Memahami Doa Kedua Setelah Al-Fatihah: Surah Pilihan dan Keutamaannya dalam Shalat

Dalam setiap shalat, baik fardhu maupun sunnah, pembacaan surah Al-Fatihah adalah rukun yang tak boleh ditinggalkan. Tanpa Al-Fatihah, shalat seseorang tidak sah. Namun, setelah pembacaan Al-Fatihah, ada satu praktik yang sering disebut sebagai "doa kedua setelah Al-Fatihah." Istilah ini mungkin sedikit menyesatkan, karena sebenarnya yang dimaksud bukanlah doa dalam artian permohonan khusus, melainkan pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an lainnya, biasanya berupa surah pendek atau beberapa ayat dari surah panjang.

Praktik membaca surah atau ayat Al-Qur'an setelah Al-Fatihah ini memiliki kedudukan penting dalam Islam, bukan hanya sebagai pelengkap shalat, tetapi juga sebagai bagian dari sunnah Rasulullah ﷺ yang penuh hikmah dan keutamaan. Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai "doa kedua setelah Al-Fatihah" ini, mulai dari kedudukannya dalam fiqih, hikmah di baliknya, surah-surah yang dianjurkan, hingga tata cara dan keutamaannya.

Al-Quran Terbuka Ilustrasi sebuah Al-Quran yang terbuka dengan halaman-halaman menunjukkan tulisan Arab, melambangkan pembacaan ayat-ayat suci.

Gambar: Al-Quran sebagai sumber bacaan utama dalam shalat setelah Al-Fatihah.

Kedudukan Al-Fatihah dalam Shalat

Sebelum membahas lebih lanjut tentang bacaan setelahnya, penting untuk memahami mengapa Al-Fatihah begitu sentral. Surah Al-Fatihah adalah jantungnya shalat, bahkan sering disebut sebagai Ummul Kitab (Induknya Kitab) atau Ummul Qur'an (Induknya Al-Qur'an). Kedudukannya begitu tinggi sehingga Rasulullah ﷺ bersabda:

"Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Al-Fatihah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menegaskan bahwa membaca Al-Fatihah adalah rukun shalat. Artinya, jika seorang muslim shalat tanpa membaca Al-Fatihah, maka shalatnya batal dan tidak dianggap sah. Ini berlaku untuk setiap rakaat dalam setiap shalat, baik shalat fardhu maupun shalat sunnah.

Mengapa Al-Fatihah Begitu Penting?

Al-Fatihah bukan sekadar bacaan wajib, tetapi juga mengandung intisari ajaran Islam. Di dalamnya terdapat:

Dengan demikian, Al-Fatihah adalah fondasi spiritual dan akidah bagi setiap muslim yang sedang shalat, menjadi komunikasi langsung antara hamba dengan Penciptanya.

Hukum Membaca Surah/Ayat Setelah Al-Fatihah

Setelah memahami urgensi Al-Fatihah, kini kita beralih ke hukum membaca surah atau ayat Al-Qur'an lain setelahnya, yang kerap disebut "doa kedua setelah Al-Fatihah." Para ulama dari berbagai mazhab fiqih memiliki pandangan yang berbeda mengenai hukumnya, namun mayoritas sepakat bahwa hukumnya adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) dalam dua rakaat pertama shalat fardhu dan di setiap rakaat shalat sunnah.

1. Pandangan Jumhur Ulama (Syafi'i, Hanbali, Maliki)

Mayoritas ulama dari mazhab Syafi'i, Hanbali, dan Maliki berpendapat bahwa membaca surah atau ayat Al-Qur'an setelah Al-Fatihah adalah sunnah muakkadah. Artinya, sangat dianjurkan untuk dilakukan, dan jika ditinggalkan, shalat tetap sah namun kehilangan pahala kesempurnaan. Dalilnya adalah praktik Rasulullah ﷺ yang selalu membaca surah atau ayat setelah Al-Fatihah dalam dua rakaat pertama shalat fardhu dan di setiap rakaat shalat sunnah.

"Bahwasanya Nabi ﷺ shalat bersama para sahabatnya, lalu beliau membaca (surah) setelah Al-Fatihah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Mereka berargumen bahwa tidak ada dalil yang secara eksplisit mewajibkan bacaan ini di setiap rakaat shalat fardhu selain Al-Fatihah. Namun, dengan melakukannya, shalat menjadi lebih sempurna, lebih khusyuk, dan pahalanya lebih besar.

2. Pandangan Mazhab Hanafi

Mazhab Hanafi memiliki pandangan yang sedikit berbeda. Mereka berpendapat bahwa membaca surah atau ayat Al-Qur'an setelah Al-Fatihah dalam dua rakaat pertama shalat fardhu hukumnya adalah wajib (wajib di sini berarti wajib dalam konteks mazhab Hanafi, yang sedikit berbeda dengan rukun; jika ditinggalkan dengan sengaja harus sujud sahwi, dan jika ditinggalkan tanpa sengaja shalat tetap sah namun harus sujud sahwi). Sementara itu, di rakaat ketiga dan keempat shalat fardhu, atau di setiap rakaat shalat sunnah, hukumnya adalah sunnah.

Dalil mereka antara lain adalah firman Allah dalam surah Al-Muzzammil ayat 20:

... فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ ...

"...maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an..."

Ayat ini, menurut Mazhab Hanafi, menunjukkan kewajiban membaca sebagian dari Al-Qur'an selain Al-Fatihah dalam shalat, setidaknya di dua rakaat pertama. Mereka menafsirkan bahwa "apa yang mudah" mencakup surah pendek atau beberapa ayat.

3. Perbedaan Hukum di Rakaat Ketiga dan Keempat Shalat Fardhu

Dalam shalat fardhu yang berjumlah tiga atau empat rakaat (seperti Maghrib, Isya, Zuhur, Ashar), jumhur ulama sepakat bahwa membaca surah atau ayat Al-Qur'an setelah Al-Fatihah di rakaat ketiga dan keempat tidak disunnahkan, atau disunnahkan secara ringan. Umumnya, yang dibaca hanyalah surah Al-Fatihah saja.

Ini berdasarkan hadits Aisyah r.a. yang menjelaskan praktik Nabi ﷺ:

"Nabi ﷺ membaca surah (pendek) dalam dua rakaat pertama shalat Zuhur dan Ashar, dan hanya membaca Al-Fatihah pada dua rakaat terakhir." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hikmahnya adalah untuk meringankan imam dan makmum, serta memberikan fokus pada kekhusyukan tanpa memperpanjang shalat secara berlebihan. Namun, jika seseorang ingin membaca surah lain di rakaat ketiga dan keempat, shalatnya tetap sah dan tidak mengapa, hanya saja bukan merupakan sunnah yang ditekankan.

Kesimpulan Hukum

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa membaca surah atau ayat Al-Qur'an setelah Al-Fatihah di dua rakaat pertama shalat fardhu dan di setiap rakaat shalat sunnah adalah sangat dianjurkan (sunnah muakkadah). Meninggalkannya tidak membatalkan shalat, tetapi mengurangi kesempurnaan dan pahala.

Hikmah dan Tujuan Pembacaan Surah Setelah Al-Fatihah

Praktik ini bukanlah tanpa tujuan. Ada banyak hikmah dan manfaat yang terkandung di dalamnya:

Orang Sedang Shalat Siluet seorang muslim sedang dalam posisi berdiri shalat (qiyam), melambangkan kekhusyukan dan ibadah.

Gambar: Kekhusyukan dalam shalat, diperkaya dengan pembacaan ayat Al-Quran.

Surah-Surah Pilihan untuk Dibaca Setelah Al-Fatihah

Tidak ada batasan khusus surah apa yang harus dibaca setelah Al-Fatihah. Seorang muslim bebas memilih surah atau ayat mana pun dari Al-Qur'an. Namun, beberapa surah pendek dan ayat-ayat tertentu seringkali menjadi pilihan populer karena keutamaannya, kemudahan hafalannya, dan maknanya yang mendalam. Berikut adalah beberapa di antaranya:

1. Surah Al-Ikhlas (Qul Huwallahu Ahad)

Surah ini sering dibaca karena meringkas konsep tauhid yang menjadi inti ajaran Islam. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa membaca Surah Al-Ikhlas setara dengan sepertiga Al-Qur'an.

Teks Arab:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1)
اللَّهُ الصَّمَدُ (2)
وَاجْلَمْ لاَ تُلْقَىٰ لَهُ أَحَدٌ (3)
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1. Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa."
2. Allah tempat meminta segala sesuatu.
3. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
4. Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.

QS. Al-Ikhlas [112]: 1-4

Tafsir Singkat dan Keutamaan:

Surah Al-Ikhlas adalah deklarasi tegas tentang keesaan Allah dan penafian segala bentuk sekutu atau kesamaan dengan-Nya. Ayat pertama menegaskan Allah sebagai "Ahad," satu-satunya Tuhan yang mutlak, tidak ada duanya. Ayat kedua, "Allahush Shamad," menjelaskan bahwa Dia adalah tempat bergantung segala sesuatu, yang berarti Dia tidak membutuhkan siapa pun, tetapi semua makhluk membutuhkan-Nya. Ayat ketiga dan keempat secara kategoris menolak konsep keturunan atau kesetaraan, membantah segala bentuk trinitas atau kemiripan Allah dengan makhluk-Nya. Surah ini adalah fondasi aqidah Islam. Keutamaannya yang setara dengan sepertiga Al-Qur'an menunjukkan betapa agungnya kandungan surah ini dalam menjelaskan hakikat Ketuhanan.

Membacanya dalam shalat mengingatkan kita akan dasar utama iman, memurnikan tauhid, dan menguatkan keyakinan akan kebesaran Allah.

2. Surah Al-Falaq

Surah ini merupakan salah satu dari Al-Mu'awwidzatain (dua surah perlindungan), yang dibaca untuk memohon perlindungan dari segala keburukan.

Teks Arab:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1)
مِن شَرِّ مَا خَلَقَ (2)
وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3)
وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4)
وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5)

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1. Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar),
2. dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan,
3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
4. dan dari kejahatan perempuan-perempuan penyihir yang menghembus pada buhul-buhul,
5. dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki."

QS. Al-Falaq [113]: 1-5

Tafsir Singkat dan Keutamaan:

Surah Al-Falaq adalah doa permohonan perlindungan kepada Allah, Rabbul Falaq (Tuhan yang membelah kegelapan subuh menjadi terang). Ayat-ayatnya memohon perlindungan dari berbagai bentuk kejahatan: kejahatan makhluk secara umum, kejahatan malam yang pekat (simbol dari bahaya yang tersembunyi), kejahatan sihir, dan kejahatan hasad (dengki). Ini mencakup perlindungan dari kejahatan fisik dan non-fisik, baik yang terlihat maupun tidak. Keutamaan membaca surah ini adalah sebagai benteng diri dari berbagai gangguan dan marabahaya, serta sebagai pengingat bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Dzat yang mampu memberikan perlindungan sejati.

Rasulullah ﷺ sering membaca kedua surah perlindungan ini sebelum tidur dan setelah shalat.

3. Surah An-Nas

Bersama Al-Falaq, Surah An-Nas juga merupakan Al-Mu'awwidzatain, berfokus pada perlindungan dari kejahatan setan dan bisikan jahat.

Teks Arab:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1)
مَلِكِ النَّاسِ (2)
إِلَٰهِ النَّاسِ (3)
مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4)
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5)
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1. Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
2. Raja manusia.
3. Sembahan manusia.
4. dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,
5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
6. dari (golongan) jin dan manusia."

QS. An-Nas [114]: 1-6

Tafsir Singkat dan Keutamaan:

Surah An-Nas adalah permohonan perlindungan kepada Allah yang disebut dengan tiga sifat keagungan-Nya: Rabbun Naas (Tuhan Manusia), Malikun Naas (Raja Manusia), dan Ilahun Naas (Sembahan Manusia). Dengan tiga sebutan ini, kita diingatkan bahwa Allah memiliki kuasa mutlak atas seluruh aspek kehidupan manusia. Permohonan perlindungan ini secara spesifik ditujukan dari "syarril waswasil khannas," yaitu kejahatan bisikan setan yang bersembunyi dan muncul kembali. Setan ini membisikkan kejahatan ke dalam hati manusia, baik dari golongan jin maupun manusia. Surah ini mengajarkan kita untuk selalu waspada terhadap bisikan jahat yang dapat datang dari dalam diri sendiri maupun dari luar, dan mengembalikan segala perlindungan hanya kepada Allah.

Membaca An-Nas dalam shalat menguatkan jiwa dari godaan setan dan memperbarui kesadaran akan perlindungan ilahi.

4. Ayat Kursi (Surah Al-Baqarah ayat 255)

Ayat Kursi adalah salah satu ayat teragung dalam Al-Qur'an, yang mengandung sifat-sifat kebesaran dan keagungan Allah secara menyeluruh. Rasulullah ﷺ menyebutnya sebagai ayat yang paling agung dalam Kitabullah.

Teks Arab:

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar.

QS. Al-Baqarah [2]: 255

Tafsir Singkat dan Keutamaan:

Ayat Kursi adalah manifestasi dari keagungan, kekuasaan, dan ilmu Allah yang tak terbatas. Dimulai dengan penegasan tauhid ("Allah, tidak ada tuhan selain Dia"), kemudian menjelaskan bahwa Dia adalah Al-Hayy (Maha Hidup) dan Al-Qayyum (Maha Berdiri Sendiri, yang mengurus semua makhluk). Dia tidak pernah mengantuk atau tidur, menunjukkan kesempurnaan sifat-sifat-Nya. Seluruh alam semesta adalah milik-Nya, dan tidak ada yang dapat memberi syafaat tanpa izin-Nya, menegaskan otoritas mutlak Allah. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi, namun manusia hanya dapat mengetahui sebagian kecil dari ilmu-Nya sesuai kehendak-Nya. Ayat ini diakhiri dengan gambaran "Kursi" Allah yang meliputi langit dan bumi, menunjukkan kebesaran kekuasaan-Nya yang tak terbatas, dan Dia tidak merasa berat sedikit pun dalam memelihara keduanya. Dia adalah Al-'Aliyy (Maha Tinggi) dan Al-'Azhim (Maha Agung). Keutamaan Ayat Kursi sangat banyak, salah satunya adalah perlindungan dari setan. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa siapa pun yang membacanya, maka ia akan selalu dalam penjagaan Allah dan setan tidak akan mendekatinya sampai pagi.

Membaca Ayat Kursi dalam shalat adalah cara yang sangat baik untuk merenungkan keagungan Allah dan memperkuat iman.

5. Surah Al-Kafirun

Surah ini menekankan pemisahan yang jelas antara keimanan dan kekafiran, serta penolakan terhadap sinkretisme agama.

Teks Arab:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1)
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2)
وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3)
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4)
وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5)
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1. Katakanlah (Muhammad), "Wahai orang-orang kafir!
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku."

QS. Al-Kafirun [109]: 1-6

Tafsir Singkat dan Keutamaan:

Surah Al-Kafirun adalah deklarasi tegas tentang kemurnian tauhid dan pemisahan yang jelas antara penyembahan kepada Allah dan penyembahan kepada selain-Nya. Surah ini turun sebagai respons terhadap tawaran kaum kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad ﷺ untuk berkompromi dalam masalah keyakinan dan ibadah. Dengan tegas, Allah memerintahkan Nabi untuk menyatakan bahwa tidak ada titik temu antara tauhid dan syirik. Pengulangan "Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah" bukan sekadar pengulangan, melainkan penekanan akan keteguhan iman dan penolakan terhadap penyembahan berhala, baik di masa lalu, sekarang, maupun yang akan datang. Ayat terakhir, "Lakum dinukum wa liya din," adalah prinsip toleransi dalam Islam, yaitu menghormati keberadaan agama lain tanpa mencampuradukkan atau mengorbankan prinsip tauhid. Surah ini dikenal juga sebagai "Surah Pembebas" (Al-Bara'ah) karena membebaskan pelafalnya dari syirik.

Membaca Al-Kafirun dalam shalat adalah penegasan kembali komitmen terhadap Islam dan pemurnian akidah.

6. Surah Al-Kautsar

Surah terpendek dalam Al-Qur'an ini mengandung kabar gembira dan perintah untuk bersyukur.

Teks Arab:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1)
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2)
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (3)

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1. Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) Al-Kautsar.
2. Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).
3. Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).

QS. Al-Kautsar [108]: 1-3

Tafsir Singkat dan Keutamaan:

Surah Al-Kautsar adalah surah yang penuh dengan janji dan hiburan untuk Nabi Muhammad ﷺ di saat beliau menghadapi banyak kesulitan dan ejekan dari kaum musyrikin. "Al-Kautsar" merujuk pada kebaikan yang melimpah ruah, termasuk telaga di surga, keturunan yang banyak, dan kenabian. Sebagai balasan atas nikmat yang agung ini, Allah memerintahkan Nabi untuk shalat dan berkurban hanya untuk-Nya, sebagai bentuk syukur dan ketaatan yang sempurna. Ayat terakhir adalah ancaman bagi para pembenci Nabi, menyatakan bahwa merekalah yang akan "terputus" dari kebaikan dan keberkahan, bukan Nabi Muhammad ﷺ. Surah ini mengajarkan pentingnya syukur atas nikmat Allah dan keteguhan dalam beribadah meskipun menghadapi rintangan.

Membaca Al-Kautsar dalam shalat adalah pengingat untuk bersyukur dan menguatkan hati dari kesedihan.

7. Surah Al-Ashr

Surah yang sangat ringkas namun sarat makna, mengingatkan tentang pentingnya waktu dan empat pilar keberhasilan.

Teks Arab:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
وَالْعَصْرِ (1)
إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2)
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1. Demi masa.
2. Sungguh, manusia berada dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

QS. Al-Ashr [103]: 1-3

Tafsir Singkat dan Keutamaan:

Surah Al-Ashr diawali dengan sumpah Allah demi masa (waktu), yang menunjukkan betapa pentingnya waktu dalam kehidupan manusia. Kemudian, Allah menyatakan bahwa "sesungguhnya manusia berada dalam kerugian" yang besar, kecuali mereka yang memenuhi empat kriteria fundamental. Empat kriteria tersebut adalah: 1) Iman (keyakinan yang benar), 2) Amal Saleh (perbuatan baik), 3) Saling menasihati dalam kebenaran (mengajak kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya), dan 4) Saling menasihati dalam kesabaran (tabah menghadapi ujian dan dalam menjalankan ketaatan). Surah ini adalah ringkasan جامع (komprehensif) tentang resep kesuksesan sejati di dunia dan akhirat. Imam Syafi'i bahkan mengatakan, "Seandainya manusia merenungkan surah ini, niscaya cukuplah ia bagi mereka."

Membaca Al-Ashr dalam shalat adalah pengingat konstan akan nilai waktu dan urgensi untuk selalu berada di jalan kebenaran.

8. Surah An-Nashr

Surah ini mengumumkan kemenangan Islam dan perintah untuk bertasbih dan memohon ampunan.

Teks Arab:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1)
وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا (2)
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا (3)

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
2. dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah,
3. maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima Tobat.

QS. An-Nashr [110]: 1-3

Tafsir Singkat dan Keutamaan:

Surah An-Nashr adalah surah yang turun menjelang wafatnya Nabi Muhammad ﷺ. Ia mengabarkan tentang dua peristiwa besar: "Nashrullah wal fath" (pertolongan Allah dan kemenangan), yang merujuk pada Fathu Makkah (Pembebasan Mekah) dan masuknya manusia ke dalam agama Islam secara berbondong-bondong. Setelah kemenangan dan tercapainya misi kenabian, Allah memerintahkan Nabi Muhammad ﷺ dan umatnya untuk memperbanyak tasbih (menyucikan Allah), tahmid (memuji Allah), dan istighfar (memohon ampunan). Perintah ini mengingatkan bahwa segala kemenangan dan nikmat berasal dari Allah, dan respon terbaik hamba adalah bersyukur dan selalu kembali kepada-Nya dengan rendah hati. Surah ini juga mengisyaratkan bahwa dengan sempurnanya misi Nabi, ajalnya sudah dekat, sehingga beliau banyak mengamalkan tasbih dan istighfar setelah surah ini turun.

Membaca An-Nashr dalam shalat adalah pengingat akan janji Allah, pentingnya syukur saat meraih keberhasilan, dan keharusan untuk selalu beristighfar.

9. Surah At-Tin

Surah ini bersumpah dengan empat lokasi suci dan berbicara tentang penciptaan manusia dalam bentuk terbaik serta hari pembalasan.

Teks Arab:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ (1)
وَطُورِ سِينِينَ (2)
وَهَٰذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ (3)
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4)
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5)
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ (6)
فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ (7)
أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ (8)

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1. Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun,
2. dan demi gunung Sinai,
3. dan demi negeri (Mekah) yang aman ini,
4. sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,
5. kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,
6. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya.
7. Maka apa lagi yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) Pembalasan setelah (adanya keterangan-keterangan) itu?
8. Bukankah Allah hakim yang paling adil?

QS. At-Tin [95]: 1-8

Tafsir Singkat dan Keutamaan:

Surah At-Tin dibuka dengan sumpah Allah demi empat tempat yang memiliki makna spiritual dan sejarah yang besar: buah Tin dan Zaitun (yang sering dihubungkan dengan tanah Syam/Palestina, tempat kenabian Isa a.s.), Gunung Sinai (tempat Nabi Musa a.s. menerima Taurat), dan Makkah Al-Amin (tempat Nabi Muhammad ﷺ diutus). Sumpah ini menguatkan pernyataan Allah bahwa Dia telah menciptakan manusia dalam "ahsanit taqwim" (bentuk yang sebaik-baiknya), baik secara fisik maupun potensi akal dan spiritual. Namun, manusia bisa jatuh ke "asfala safilin" (tempat yang serendah-rendahnya) jika mereka tidak beriman dan beramal saleh. Pengecualian diberikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, yang akan mendapatkan pahala tak terputus. Surah ini kemudian menantang mereka yang masih mendustakan hari pembalasan, dengan menegaskan bahwa Allah adalah "Ahkamul Hakimin" (Hakim yang paling adil), yang pasti akan menghisab perbuatan manusia. At-Tin mengajarkan tentang keagungan penciptaan manusia, tanggung jawabnya, dan kepastian hari pembalasan.

Membaca At-Tin dalam shalat mengingatkan akan harkat dan martabat manusia, serta tujuan hidup yang sebenarnya.

Panjang Bacaan Surah Setelah Al-Fatihah

Panjang bacaan surah setelah Al-Fatihah bervariasi tergantung jenis shalat dan preferensi imam atau individu. Rasulullah ﷺ terkadang memanjangkan bacaan dan terkadang memendekkannya, disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Prinsip umum yang diajarkan Rasulullah ﷺ adalah tidak memberatkan makmum, terutama jika ada orang tua, orang sakit, atau anak kecil di antara mereka. Imam harus senantiasa memperhatikan kondisi makmumnya.

Tata Cara dan Adab Membaca Surah Setelah Al-Fatihah

Agar pembacaan "doa kedua setelah Al-Fatihah" ini maksimal dalam meraih keutamaannya, ada beberapa tata cara dan adab yang perlu diperhatikan:

  1. Membaca Basmalah: Meskipun tidak wajib dibaca keras, disunnahkan untuk membaca basmalah secara lirih sebelum memulai surah tambahan, sebagaimana kebiasaan Nabi ﷺ.
  2. Menjaga Tajwid dan Makhraj: Sangat penting untuk membaca Al-Qur'an dengan benar, sesuai kaidah tajwid dan makhraj huruf (tempat keluarnya huruf). Membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar adalah kewajiban bagi setiap muslim.
  3. Tartil (Perlahan dan Jelas): Bacalah dengan tartil, tidak terburu-buru, sehingga setiap huruf dan kata dapat diucapkan dengan jelas dan maknanya dapat direnungkan.
  4. Kekhusyukan: Berusahalah untuk memahami makna ayat yang dibaca dan menghadirkan hati saat membacanya. Ini akan meningkatkan kekhusyukan dalam shalat.
  5. Variasi Bacaan: Dianjurkan untuk tidak hanya membaca surah yang sama berulang-ulang. Variasi bacaan surah akan memperkaya pengalaman spiritual, memperluas wawasan Al-Qur'an, dan menghidupkan shalat.
  6. Panjang Pendeknya Bacaan: Sesuaikan panjang bacaan dengan jenis shalat dan kondisi. Jangan terlalu panjang hingga memberatkan, dan jangan terlalu pendek sehingga terkesan meremehkan.
  7. Tidak Terlalu Panjang di Rakaat Akhir Fardhu: Seperti yang sudah disebutkan, di rakaat ketiga dan keempat shalat fardhu, lebih baik hanya membaca Al-Fatihah saja atau surah yang sangat pendek jika memang ingin menambah.
Sajadah Ilustrasi sajadah dengan pola geometris Islam, melambangkan tempat suci untuk shalat dan kekhusyukan.

Gambar: Sajadah, simbol kekhusyukan dan tempat beribadah kepada Allah.

Kesalahan Umum dalam Membaca Surah Setelah Al-Fatihah

Meskipun praktik ini sederhana, ada beberapa kesalahan umum yang sering terjadi dan perlu dihindari:

Meningkatkan Kualitas Shalat Melalui "Doa Kedua Setelah Al-Fatihah"

Pembacaan surah atau ayat setelah Al-Fatihah adalah kesempatan emas bagi setiap muslim untuk memperdalam koneksi spiritualnya dengan Allah. Ini bukan sekadar ritual mekanis, tetapi sebuah momen untuk:

Dengan demikian, "doa kedua setelah Al-Fatihah" menjadi lebih dari sekadar bagian dari shalat; ia menjadi sarana untuk pertumbuhan spiritual berkelanjutan. Ini adalah jendela menuju lautan hikmah Al-Qur'an yang tak terbatas, yang dibuka setiap kali kita berdiri di hadapan Allah dalam shalat.

Kesimpulan

Pembacaan surah atau ayat Al-Qur'an setelah Al-Fatihah, yang populer disebut "doa kedua setelah Al-Fatihah," adalah praktik yang sangat dianjurkan dalam Islam. Hukumnya sunnah muakkadah bagi dua rakaat pertama shalat fardhu dan setiap rakaat shalat sunnah menurut jumhur ulama, bahkan wajib menurut mazhab Hanafi. Praktik ini memiliki banyak hikmah, seperti mengikuti sunnah Nabi ﷺ, memperkaya makna shalat, meningkatkan kekhusyukan, serta menjadi sarana tadabbur Al-Qur'an dan penambah pahala.

Berbagai surah pendek seperti Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, Ayat Kursi, Al-Kafirun, Al-Kautsar, Al-Ashr, An-Nashr, dan At-Tin adalah pilihan populer karena keutamaan dan maknanya yang mendalam. Penting untuk membaca dengan tajwid yang benar, tartil, dan menghadirkan hati, serta berusaha memvariasikan bacaan untuk mendapatkan manfaat maksimal.

Dengan memahami dan mengamalkan "doa kedua setelah Al-Fatihah" ini secara benar dan khusyuk, setiap muslim dapat meningkatkan kualitas shalatnya, memperdalam koneksi dengan Sang Pencipta, dan meraih keberkahan serta pahala yang melimpah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Semoga kita semua selalu istiqamah dalam menjalankan ibadah ini dengan sebaik-baiknya.

🏠 Homepage