Frasa "ikan hiu makan tomat" mungkin terdengar aneh, bahkan menggelitik. Apa hubungannya antara predator laut ganas dengan buah merah kesukaan banyak orang? Awalnya, frasa ini muncul dari pengamatan yang mungkin bersifat humoris atau bahkan sekadar keisengan. Namun, seperti banyak ungkapan unik lainnya, ia menemukan jalannya ke dalam kancah kreatif, khususnya sebagai pembuka untuk pantun gombal.
Pantun gombal, sebuah bentuk puisi rakyat yang singkat dan berima, sering kali menggunakan objek atau situasi yang tak terduga sebagai metafora untuk mengungkapkan perasaan cinta, kerinduan, atau pujian kepada seseorang yang disayang. Dalam konteks ini, "ikan hiu makan tomat" berfungsi sebagai sampiran yang lucu dan mengejutkan, sebelum akhirnya berlabuh pada isi pantun yang romantis.
Penggunaan "ikan hiu makan tomat" dalam pantun gombal menunjukkan betapa luasnya imajinasi manusia. Sampiran yang tidak lazim ini justru berhasil menarik perhatian. Alih-alih menakutkan, hiu di sini mungkin digambarkan memiliki sisi lembut yang tak terduga, sama seperti bagaimana sang pujangga melihat pasangannya. Tomat yang berwarna merah cerah bisa diasosiasikan dengan gairah, cinta yang membara, atau bahkan pipi merona kekasih.
Ketika sebuah pantun dimulai dengan baris yang absurd seperti "Ikan hiu makan tomat," pendengar atau pembaca akan langsung penasaran. Rasa penasaran inilah yang membuat pesan selanjutnya, yaitu ungkapan perasaan, menjadi lebih berkesan. Pendekatan ini adalah strategi cerdas untuk membuat gombalan terasa lebih segar dan tidak klise.
Ikan hiu makan tomat,
Warnanya merah sangat memikat.
Wajahmu sungguh membuatku terpikat,
Senyummu seindah mentari pagi yang hangat.
Lihatlah bagaimana kalimat pertama yang kocak beralih ke pujian yang manis. Warna merah tomat yang cerah menjadi jembatan untuk menggambarkan pesona wajah dan senyum sang pujaan hati. Ini adalah seni mengubah hal yang biasa, bahkan aneh, menjadi luar biasa.
Selain sebagai pembuka yang menggelitik, ada pula makna tersirat lain yang bisa digali. Hiu, meski menakutkan, adalah makhluk yang kuat dan memiliki keanggunan tersendiri saat bergerak di dalam air. Menggabungkannya dengan tomat yang lembut dan kaya rasa bisa diartikan sebagai ungkapan bahwa seseorang yang terlihat tangguh atau dingin di luar, ternyata memiliki hati yang lembut dan penuh kasih di dalam. Atau sebaliknya, seseorang yang tampaknya manis dan lembut (seperti tomat) ternyata memiliki kekuatan dan keberanian seperti seekor hiu.
Dalam dunia percintaan, kesempurnaan yang polos terkadang membosankan. Justru perpaduan elemen-elemen yang tak terduga inilah yang menciptakan daya tarik unik. Sama seperti resep masakan yang menarik ketika ada sentuhan bumbu tak terduga, hubungan pun menjadi lebih berwarna ketika ada kejutan-kejutan manis.
Ikan hiu makan tomat,
Rasa manisnya membuat ketagihan.
Sungguh kamu membuatku terpikat,
Setiap saat merindukan kehadiranmu, sayang.
Dalam pantun kedua ini, rasa tomat yang manis yang membuat ketagihan disandingkan dengan rasa rindu yang mendalam. Ini menunjukkan bagaimana hal-hal kecil dan sederhana, seperti rasa tomat, dapat menjadi inspirasi untuk menggambarkan perasaan cinta yang besar.
Keampuhan pantun gombal dengan sampiran unik seperti "ikan hiu makan tomat" terletak pada beberapa faktor:
Jadi, jangan meremehkan kekuatan frasa yang tampaknya tidak masuk akal. Terkadang, justru dari sanalah lahir ungkapan cinta yang paling menyentuh hati dan paling tak terlupakan. Ikan hiu yang berenang di lautan bisa saja tersenyum melihat betapa kreatifnya manusia dalam merangkai kata demi menyatakan rasa.