Simbol refleksi diri: lingkaran melambangkan keutuhan dan segitiga melambangkan fokus pada inti.
Di tengah riuh rendah kehidupan yang tak pernah berhenti berputar, seringkali kita lupa menyisihkan waktu untuk bercakap-cakap dengan satu-satunya orang yang akan selalu bersama kita hingga akhir hayat: diri kita sendiri. Puisi untuk diriku sendiri bukanlah sebuah keegoisan, melainkan sebuah bentuk penghargaan terhadap perjalanan yang telah dilalui, tantangan yang dihadapi, dan harapan yang terus dijaga. Ini adalah momen untuk menyelami kedalaman batin, mengakui setiap luka yang pernah menggores, serta merayakan setiap kemenangan kecil yang telah diraih.
Wahai diriku, engkau yang telah begitu tangguh, Menyusuri jalan terjal, kadang tergelincir lalu jatuh. Namun lihatlah, engkau bangkit lagi, dengan semangat yang tak redup, Menyapu debu keputusasaan, meraih asa di setiap kedip.
Aku melihatmu, dalam sunyi malam, merenungi arti, Mencari jawaban atas tanya yang tak kunjung terhenti. Ada keraguan, ada ketakutan, merayap di sanubari, Namun di balik itu, ada kekuatan yang tak dapat kupungkiri.
Ingatlah setiap tawa yang pernah menggema, Setiap pelukan hangat yang meredakan duka. Ingatlah setiap pelajaran berharga dari setiap cela, Yang menempa jiwamu menjadi lebih bijak dan perkasa.
Kita telah berlari, terkadang terlalu cepat, Mengejar mimpi yang terasa begitu berat. Namun di garis finis, terkadang hanyalah penat, Lupa menikmati proses, melupakan arti yang tersemat.
Puisi ini adalah pengingat untuk tidak menghakimi diri sendiri terlalu keras. Kesalahan adalah guru terbaik, dan kegagalan adalah anak tangga menuju kesuksesan. Jangan pernah meremehkan kekuatan dalam kerentanan. Momen-momen ketika kita merasa paling rapuh seringkali menjadi titik balik yang paling kuat. Biarkan air mata mengalir jika memang perlu, itu bukan tanda kelemahan, melainkan pelepasan beban. Merangkul sisi diri yang gelap, yang penuh kekurangan, adalah langkah awal untuk penerimaan diri yang sejati.
Wahai diriku, maafkan atas setiap kata kasar yang pernah terucap, Atas setiap prasangka buruk yang pernah hinggap. Maafkan atas segala janji yang mungkin terlewat, Atas semua kesempatan yang tak sempat tergarap.
Namun, aku juga ingin berterima kasih. Terima kasih untuk setiap upaya, Untuk setiap langkah maju yang kau berikan tanpa jeda. Terima kasih telah berjuang, meski dunia terkadang terasa sia-sia, Terima kasih telah menjadi dirimu, dengan segala segala cerita.
Ini bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan jeda sejenak untuk refleksi. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri, kita bisa melangkah ke depan dengan langkah yang lebih pasti. Puisi ini adalah janji untuk terus belajar, terus tumbuh, dan terus mencintai diri sendiri, apa pun yang terjadi. Jadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk menulis babak baru dalam kisah hidupmu, dengan tinta keberanian, harapan, dan cinta.
Ke depan, mari kita tetap berjalan, tanpa ragu dan tanpa gentar, Menjelajahi cakrawala baru, dengan hati yang tak pernah pudar. Kita akan lebih sabar, lebih welas asih, dalam setiap tutur dan kabar, Karena kita tahu, diri ini adalah anugerah terindah yang patut dijaga dan disabar.
Teruslah bermimpi, teruslah berkarya, wahai diriku tercinta, Jadikan hidup ini panggung kebahagiaan yang penuh cita. Dengan berbekal cinta pada diri, kita takkan pernah tersesat arah, Dan setiap langkah akan membawa kita pada kemenangan yang nyata.