Puncak gunung membelai awan biru,
Sang surya hangatkan bumi pertiwi,
Di lembah hijau tempat jiwa tertuju,
Damai tercipta dalam hening sunyi.
Angin berbisik di sela daun rindang,
Mencipta melodi alam nan syahdu,
Riuh rendah kicau burung berdendang,
Menemani langkah di jalan yang baru.
Sungai mengalir jernih tak terperi,
Batu-batu halus jadi saksi bisu,
Membawa cerita dari hulu ke hilir,
Mengisi kehidupan dengan rindu.
Biarlah hati menikmati suasana,
Pesona alam anugerah Ilahi,
Kita jaga selalu agar terpesona,
Untuk lestari sepanjang masa ini.
Puisi ini mencoba menangkap keindahan dan ketenangan alam semesta dalam empat bait yang tersusun rapi dengan pola sajak a-b-a-b. Setiap bait dirancang untuk menggambarkan aspek berbeda dari lanskap alam, mulai dari kemegahan pegunungan hingga kesibukan kehidupan di hutan dan aliran sungai yang menenangkan.
Bait pertama membawa kita ke puncak gunung, di mana pertemuan antara puncak yang menyentuh langit dan kehangatan matahari menciptakan suasana damai. Konsep "jiwa tertuju" pada lembah hijau menyiratkan adanya koneksi spiritual yang kuat antara manusia dan alam, sebuah tempat di mana kedamaian sejati dapat ditemukan.
Bait kedua berfokus pada elemen suara dan pergerakan. Bisikan angin di antara dedaunan dan kicauan burung yang riuh rendah menciptakan simfoni alam. Penggambaran ini bertujuan untuk membangkitkan indra pendengaran pembaca, membuat mereka seolah-olah benar-benar hadir di tengah alam yang hidup dan penuh energi.
Bait ketiga menghadirkan gambaran sungai yang jernih. Kesaksian batu-batu halus yang dilaluinya memberikan sentuhan naratif, seolah sungai tersebut membawa cerita dan pengalaman dari perjalanannya. Aliran yang tak henti ini juga melambangkan siklus kehidupan dan keberlangsungan alam.
Terakhir, bait keempat mengajak pembaca untuk merenungkan dan menghargai anugerah alam ini. Ajakan untuk menjaga kelestarian alam menjadi pesan penting, mengingatkan kita akan tanggung jawab untuk melindungi keindahan yang telah diberikan demi generasi mendatang. Alam bukan hanya pemandangan, tetapi juga sumber inspirasi dan ketenangan yang tak ternilai.
Pola sajak a-b-a-b dipilih karena memberikan nuansa yang mengalir, sedikit mengulang, namun tetap memiliki kejutan di akhir barisnya. Hal ini menciptakan ritme yang harmonis, mirip dengan alunan alam itu sendiri. Sajak ini diharapkan dapat membawa pembaca dalam perjalanan emosional yang mendalam, merasakan keagungan dan ketenangan alam dalam setiap kata yang terucap.
Keindahan alam memang tak terlukiskan dengan kata-kata saja, namun seni puisi memberikan cara untuk mengekspresikan kekaguman dan rasa syukur kita. Melalui gambaran visual, suara, dan perasaan, kita dapat lebih terhubung dengan alam dan menyadari pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem. Puisi ini adalah sebuah ode untuk bumi, sebuah pengingat akan keajaiban yang ada di sekitar kita.