Kota Surakarta, atau yang lebih dikenal sebagai Solo, tidak hanya terkenal dengan budayanya yang kental dan batiknya yang memukau, tetapi juga menjadi salah satu episentrum tumbuhnya gerakan seni ramah lingkungan. Di tengah gempuran industri tekstil modern yang seringkali menyisakan limbah kimia berbahaya, Ecoprint Solo hadir sebagai alternatif estetis sekaligus etis. Ecoprint adalah sebuah teknik seni tekstil di mana pigmen alami dari daun, bunga, atau bagian tumbuhan lain ditransfer langsung ke atas kain melalui proses perebusan atau penempelan (pounding).
Gerakan Ecoprint di Solo sangat selaras dengan semangat masyarakat Jawa yang menghargai kearifan lokal dan kelestarian alam. Filosofi dasarnya adalah mengurangi jejak karbon dan menghilangkan penggunaan zat kimia berbahaya, khususnya mordant sintetis yang sering ditemukan dalam proses pewarnaan konvensional. Setiap karya ecoprint adalah unik; pola yang tercipta tidak bisa direplikasi secara persis karena bergantung pada jenis daun, kadar tanin, kondisi cuaca saat pemetikan, dan intensitas tekanan saat proses pencetakan. Ini menjadikan setiap lembar kain sebagai artefak alam yang tak ternilai.
Keberhasilan Ecoprint sangat bergantung pada ketersediaan sumber pewarna alami yang melimpah di lingkungan sekitar Solo dan Jawa Tengah. Para pegiat ecoprint di Solo sangat mahir dalam mengidentifikasi tumbuhan mana yang menghasilkan warna stabil dan pola terbaik. Beberapa bahan baku favorit yang sering digunakan meliputi:
Proses pengumpulan bahan ini seringkali dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab, memastikan bahwa tumbuhan tidak dipanen berlebihan, sejalan dengan prinsip ekologis yang diusung oleh komunitas Ecoprint Solo.
Meskipun dasarnya adalah menempelkan daun, para seniman Solo telah mengembangkan variasi teknik yang menambah kedalaman visual pada karya mereka. Teknik dasar yang paling umum dikenal adalah teknik pounding (pemukulan) dan teknik steaming (pengukusan).
Teknik pounding biasanya digunakan untuk mendapatkan pola yang tajam dan kontras, di mana daun diletakkan di atas kain, lalu dibungkus dan dipukul menggunakan palu kayu secara merata. Sementara itu, teknik steaming membutuhkan waktu lebih lama, namun sering menghasilkan gradasi warna yang lebih halus dan menyebar (disebut juga efek ‘ombre’ alami).
Karya-karya Ecoprint Solo kini telah melampaui ranah kain polos. Mereka diaplikasikan pada berbagai produk premium seperti busana siap pakai, kerudung, tas, hingga elemen dekorasi rumah tangga. Kualitas pengerjaan yang presisi, dipadukan dengan estetika alam yang lembut, membuat produk ecoprint Solo sangat diminati oleh pasar yang sadar lingkungan dan mencari keunikan.
Komunitas Ecoprint Solo bukan sekadar tren sesaat, melainkan sebuah gerakan ekonomi kerakyatan yang berkelanjutan. Dengan mempromosikan pewarna alami, mereka secara langsung mengurangi polusi air yang disebabkan oleh pembuangan limbah pabrik tekstil konvensional. Selain itu, bisnis ini seringkali melibatkan ibu-ibu rumah tangga atau kelompok perajin kecil, memberikan mereka kesempatan ekonomi sambil tetap menjaga warisan lingkungan.
Ecoprint adalah bukti nyata bahwa keindahan artistik tertinggi dapat dicapai melalui kemitraan yang harmonis dengan alam, sebuah pesan kuat yang dibawa oleh para perajin di jantung kota budaya Solo. Inovasi terus dilakukan, mulai dari pengujian mordant alami yang lebih kuat hingga pengembangan desain kontemporer yang berpadu dengan motif batik tradisional Solo, memastikan bahwa seni alam ini akan terus berkembang dan relevan di masa mendatang.