Ilustrasi: Hati penuh cinta dan simbol Islam.
Di setiap helaan napasku, terucap namamu, wahai junjungan alam. Kerinduan ini tak bertepi, membuncah dalam dada, merindukan senyummu, menanti syafaatmu di hari akhir nanti. Melalui untaian kata sederhana, kami curahkan rasa yang terpendam, sebuah luapan hati yang tak sanggup terucap lisan.
Bukan sekadar seorang nabi, Engkau adalah rahmat bagi semesta. Kelembutan hatimu, kebijaksanaanmu, dan keteguhanmu dalam menghadapi cobaan menjadi teladan abadi. Cahaya risalahmu menerangi kegelapan, membimbing kami menuju jalan kebenaran. Di tengah hiruk pikuk dunia yang seringkali menyesatkan, figurmu menjadi lentera yang tak pernah padam, kompas yang mengarahkan langkah.
Ya Rasulullah, cinta dalam kalbu,
Rindu tak terperi, tiada tara.
Senyummu terbayang, di setiap waktu,
Doamu terpanjat, untuk dunia.
Shalawat terucap, dari jiwa,
Semoga bersua, di surga.
Puisi rindu Rasulullah pendek ini adalah sebuah cerminan dari betapa besar pengaruh beliau dalam kehidupan umatnya. Meski terpisah jarak dan waktu, ikatan spiritual ini tetap kuat terasa. Setiap kali membaca Al-Qur'an, mendengarkan hadits, atau mengamalkan sunnah, seolah kita sedang berinteraksi langsung dengan sosok agung tersebut. Rindu ini bukanlah sekadar emosi belaka, melainkan sebuah panggilan jiwa untuk terus memperbaiki diri, meneladani akhlak mulia, dan berjuang menegakkan ajaran Islam.
Dalam kesederhanaan bait-bait puisi, terkandung makna mendalam tentang penghargaan dan cinta yang tulus. Ini adalah cara kita untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mencintai utusan-Nya. Mengingat perjuangan beliau dalam menyebarkan agama Islam, pengorbanan yang telah beliau lakukan demi keselamatan umatnya, membuat hati semakin terenyuh dan bertekad untuk menjadi hamba yang lebih baik.
Mentari tak bersinar,
Tanpa sinarmu, ya Nabi.
Bulan tak berseri,
Tanpa hadirmu, kekasih.
Rindu ini membara,
Menanti syafaatmu nanti.
Kerinduan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak cukup hanya diungkapkan dalam kata-kata. Lebih dari itu, ia harus dibuktikan melalui tindakan nyata. Menghidupkan sunnah-sunnah beliau dalam keseharian, meniru perilaku terpuji, serta menyebarkan kebaikan yang beliau ajarkan, adalah wujud cinta yang paling hakiki. Dalam setiap gerak, ucapan, dan pikiran, kita berusaha menapak tilas jejak langkah beliau.
Puisi rindu Rasulullah pendek ini menjadi pengingat bagi kita untuk senantiasa menjaga koneksi spiritual dengan beliau. Semoga dengan terus merindukan dan mencintai beliau, kita dapat memperoleh syafaatnya di akhir kelak dan dikumpulkan bersama beliau di dalam surga. Jadikan setiap lantunan shalawat sebagai jembatan hati, dan setiap amalan shaleh sebagai bukti nyata kecintaan kita.
Bukan mata memandang,
Tapi hati yang merindu.
Bukan telinga mendengar,
Tapi jiwa yang merayu.
Ya Rasul cinta,
Tunjukkan jalan padaku.
Semoga untaian puisi rindu Rasulullah pendek ini dapat menyentuh hati dan menginspirasi kita semua untuk semakin mencintai, meneladani, dan merindukan sosok panutan umat, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Rindu ini semoga menjadi bekal terbaik kita untuk menghadap Allah Subhanahu wa Ta'ala.