Ilustrasi visualisasi batu bara bermutu tinggi.
Batu bara adalah sumber energi fosil penting yang telah mendorong revolusi industri dan terus memainkan peran vital dalam perekonomian global. Namun, tidak semua batu bara diciptakan sama. Kualitas batu bara sangat bervariasi, yang seringkali dapat diidentifikasi secara visual melalui warnanya, yang mencerminkan kandungan karbon dan tingkat kematangannya (rank). Batu bara bermutu tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih tinggi, nilai kalor yang lebih besar, dan kadar kotoran (abu serta sulfur) yang lebih rendah.
Proses pembentukan batu bara melibatkan tekanan dan suhu tinggi selama jutaan tahun, mengubah material organik (seperti sisa tumbuhan) menjadi mineral karbon padat. Proses ini menghasilkan tingkatan yang berbeda. Semakin tinggi peringkatnya, semakin gelap warnanya, dan semakin tinggi kandungan karbonnya.
Secara umum, warna gelap pekat adalah indikator utama dari kualitas yang lebih baik.
Anthrasit adalah peringkat batu bara tertinggi. Ia dikenal memiliki kandungan karbon tertinggi, seringkali mencapai di atas 90%.
Batu bara bituminus adalah jenis yang paling umum ditambang dan digunakan secara luas untuk pembangkit listrik dan pembuatan kokas metalurgi.
Batu bara bituminus sendiri terbagi lagi berdasarkan kandungan volatilnya (zat yang menguap ketika dipanaskan). Bituminus kualitas tinggi, khususnya yang digunakan untuk industri baja (coking coal), akan memiliki warna yang sangat gelap dan tekstur yang padat.
Jenis ini berada di bawah bituminus. Meskipun masih merupakan sumber energi yang baik, kandungan karbonnya sedikit lebih rendah.
Warna pada batu bara adalah cerminan dari sejarah geologisnya. Batu bara yang lebih muda atau yang kurang mengalami tekanan akan memiliki lebih banyak materi volatil dan kelembaban, yang membuatnya terlihat lebih cokelat atau abu-abu gelap.
Batu bara bermutu tinggi (terutama antrasit dan bituminus berkualitas tinggi) akan menampilkan hitam yang dalam, konsisten, dan seringkali mengilap. Kilap ini (lustre) menunjukkan kepadatan tinggi dan sedikitnya pengotor. Sebaliknya, batu bara lignit atau gambut akan terlihat cokelat tua atau cokelat kemerahan, menandakan kandungan air dan volatil yang tinggi, serta nilai kalor yang rendah.
Oleh karena itu, ketika mencari atau mengevaluasi batu bara untuk aplikasi industri berat yang membutuhkan efisiensi maksimal—seperti pembangkit listrik superkritis atau peleburan logam—para ahli akan mencari sampel dengan warna yang paling gelap, paling padat, dan dengan kilap yang paling intens, karena ini mengindikasikan konsentrasi karbon termal yang superior.