Ilustrasi: Klasta berukuran kerikil yang disemen dalam matriks halus.
Batuan konglomerat adalah salah satu jenis batuan sedimen klastik yang memiliki karakteristik sangat khas. Batuan ini terbentuk dari akumulasi fragmen batuan yang ukurannya relatif besar, biasanya berdiameter lebih dari 2 milimeter, yang kemudian terikat bersama oleh material pengisi atau semen yang lebih halus.
Ciri utama yang membedakan konglomerat dari batuan sedimen klastik lainnya, seperti batupasir atau batulanau, adalah bentuk dari fragmen penyusunnya. Pada konglomerat, fragmen-fragmen tersebut (yang disebut klasta) umumnya berbentuk **membundar (rounded)** hingga sangat membundar. Pembundaran ini mengindikasikan bahwa klasta telah mengalami transportasi dalam jarak yang cukup jauh oleh energi media pembawanya, seperti sungai yang deras, ombak laut, atau aliran glasial, sehingga tepiannya tergerus dan menghalus.
Secara komposisi, konglomerat dapat mengandung klasta dari berbagai jenis batuan, seperti pecahan granit, basal, kuarsa, atau bahkan fosil batuan yang lebih tua. Sementara itu, matriks atau semen yang mengisi ruang antar klasta biasanya terdiri dari material berbutir halus seperti pasir halus, lanau, atau lempung yang kemudian mengalami sementasi oleh mineral seperti silika (SiO2), kalsit (CaCO3), atau oksida besi.
Pengklasifikasian konglomerat seringkali didasarkan pada dua aspek utama: komposisi klasta dan sifat matriksnya. Pemahaman akan jenis-jenis ini membantu geolog dalam menafsirkan lingkungan pengendapan masa lalu.
Ini adalah klasifikasi yang paling umum digunakan dalam lapangan:
Pengamatan terhadap contoh batuan konglomerat di lapangan memberikan petunjuk penting mengenai proses geologi yang terjadi. Berikut adalah beberapa contoh tipikal dan lingkungan pembentukannya:
Batuan konglomerat adalah catatan geologi yang sangat berharga. Keberadaannya memberi tahu para ilmuwan mengenai beberapa hal mendasar:
Meskipun ukuran butirnya yang besar seringkali memberikan porositas yang baik, semenasi yang kuat (terutama oleh silika atau kalsit) dapat mengurangi permeabilitas batuan ini secara signifikan. Namun, contoh batuan konglomerat yang semenasinya buruk masih menjadi target eksplorasi karena potensi sebagai batuan reservoir hidrokarbon.