Obsidian adalah salah satu batuan beku ekstrusif (volkanik) yang paling unik dan menarik secara visual. Berbeda dengan kebanyakan batuan beku lain yang kristalnya tumbuh besar karena pendinginan lambat di bawah permukaan bumi, obsidian terbentuk ketika lava felsik yang sangat kaya silika mendingin sangat cepat sehingga atom-atomnya tidak sempat tersusun dalam struktur kristal yang teratur. Hasilnya adalah batuan alami yang diklasifikasikan sebagai batuan gelas (glassy rock).
Karakteristik utama obsidian adalah teksturnya yang halus seperti kaca dan memiliki kilap vitreous (mengilap seperti kaca). Karena struktur amorfnya, ketika pecah, obsidian menunjukkan pola pecah yang khas disebut rekahan kerang atau pecahan konkoidal (conchoidal fracture), menghasilkan tepian yang sangat tajam. Sifat inilah yang membuatnya sangat berharga sejak zaman prasejarah untuk pembuatan alat potong, mata panah, dan perhiasan.
Meskipun secara komposisi kimia sebagian besar obsidian adalah batuan asam (kaya silika, seringkali menyerupai riodasit atau andesit), variasi warna dan pola yang kita lihat sebenarnya disebabkan oleh inklusi mineral atau gelembung gas yang terperangkap selama proses pendinginan. Berikut adalah beberapa jenis obsidian yang paling umum dikenal:
Ini adalah bentuk obsidian yang paling umum dan paling murni. Warna hitam pekatnya disebabkan oleh kandungan besi dan magnesium oksida yang tinggi atau konsentrasi nanokristal magnetit yang merata. Obsidian hitam murni sangat baik dalam menghasilkan pecahan tajam dan sering digunakan sebagai batu spiritual atau untuk alat pemotong bedah presisi modern (meskipun penggunaannya terbatas karena kerapuhannya).
Obsidian Salju adalah jenis yang sangat populer karena penampilannya yang mencolok. Batuan dasar hitamnya dihiasi dengan pola bintik-bintik putih atau abu-abu yang menyerupai kepingan salju. Pola ini terbentuk oleh kristal kristobalit (sejenis silika) yang mengkristal perlahan di dalam matriks gelas sebelum proses pendinginan selesai. Inklusi kristobalit ini memberikan tekstur sedikit lebih kasar dibandingkan obsidian hitam murni.
Obsidian Pelangi adalah salah satu varian yang paling dicari. Ketika terkena cahaya langsung, permukaan obsidian ini menunjukkan pita-pita warna yang indah—biasanya ungu, hijau, emas, atau biru. Warna-warna ini bukan disebabkan oleh mineral, melainkan oleh inklusi nanometer dari magnetit atau kristal hematit yang sangat kecil dan tersusun dalam lapisan paralel. Fenomena optik ini mirip dengan yang terjadi pada batu opal atau labradorit.
Obsidian Mahoni menampilkan perpaduan menarik antara warna hitam pekat dengan bercak atau pita berwarna merah kecokelatan. Warna merah karat ini disebabkan oleh inklusi hematit (oksida besi) yang terdistribusi secara tidak merata. Nama "Mahoni" diambil karena kemiripannya dengan serat kayu mahoni. Jenis ini menunjukkan gradasi yang lebih jelas antara fase kristalin (inklusi) dan fase gelas (matriks hitam).
Sheen Obsidian menunjukkan kilau metalik yang disebut "sheen" ketika disinari cahaya. Kilauan emas (Gold Sheen) atau perak (Silver Sheen) terjadi karena gelembung gas kecil (vesikula) yang sangat halus dan tersusun sejajar di dalam batuan. Ketika cahaya mengenai gelembung-gelembung ini, ia tersebar, menciptakan efek kilau yang mirip foil. Obsidian Ekor Kucing sering dianggap sebagai variasi dari Sheen Obsidian.
Obsidian terbentuk dalam letusan gunung berapi yang menghasilkan lava dengan kandungan silika yang tinggi (lebih dari 63% SiO2). Pendinginan yang cepat (seringkali terjadi ketika lava terlempar ke udara atau mengalir di bawah air) mencegah proses nukleasi dan pertumbuhan kristal, menyebabkan padatnya materi menjadi struktur amorf, yaitu gelas.
Meskipun obsidian bukanlah mineral karena kurangnya struktur kristal internal yang teratur, ia adalah batuan beku yang penting untuk mempelajari proses pendinginan cepat dalam vulkanisme. Selain itu, studi terhadap komposisi kimianya membantu para geolog memetakan sumber erupsi magma purba. Karena sifatnya yang rapuh, obsidian jarang ditemukan dalam jumlah besar di permukaan kecuali di dekat lokasi letusan purba yang masih relatif muda secara geologis.