Memahami Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Travis

Klasifikasi batuan beku merupakan fondasi penting dalam ilmu geologi untuk mengidentifikasi, menamai, dan memahami proses pembentukan batuan yang berasal dari pendinginan dan kristalisasi magma. Salah satu pendekatan historis yang signifikan dalam mengklasifikasikan batuan beku adalah metode yang diperkenalkan oleh R. B. Travis. Meskipun sistem klasifikasi modern seperti Streckeisen (menggunakan diagram QAPF) lebih dominan saat ini, memahami pendekatan Travis memberikan konteks sejarah dan menekankan pentingnya komposisi mineralogi dalam penamaan batuan.

Felsik Intermediet Mafik Plagioklas Biotit/Amfibol Piroksen/Olivin Sistem Klasifikasi Travis (Konsep)

Ilustrasi Konseptual Klasifikasi Batuan Beku

Dasar Pemikiran Klasifikasi Travis

Klasifikasi Travis, yang dikembangkan berdasarkan observasi batuan beku di Amerika Utara, sangat bergantung pada kandungan mineralogi utama, khususnya kandungan kuarsa, alkali feldspar, plagioklas, dan mineral feromagnesian (mafik). Sistem ini berusaha mengelompokkan batuan berdasarkan warna—yaitu, kandungan mineral terang (felsik) versus kandungan mineral gelap (mafik)—dan tingkat kekerasan komposisi mineralnya.

Pendekatan Travis seringkali membagi batuan menjadi tiga kategori utama berdasarkan proporsi mineral felsik (seperti kuarsa dan feldspar) terhadap mineral mafik (seperti biotit, amfibol, dan piroksen). Perbedaan utama antara sistem ini dengan sistem modern adalah penekanannya pada dominasi mineral individual dan bagaimana mineral tersebut hadir dalam batuan plutonik (intrusi dalam) dan vulkanik (ekstrusif).

Komponen Kunci dalam Pendekatan Travis

Untuk mengklasifikasikan batuan menggunakan kerangka ini, seorang geolog harus terlebih dahulu menentukan tekstur batuan (faneritik, afanitik, atau porfiritik) yang mengindikasikan apakah batuan tersebut plutonik atau vulkanik. Setelah tekstur diketahui, fokus beralih ke komposisi modal (persentase volume mineral):

Keterbatasan dan Perkembangan Selanjutnya

Meskipun sederhana dan intuitif dalam membedakan batuan terang dan gelap, klasifikasi Travis memiliki keterbatasan signifikan. Salah satu masalah utamanya adalah subjektivitas dalam estimasi proporsi mineral, terutama pada batuan vulkanik yang memiliki tekstur halus (afanitik). Selain itu, sistem ini kurang presisi dalam memisahkan kelompok batuan yang memiliki kandungan mineralogi yang sangat mirip tetapi berbeda dalam rasio feldspar alkali terhadap plagioklas, yang sangat krusial dalam nomenklatur modern.

Pengenalan diagram IUGS (International Union of Geological Sciences) yang menggunakan diagram QAPF (Kuarsa, Alkali Feldspar, Plagioklas, Feldspatoid) pada dasarnya menggantikan kebutuhan akan sistem seperti Travis dalam klasifikasi formal. Diagram QAPF memberikan dasar kuantitatif dan universal yang didasarkan pada proporsi mineral pembentuk batu (FQAP), memungkinkan pembedaan yang jauh lebih rinci dan standar antar laboratorium penelitian di seluruh dunia. Namun, Travis tetap menjadi tonggak penting dalam upaya awal geologi untuk memberikan tatanan pada keragaman batuan beku yang sangat besar.

Klasifikasi ini mengajarkan bahwa mineralogi adalah kunci utama. Bahkan ketika sistem baru muncul, pemahaman tentang dominasi kuarsa (felsik) versus dominasi piroksen (mafik) yang menjadi inti pemikiran Travis tetap relevan untuk diagnosis cepat di lapangan.

🏠 Homepage