
Secara umum, membaca Al-Quran adalah ibadah yang mendatangkan pahala berlipat ganda. Rasulullah SAW bersabda:
"Siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan 'Alif Laam Miim' itu satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf, dan Miim satu huruf." (HR. Tirmidzi)
Hadis ini menunjukkan betapa besar karunia Allah bagi pembaca Al-Quran. Membaca dengan tajwid yang benar tentu akan memaksimalkan pahala ini, karena berarti kita telah menunaikan hak Al-Quran dan berusaha menjaga kemurniannya sebagaimana ia diturunkan. Setiap usaha untuk memperbaiki bacaan, sekecil apapun, akan dicatat sebagai ibadah dan kebaikan di sisi Allah.
6.2 Pelajaran Berharga dari Surat Al-Lail
Surat Al-Lail bukan hanya rangkaian ayat untuk dibaca, tetapi juga peta jalan kehidupan yang penuh hikmah. Berikut adalah beberapa pelajaran berharga yang dapat kita petik:
- **Dualitas dan Pilihan Hidup:** Surah ini dengan gamblang menunjukkan dua jalan yang berbeda dalam hidup, yaitu jalan kebaikan yang diwakili oleh orang yang berinfak dan bertakwa, serta jalan keburukan yang diwakili oleh orang yang kikir dan mendustakan. Ini adalah pengingat bahwa manusia memiliki kebebasan memilih dan akan dimintai pertanggungjawaban atas pilihannya. Allah telah menjelaskan kedua jalur tersebut, tinggal bagaimana manusia memilihnya.
- **Pentingnya Kedermawanan dan Ketakwaan:** Allah memuji orang yang berinfak dan bertakwa, menjanjikan kemudahan hidup baginya di dunia dan akhirat. Ini mendorong kita untuk menjadi dermawan, tidak takut miskin karena memberi di jalan Allah, dan selalu menjaga ketakwaan dalam setiap aspek kehidupan. Infak tidak hanya dalam bentuk harta, tetapi juga ilmu, waktu, dan tenaga.
- **Bahaya Kekikiran dan Kedustaan:** Sebaliknya, surah ini memberikan peringatan keras bagi orang yang kikir, merasa cukup dari Allah (angkuh), dan mendustakan kebenaran. Kekikiran dan kesombongan adalah sifat-sifat yang dibenci Allah dan akan membawa kesengsaraan. Harta yang dikumpulkan dengan cara ini tidak akan memberikan manfaat di hari kiamat.
- **Keikhlasan dalam Beramal:** Ayat 19 dan 20 sangat menekankan pentingnya keikhlasan. Beramal saleh haruslah semata-mata mencari wajah Allah, bukan karena ingin membalas budi kepada orang lain, mengharap pujian manusia, atau imbalan duniawi. Amal yang ikhlas, meskipun sedikit, lebih berharga di sisi Allah daripada amal besar yang dilandasi riya'. Ini adalah pondasi utama dalam setiap ibadah.
- **Keyakinan Akan Hari Pembalasan:** Surah ini secara tidak langsung memperkuat keyakinan kita akan adanya hari kiamat dan hari pembalasan, di mana setiap amal akan diperhitungkan dan dibalas dengan adil. Dengan keyakinan ini, seorang Muslim akan lebih termotivasi untuk beramal saleh dan menjauhi maksiat, karena ia tahu bahwa setiap perbuatannya memiliki konsekuensi abadi.
- **Kekuasaan Allah atas Segala Sesuatu:** Sumpah-sumpah Allah di awal surah demi malam, siang, dan penciptaan laki-laki dan perempuan menunjukkan keagungan dan kekuasaan-Nya sebagai pencipta dan pengatur alam semesta. Ini seharusnya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita, menyadari bahwa di balik setiap fenomena alam ada Sang Pencipta yang Maha Kuasa.
- **Petunjuk dari Allah Adalah Jalan Kebenaran:** Allah menegaskan bahwa kewajiban-Nyalah memberi petunjuk. Ini menunjukkan rahmat Allah yang begitu besar kepada hamba-Nya dengan memberikan bimbingan melalui wahyu. Tugas kita adalah mengikuti petunjuk tersebut agar tidak tersesat dalam kehidupan yang fana ini.
- **Pentingnya Bersyukur:** Dengan melihat kontras antara malam dan siang, serta penciptaan manusia yang sempurna, kita diingatkan untuk senantiasa bersyukur atas nikmat-nikmat Allah yang tak terhingga. Rasa syukur akan mendorong kita untuk lebih taat dan berinfak di jalan-Nya.
Dengan merenungkan makna-makna ini saat membaca Surat Al-Lail, kita tidak hanya melafalkan ayat-ayatnya dengan benar, tetapi juga menghidupkan pesan-pesannya dalam hati dan tindakan kita sehari-hari. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk menjadi hamba-Nya yang pandai membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Quran.