Ketika membicarakan serangga sosial, pikiran kita mungkin langsung tertuju pada semut. Keteraturan, kerja sama tim, dan struktur koloni yang kompleks membuat semut menjadi contoh klasik dari kehidupan sosial di dunia serangga. Namun, tahukah Anda bahwa semut bukanlah satu-satunya anggota keluarga serangga yang menunjukkan perilaku sosial yang menakjubkan? Ada banyak kerabat dekat semut yang juga hidup dalam masyarakat yang terorganisir, meskipun mungkin tidak sepopuler atau sebanyak semut. Kelompok serangga ini, yang umumnya berasal dari ordo Hymenoptera, seringkali memiliki kemiripan dalam organisasi sosial mereka, mulai dari pembagian kerja, komunikasi, hingga perawatan keturunan.
Salah satu kelompok kerabat terdekat semut yang paling menonjol adalah lebah. Lebah, terutama lebah madu (Apis mellifera), adalah contoh utama dari eusosialitas, tingkatan tertinggi dari kehidupan sosial. Koloni lebah madu terdiri dari ratu (satu individu betina reproduktif), ribuan lebah pekerja (betina steril yang melakukan segala macam pekerjaan), dan ratusan lebah jantan (drone) yang bertugas untuk membuahi ratu baru. Pembagian tugas yang jelas ini memastikan kelangsungan hidup dan perkembangan koloni. Lebah pekerja bertanggung jawab untuk mencari makan, membangun sarang, merawat larva, membersihkan koloni, dan mempertahankan sarang dari ancaman. Komunikasi antar lebah sangat canggih, terutama melalui tarian lebah yang menginformasikan lokasi sumber makanan.
Selain lebah madu, banyak spesies lebah lain yang juga menunjukkan tingkat sosialitas yang bervariasi, mulai dari lebah tunggal hingga lebah semi-sosial dan lebah sosial yang sebenarnya. Lebah sosial, seperti lebah bumblebee (genus Bombus), membentuk koloni yang lebih kecil dibandingkan lebah madu, namun tetap menunjukkan pembagian kerja yang jelas. Ratu bumblebee mendirikan sarang sendiri di awal musim, dan seiring waktu, lebah pekerja mulai muncul untuk membantu ratu. Meskipun koloni bumblebee biasanya mati di akhir musim dingin, ratu yang baru dibuahi akan bertahan hidup untuk memulai koloni baru di musim berikutnya.
Kelompok serangga lain yang sangat dekat dengan semut adalah tawon. Tawon, yang juga termasuk dalam ordo Hymenoptera, memiliki keragaman yang sangat besar, baik dalam hal morfologi maupun perilaku. Beberapa spesies tawon hidup soliter, sementara yang lain membentuk koloni sosial. Tawon sosial, seperti tawon kertas (keluarga Vespidae), membangun sarang dari bahan mirip kertas yang mereka olah dari kayu atau serat tumbuhan. Mirip dengan semut dan lebah, koloni tawon sosial biasanya memiliki satu ratu yang reproduktif, dan tawon betina lain yang bekerja untuk koloni tersebut. Tawon pekerja memiliki peran dalam mencari makan (seringkali serangga lain yang mereka gunakan sebagai sumber protein untuk larva), membangun dan merawat sarang, serta mempertahankan koloni. Struktur sosial tawon dapat sangat mirip dengan semut, menunjukkan evolusi paralel dalam pengembangan perilaku sosial.
Yang menarik, tidak semua kerabat semut yang hidup sosial harus memiliki bentuk fisik yang sangat mirip. Misalnya, beberapa jenis kutu daun (aphids), yang merupakan serangga dari ordo Hemiptera, juga menunjukkan perilaku sosial yang unik. Meskipun tidak sekompleks koloni semut atau lebah, beberapa spesies kutu daun hidup dalam kelompok besar di mana individu-individu melakukan pembagian tugas. Ada kutu daun yang bertugas sebagai "penjaga" yang akan menggigit atau menggertak predator, sementara yang lain fokus pada makan dan reproduksi. Fenomena ini dikenal sebagai alturisme, di mana beberapa individu mengorbankan diri demi kelangsungan hidup kelompok. Namun, perlu dicatat bahwa kutu daun tidak memiliki hubungan kekerabatan yang sedekat lebah dan tawon dengan semut.
Evolusi kehidupan sosial pada serangga adalah topik yang sangat menarik. Kemunculan perilaku sosial pada serangga seperti semut, lebah, dan tawon sering dikaitkan dengan beberapa faktor. Salah satunya adalah kekeluargaan yang dekat (kin selection), di mana individu lebih cenderung membantu kerabat dekatnya karena hal itu meningkatkan kemungkinan gen mereka untuk diturunkan. Semut, lebah, dan tawon memiliki sistem penentuan jenis kelamin yang haplo-diploid, di mana betina berbagi sebagian besar gen mereka dengan saudara perempuan mereka, sehingga membuat mengorbankan diri untuk membantu ratu (ibu mereka) dan saudara perempuan mereka menjadi strategi reproduksi yang menguntungkan.
Selain itu, manfaat dari hidup berkelompok juga sangat signifikan. Kelompok yang lebih besar dapat lebih efisien dalam mencari sumber daya, lebih baik dalam pertahanan terhadap predator, dan dapat menyediakan lingkungan yang lebih stabil untuk membesarkan keturunan. Pembagian tugas dalam koloni juga memungkinkan spesialisasi, di mana setiap individu dapat fokus pada tugas yang paling efisien dilakukannya, yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas dan kelangsungan hidup seluruh koloni.
Jadi, meskipun semut adalah duta besar kehidupan sosial dalam dunia serangga, penting untuk diingat bahwa mereka memiliki banyak kerabat yang juga membentuk masyarakat yang terorganisir dan kompleks. Kehidupan sosial pada serangga ini tidak hanya menunjukkan kehebatan alam dalam menciptakan struktur yang rumit, tetapi juga memberikan kita wawasan berharga tentang evolusi perilaku, kerja sama, dan keberlanjutan dalam bentuk kehidupan yang paling kecil sekalipun. Memahami serangga sosial yang masih kerabat semut ini membuka jendela ke dunia yang penuh dengan strategi adaptif yang luar biasa.